Semua Bab Bidadari di Dalam Rumahku: Bab 51 - Bab 60
109 Bab
Yang Jahat Pasti Kalah
DorTembakan ketiga, itu ada suara jeritan tapi bukan milik mama. Melainkan Mas Arfan. Aku membuka mata, Mas Arfan tersungkur kakinya tertembak.Aku melihat banyak orang asing masuk dan mulai mengepung kami."Serahkan diri kalian! Kalian sudah dikepung!" teriak salah satu dari mereka.Mas Arfan tentu tak bisa melarikan diri. Papanya dan Bram panik. Mereka berusaha kabur, beberapa orang memilih mengejar mereka berdua. Sementara yang lain menangkap anak buah Bram dan Mas Arfan.Aku melihat Ilham datang bersama dengan Pak Willi. Jadi mereka yang telah menyelamatkan kami.Ilham membantuku membuka ikatan, sementara Pak Willi membantu papa dan Ana."Ilham," aku langsung memeluk Ilham tak peduli pada mereka semua yang melihat ke arahku.Aku teringat mama, aku mendekati mama yang sudah dievakuasi polisi."Beliau sudah tiada," kata Polisi."Mama...," teriakku. Aku menangis di samping tubuh mama yang sudah tak bernyawa.Apa yang mereka katakan benar nyawa dibayar nyawa dan mama sudah menerimany
Baca selengkapnya
Tukang Gombal
Saat aku terbangun, aku sudah berada di dalam mobil. Ternyata Ilham berniat membawaku ke rumah sakit karena khawatir."Ham, kita pulang saja," ucapku."Kamu sudah sadar?" tanya Ilham."Iya kita pulang saja ya," jawabku."Aku geram melihat kelakuan Arfan, udah di penjara masih aja bikin ulah," kata Ilham marah."Biarkan saja," ucapku.Aku tak mau memperpanjang masalah tadi. Bagiku Mas Arfan sudah bukan siapa-siapa lagi."Lebih baik kita fokus ke pernikahan kita," kataku."Ah iya, aku kok jadi kaya supir gini sih. Yang lagi membawa tuan putri cantik," celetuk Ilham."Kan kamu emang dulu supir," ucapku sedikit meledek. Semua itu hanya candaan saja."Ya ampun aku lupa, aku ini kan supir udik yang jatuh cinta pada sang tuan putri," kata Ilham. "Tuan putri mau diantar ke mana?" tanya Ilham."Ke hatimu," jawabku."Siap tuan putri, separuh hatiku memang sudah dipenuhi dirimu tuan putri," ucap Ilham."Kok hanya separuh, yang separuh lagi buat siapa?" tanyaku."Buat ibu dan adik-adikku. Juga bu
Baca selengkapnya
Kinan Di rawat
Karena luka diperutku, aku harus dirawat di rumah sakit. Rencana pernikahanku yang sudah tersusun matang akhirnya mundur. Beruntung undangan belum disebar, jadi bisa pesan ulang nanti.Aku harus di rawat sampai benar-benar pulih. Ilham dan papa bergantian menjagaku. Mereka takut jika Bram akan kembali menyerang."Kinan, papa takut Bram kembali. Apalagi kalau dia tahu kamu selamat," ucap papa."Tenang, Pa. Bukannya polisi sudah berusaha untuk mencari Bram," kataku."Iya, tapi aku takut," ucap papa.Aku berusaha meyakinkan papa semua baik-baik saja. Meskipun aku tak yakin dengan apa yang aku katakan.**Ilham datang menggantikan papa menjagaku, dia membawa Kiara ikut serta. Aku memang merindukan Kiara karena aku di rawat jadi Kiara di rumah bersama Bi Sri."Mama cepat sembuh ya!" ucap Kiara. Dia memelukku pelan karena tahu perutku sakit."Mama kangen kamu, sayang," ucapku mencium kening Kiara. "Ilham, maafkan aku karena aku pernikahan kita ditunda," kataku."Gak apa-apa yang penting kam
Baca selengkapnya
Mama Arfan Meninggal
