All Chapters of Wanita Pilihan Mafia: Chapter 41 - Chapter 50
128 Chapters
Bab 41. Sisi Lain Sean Arthur
"Salwa sudah sadar. Aku yakin dia akan menceritakan semuanya kepada Sean. Kau dalam masalah."Leon meletakkan wine yang baru saja ditenggaknya, menyisakan sedikit cairan kehitaman di dasar gelas. Pandangannya mengarah kepada Abust yang tampak bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia yakin tidak akan selamat, jika Sean mendengar perbuatannya dari mulut Salwa."Aku akan mendatanginya. Aku akan bernegosiasi dengan Sean agar Salwa menjadi palayanku saja.""Bodoh! Kau mau menyetorkan nyawamu sia-sia?" Leon mendengkus, setidaknya otaknya masih mengandalkan akal sehat serta logika jika dihadapkan pada situasi yang rumit. Tidak seperti Abust yang hanya mengandalkan emosi serta perasaan sesaat."Kau tidak merasakannya. Aku belum bisa melupakan wanita itu." Kedua tangannya mencengkeram rambutnya kasar. Tatapan mata perempuan itu masih jelas dalam pikirannya. Rintihan Salwa, harum tubuh perempuan itu, ia tak sanggup melupakannya. "Aku yakin dia menggunakan magic agar Sean dan aku tergila-gil
Read more
Bab 42. Menahan diri (Part 1)
mendapat kabar bahwa Abust menghilang. Dia tak menyangka jika seorang Abust bisa bersikap pengecut seperti itu, memilih kabur dan tidak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kepercayaan yang selama ini ia berikan kepada adiknya itu musnah sudah. Dengan wajah kesal lelaki yang selalu menampilkan wajah dingin mulai memarahi anak buahnya, menyuruh mereka melakukan apa saja agar bisa menangkap Abust. Pria yang sebelumnya menduduki strata tinggi di depan seorang Sean Arthur, kini hanyalah seorang buronan."Kepung bandara! Cari dia sampai dapat! Aku yakin Abust berniat kabur ke luar negeri," perintahnya tegas dan tak terbantahkan.Sean mengakhiri panggilannya ketika mendengar suara sesuatu terjatuh, dan ia mendapati Salwa tengah berusaha beranjak dari pembaringan dengan menahan tangannya di atas nakas. Sebuah botol air mineral yang baru saja jatuh dari sana tampak menggelinding ke arahnya. Mengabaikan botol tersebut, Sean memilih membantu Salwa berdiri. Ia tahu bahwa wanita itu kesulita
Read more
Bab 43. Salah Obat
"Alan!" Suara itu terdengar menggema, ketika Sean masuk ke ruang kerjanya. Pria yang biasanya lengkap mengenakan sneli putihnya itu kini tampak berpakaian bebas, kaus berlengan pendek, celana panjang dengan jam tangan melingkar di lengan kanannya.Alan datang hanya untuk memeriksa kondisi Salwa sekaligus memberikan obat untuk mengurangi rasa nyeri pada luka yang hampir mengering itu."Kau masih menjaga jarak dengan Salwa, bukan?" Alan tampak mengangkat kedua alisnya sembari menunggu jawaban dari Sean. "Tidak berhubungan dengannya?"Sean mengempaskan tubuhnya di kursi putar, lalu bersandar dengan nyaman. "Aku masih waras dengan tidak menyentuhnya. Setidaknya sampai lukanya mengering." Terlihat wajah merah lelaki itu ketika mengucapkannya seolah sedang menahan sesuatu yang menggebu di sana."Ah, syukurlah." Alan bernapas lega. "Harusnya semalam aku memberinya suntikan kontrasepsi sesuai jadwal. Dan kau harus menahannya hingga esok hari. Aku akan datang pagi-pagi untuk memberikan suntika