Kini Bram, Mas Arfan dan papa Mas Arfan sudah mendekam di penjara. Pasti mereka semakin dendam denganku.Dan saat itu juga ada kabar duka dari keluarga Mas Arfan. Mamanya meninggal karena gantung diri di rumah sakit jiwa.Aku mengajak Ilham mendatangi rumah sakit. Ku lihat jenazah mantan mertuaku itu sudah terbujur kaku di kasur."Bu Kinan, pemakaman sebentar lagi di lakukan," kata salah satu perawat.Aku melihat Mas Arfan, Bram dan papa Mas Arfan mengikuti pemakaman mama Mas Arfan. Terlihat rasa sedih di mata mereka."Kinan, semua salah kamu. Karena kamu memanjarakan aku dan Papa, mama jadi stres dan bunuh diri. Aku janji akan membalas semua," kata Mas Arfan.Sementara Papa Mas Arfan menangis di atas tanah makam sang istri. Sepertinya dia sangat kehilangan berbeda dengan Mas Arfan yang malah menyalakan aku."Mas, jika kalian tidak membunuh mama. Maka semua tidak akan terjadi. Makanya kalau mau melakukan sesuatu dipikirkan dulu sebab akibatnya," ucapku."Cuih, munafik kamu," kata Mas
Baca selengkapnya
Pernikahan Ilham dan Kinan
Aku kembali dengan aktivitasku seperti biasa. Beberapa hari nanti aku akan disibukkan dengan pernikahan aku dan Ilham.Aku santai di rumah sambil memanggil tukang urut langganan aku dulu. Dia sudah tua tapi masih sehat."Bi Sri, buatkan kami jus ya!" Perintahku.Aku segera berbaring dan dipijit oleh Mbok Utun."Mbok nanti kalau aku habis nikahan minta urut lagi ya," kataku."Iya, Non," jawab Mbok Utun.Bi Sri masuk membawakan kami jus. Setelah itu kembali ke dapur."Enak Zaman sekarang nikah udah ada yang ngurusin.zamanku dulu ya ngurusin sendiri," kata Mbo Utun."Itu ya tergantung uangnya, Mbok. Kalau uangnya gak ada ya mending di kerjain sendiri," balasku.Aku dipijit Mbok Utun sampai tertidur dan ketika aku bangun Mbok Utun sudah pulang."Bi, tadi Mbok Utun kamu bayar gak?" tanyaku."Iya, Non. Aku pinjam uangku dulu," jawab Bi Sri."Ya udah ini aku ganti, Bi. Soalnya aku tadi ketiduran," kataku.Aku segera mandi, badan sudah terasa segar.Malam nanti aku akan ke gedung di mana aku
Baca selengkapnya
Drama Keluarga Bila
"Aku gak tahu, tadi aku melihat Bila di kamar," jawabku."Kenapa kalian gak bawa Aksa ke rumah sakit?" tanya Hendra."Tadi pagi kamu sudah ajak Bila membawa Aksa ke rumah sakit tapi dia gak mau," jawabku."Iya dia takut ketahuan sama kamu," sahut Ilham."Kalian salah menilai Bila. Selama ini aku yang merawat Aksa. Dia hanya keluyuran gak jelas bersama teman dan selingkuhannya," kata Hendra.Hendra pamit, dia akan membawa Aksa ke rumah sakit. Setelah Hendra pergi, Bila datang."Mana Aksa?" tanya Bila."Kamu dari mana? Suami sudah bawa Aksa ke rumah sakit. Ibu macam apa kamu tega meninggalkan Aksa sendiri di kamar padahal dia sakit," jawab Ilham."Iya, kamu juga gak bilang sama kamui," kataku."Aku harus susul Aksa. Menyesal aku minta bantuan kalian. Kalian ternyata sekongkol dengan suamiku," kata Bila lalu pergi.Ilham hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Bila. Sudah di tolong bukannya meminta maaf Mala menuduh yang tidak-tidak.Tak hanya itu selang sehari kemudian, Bila da
Baca selengkapnya
Tuduhan Bila
Hendra menahan tangan Bila dan menghempaskan dengan kasar."Jangan ganggu mereka!" ucap Hendra."Ngapain kamu bela dia. Oh aku tahu kamu suka ya sama dia," kata Bila."Jangan sembarangan ngomong," ucapku."Alah kalian pasti diam-diam saling suka. Makanya Mas Hendra bela kamu terus," kata Bila."Jangan asal menuduh! Aku bukan seperti kamu yang doyan selingkuh," bantahku.Aku gak mau kalau dituduh selingkuh apalagi antara aku dan Hendra tak ada hubungan apa-apa."Mas Hendra ternyata selera kamu rendahan. Kamu doyan juga sama janda istri orang," tuduh Bila."Bila, jaga bicara kamu. Jangan sampai Kinan dan Ilham marah dan kamu dilaporkan ke polisi," kata Hendra.Mas Ilham yang baru bangun segera ke depan karena mendengar keributan."Ham, istri kamu ini loh selingkuh sama Mas Hendra," kata Bila."Hah mana mungkin," kata Ilham."Iya, tadi Mas Hendra belain dia terus, Ham. Mereka telah mengkhianati kamu," ucap Bila.Aku geram dengan Bila, ku tarik rambutnya hingga dia kesakitan."Jangan asal