Read more
Bab 44. Semakin Nyaman
Ruangan itu masih hening, hanya suara Sean yang terdengar sayup-sayup bercakap-cakap di telepon dengan Alan. Kening Salwa mengernyit, tubuhnya tampak mengeliat, menggesek tubuh Sean yang juga tak berpenghalang, lantas tangannya memeluk lelaki itu layaknya guling.Dersik angin malam yang masuk melewati ventilasi udara, melambai-lambaikan tirai yang tak tertutup sempurna. Sean menggertakkan giginya, merasakan kulit perempuan itu menempel di tubuhnya. Gelora yang sebelumnya sudah terpadamkan dengan percintaan yang memanaskan, kini mulai terasah kembali.Salwa benar-benar menguji kesabarannya."Alan!" Suara Sean terdengar berat dan parau, menahan hal yang sudah mulai memuncak tak terkendali. "Apakah Salwa akan hamil?""Aku belum bisa memastikan. Aku akan memeriksanya satu atau dua minggu lagi." Alan terdengar menghela napas. "Aku harap kau tidak berhubungan dulu selama masa penantian. Kecuali, kau menginginkan seorang anak.""Apa? Dua minggu?" Sean mengesah, dua minggu adalah waktu yang s
Read more
Bab 45. Rasa Kecewa
"Sebaiknya kau memutuskan perasaanmu segera." Alan langsung mengatakan hal itu setelah mendaratkan pantatnya di sofa kecil di sudut ruang kerja Sean Arthur. Mereka mulai membuka obrolan terkait hubungan Sean dan Salwa yang tampaknya semakin serius.Sean duduk di kursi putarnya, menyandarkan punggung dengan nyaman di sana. Ia belum juga mengenakan pakaian, masih setia dengan handuknya yang dililit di batas pinggang. "Kenapa harus buru-buru? Aku masih menikmatinya.""Ini bukan masalah kau menikmati atau tidak." Alan berkata kesal. "Jika Salwa tidak hamil, itu tidak jadi soal. Akan tetapi, jika Salwa hamil, kau harus melakukan peranmu yang sesungguhnya sebagai seorang suami." Lelaki bermata sipit menatap lurus ke arah Sean, menunjukkan betapa seriusnya dia. Masalah nyawa bagi Alan adalah hal yang utama dan tidak boleh dianggap main-main."Aku sudah melakukan tugasku sebagai suami. Apa kau tidak lihat, aku sudah merawatnya belakangan ini.""Tapi kau masih menggantungkan perasaannya, bukan
Read more
Bab 46. I Love You
Salwa berdiri di balkon ruang tamu. Penthouse yang terletak di lantai tertinggi apartemen elite itu menampilkan panorama indah yang memanjakan mata. Lampu hias taman dan jalanan kota tampak berkelip juga benderang, memperindah suasana malam yang acapkali membuat Salwa terpukau. Namun, keindahan yang tertangkap di indra penglihatannya tak serta merta membuat hatinya bahagia.Tangannya mencengkeram pagar pembatas itu, meletakkan kedua lengannya bertumpu di sana. Matanya memejam, merasakan embusan angin malam dari ketinggian beberapa puluh meter dari permukaan tanah, melambai-lambaikan helai demi helai rambutnya yang tergerai memanjang. Sejak kejadian tadi pagi, Salwa tak bertemu dengan Sean lagi. Bahkan, malam ini lelaki itu tak kunjung pulang.Jika ia adalah istri yang sesungguhnya, tentu Sean akan menghubunginya untuk sekadar memberi kabar. Namun, dia hanya pelayan yang merangkap sebagai teman ranjang, tidak lebih. Salwa harus puas dengan statusnya saat ini sampai Sean melepaskannya.
Read more
Bab 47. Tidak Berdaya
Perkataan Sean cukup membuat Salwa terkejut. Apalagi kejadian itu terjadi ketika ia menghilang, sementara Sean masih terbaring di rumah sakit. Lantas, bagaimana Sean tahu kejadian yang sangat rahasia itu?"Siapa yang mengatakan itu?""Yang Pohan. Dia yang mengatakannya setelah mengetahui bahwa kau adalah istriku.""Apa?" Salwa tidak menyangka jika Yang Pohan bisa memberi tahu Sean masalah tersebut. Seharusnya lelaki itu merahasiakan apa yang sebenarnya tidak perlu dipertunjukkan kepada orang lain. Apalagi pelukan itu bukanlah pelukan seseorang kepada kekasih, melainkan hanya untuk menenangkan dirinya yang masih trauma akan penyiksaan Abust. Sementara ciuman itu, Yang Pohan mencuri darinya. "Itu tidak benar. Mengapa dia harus berbohong?""Kalian tidak berciuman? Berpelukan?" tanya Sean dengan memperhatikan jelas wajah Salwa.Perempuan itu menunduk, bingung harus menjelaskan apa. Namun, perlahan ia mulai membuka suara. "Saya sempat gila saat itu." Sean terkesiap mendengar perkataan Salw
Read more
Bab 48. Bucin Akut
Malam semakin larut. Sean tampak mengantuk dilihat dari kerjapan mata yang lemah, tetapi Salwa justru masih betah terjaga meskipun ia kelelahan setelah adegan panas yang sebelumnya mereka lakukan. Seolah malam ini banyak sekali pertanyaan yang ingin ia tanyakan langsung kepada suami. Momen langka untuk berbicara dari hati ke hati tak ingin Salwa lewatkan meski kantuk sudah mulai menyerang."Sir! Sir Arthur."Salwa memanggil, tetapi tak ada jawaban yang keluar dari bibir sang suami. Ia menggerakkan jari telunjuk, menusuk-nusuk dada lelaki itu, menciptakan sensasi geli nan menggelitik. "Hai, jangan nakal!" ucapnya sembari menangkap tangan Salwa, lantas menggenggamnya. "Mengapa belum tidur?" Suara Sean terdengar sedikit serak, tetapi ia masih sabar meladeni Salwa."Emm, belum mau." Salwa berkata dengan langgam yang khas. Wanita itu terkadang tampak kuat dan mandiri, tetapi dalam situasi tertentu, Sean bisa melihat sisi manja yang dipertunjukkan Salwa kepadanya."Tidurlah! Besok kita ng
Read more
Bab 49. I Killed Him
Sejenak Salwa terpaku di tempat, tak tahu harus berbuat apa. Namun, dia menyadari tatapan Abust seolah tengah menelanjanginya. Kedua tangan ia silangkan ke depan, lantas mendorong pintu dengan ujung kaki. Sayangnya, gerakan Abust lebih cepat. Sebelum pintu berhasil ditutup oleh Salwa, ia berhasil menahan pintu dengan sepatunya.Gerakan kedua tangan mendorong bagian depan pintu, cukup membuat Salwa kesulitan untuk menutup benda keras tersebut. Sekuat tenaga ia kerahkan, tetapi tenaga Abust jauh lebih kuat dari tenaganya. Hingga pintu itu terbuka lebar, sementara Salwa terdorong ke belakang.Abust masuk ke dalam, menarik handle pintu yang terbuka untuk kemudian menguncinya. Mata tak beralih dari wanita di depannya, menatap dari ujung kaki ke ujung kepala. Jejak-jejak percintaan Salwa dengan Sean semalam terlihat jelas di bagian leher dan dada atas yang terekspose sebab jenis pakaian yang wanita kenakan berpotongan leher rendah. Lelaki itu jelas membayangkan sepanas apa yang terjadi sema
Read more
Bab 50. Menggantikan Sentuhannya
Sean melihat layar smartphone berkedip. Berada di ruangan serba gelap karena sedang mengadakan rapat penting perusahaan, hanya ada sorot lampu dari proyektor yang mengarah ke layar putih menempel di dinding.Karena sedang menjadi pembicara, disaksikan para dewan direksi, Sean mengabaikan panggilan itu sejenak. Namun, melihat nama "My Wife" tertulis di sana, ia segera menyelesaikan pembicaraannya. Memilih Leon untuk melanjutkan, Sean mengambil smartphone yang masih menyala, lantas keluar dari ruang rapat."Hai, ada apa?" Tiada suara yang menyahut di sana. Hanya ada tangis sesenggukan yang terdengar di indra pendengaran. Sean tampak cemas, firasatnya sejak awal tidak enak ketika meninggalkan Salwa. Dan saat ini di seberang sana ia hanya mendengar tangisan sang istri tanpa ada suara yang lain. "Salwa, katakan! Apa yang terjadi?"Suara Salwa terdengar tidak jelas karena bicara bersamaan dengan tangis. Namun, setelah dirasa bisa mengatakan sesuatu, mata Sean membeliak terkejut setelah me
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status