Baca selengkapnya
Kinan VS Amara
Wanita itu mendekatiku tapi di cegah oleh Ilham."Amara, hentikan!" bentak Ilham. "Kamu udah buat kacau di sini," kata Ilham.Aku baru tahu nama wanita itu Amara."Gak, aku harus balas dia," kata Amara mendorong Ilham hingga terhuyung.Amara langsung menyerang ku, dia memukuli tubuhku. Ilham segera menarik tangan Amara agar tak memukuliku."Kamu yang memulai, aku hanya membalas," kata Amara."Eh salah siapa ganggu suami aku. Kamu siapa sih sebenarnya?" tanyaku heran."Dulu Ilham ngejar-ngejar aku, tapi aku gak mau sama dia. Eh pelariannya malah sama janda jalang," kata Amara."Hei jaga itu mulut! Kalau kamu gak mau sama Ilham kenapa ganggu dia. Kamu cemburu dia sudah punya istri?" tanyaku.Tatapan nyalang dari Amara tak membuatku takut. Ilham menyuruh Amara pergi namun diabaikan."Aku gak akan pergi sebelum membuat pelajaran sama istrimu. Awas aja kalau suaminya aku rebut baru tahu rasa," kata Amara."Oh kamu mau jadi pelakor ya. Silahkan! Ilham gak akan mau sama kamu," tantangku.Ilh
Baca selengkapnya
Nginep Di rumah Mertua
Tak ku ambil uang dua ribu rupiah itu. Aku masih bisa beli lagi yang lebih bagus. Bila sudah keterlaluan dia gak akan aku maafkan."Sudah, kita lebih baik istirahat saja," kata Ilham.Aku benar-benar capek, tadi bertengkar dengan Amara sekarang dengan Bila. Ada saja yang mengganggu ketenangan ku."Sayang, bagaimana kalau besok ke rumah ibu?" tanya Ilham. "kita menginap di sana, ibu pasti senang," kata Ilham."Boleh, nanti setelah dari toko kita ke sana," ucapku.Malam itu kami istirahat hingga pagi.***Aku merasa capek sekali sehingga enggan untuk bangun. Hidungku mencium sesuatu yang sangat wangi tetapi bukan parfume melainkan wangi masakan.Aku tak melihat Ilham ada di sampingku, ternyata dia bangun lebih dulu.Aku bangun dan langsung menuju dapur karena bau makanan ini sangat menggoda.Aku terkejut ketika melihat Ilham tengah masak di dapur sendirian."Mas, di mana Bi Sri? Kok kamu yang masak?" tanyaku mendekati Ilham."Dia aku suruh ngerjain yang lain," jawab Ilham dengan terus f
Baca selengkapnya
Drama Si Tukang Hutang
Aku masih sakit hati sama Bude Piah karena mendoakan aku mandul walau pada kenyataannya aku tak mandul. Mulutnya yang lemes ingin aku sumpal pakai kain lap bekas kotoran ayam."Maafkan Kinan, Bu," ucapku ketika sadar Bu Minah memperhatikan aku."Gak apa-apa. Ibu faham kamu marah karena dia memang keterlaluan," kata Bu Minah.Beruntung aku punya mertua yang sangat pengertian. Ilham mengajak kami masuk kembali menonton televisi.Setelah merasa lelah, kami tidur.**Entah jam berapa, ku lihat matahari belum nampak tapi ku dengar orang menggedor pintu rumah mertuaku."Minah...Minah...bangun Minah...tolong aku!" teriak Bude Piah.Aku terlonjak kaget begitu juga dengan Ilham."Kamu di kamar saja temani Kiara," kata Ilham.Ilham keluar, aku memilih mendengarkan dari dalam kamar."Ham, tolong, Ham!" Pinta Bude Piah."Ada apa lagi, Bude? Ini masih pagi tapi udah gedor pintu rumah orang," kata Ilham."Ham, itu loh Mbakmu sakit butuh uang," kata Bude Piah."Mbak Neni sakit apa, Bude?" tanya Ilha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status