All Chapters of Genderang Perang Manusia Elektrokinesis: Chapter 31 - Chapter 40
170 Chapters
31 - Jangan Dibanding-bandingkan
Mulut Gian melongo, kenapa ibunya datang bersama kakak sulungnya, Carlen? Bukankah kemarin dia sudah menegaskan pada sang kakak untuk tidak perlu datang karena dia hanya menginginkan Melinda saja yang menerima rapornya?Di area depan sekolah, banyak murid yang menatap Melinda dan Carlen, bertanya-tanya siapa gerangan lelaki di samping wanita paruh baya itu?“Eh? Bule dari mana itu?” Seorang siswi bertanya-tanya di samping temannya ketika Carlen melewati dirinya.Temannya juga menyahut, “Duh, tampan sekali bule itu! Aku jadi deg-degan begini!”“Astaga, kenapa dia begitu memesona? Seketika rahimku menghangat!” Siswi lain berbisik kepada kawannya ketika melihat Carlen bagai melihat pangeran impian.Banyak siswi yang terpesona oleh Carlen. Mana mungkin tidak? Dia tinggi, fitur wajahnya sangat Eropa dan rambutnya cokelat keemasan. Apalagi ketika dia tersenyum, wanita segala usia pasti terpikat!Tidak ada yang mengetahui Melinda karena biasanya rapor Gian diambilkan oleh tetangga mereka sej
Read more
32 - Tebar Pesona dan Membuat Heboh
Kecurigaan Gian semakin tebal ketika dia terus saja mendengar teman-temannya terus membandingkan dia dengan Carlen dan si sulung hanya tersenyum menanggapi mereka, sementara Melinda sedang di dalam kelas dengan wali murid lainnya.“Ya ampun! Kamu kakaknya Gian?” jerit Imelda seperti tidak ingin percaya.“Ini tidak bohong, kan? Coba sini Kakak aku cubit!” Evita yang genit langsung mencubit lengan Carlen, tapi tidak keras-keras tentunya.“Auw! Ha ha, kenapa aku malah dicubit?” Carlen berlagak memekik kecil menanggapi Evita. “Kan kamu yang butuh diyakinkan.”Evita hanya terkekeh nakal dan siswi lainnya merasa iri karena itu.“Kakak namanya siapa?” tanya Devi.“Carlen. Atau panggil saja Len.” Carlen memberikan jawaban disertai senyuman simpatik yang sanggup melelehkan hati para siswi yang merubunginya di depan kelas.Sonia segera menyahut, “Aku panggil Sayang saja, yah!”Segera saja Sonia mendapatkan sorakan “huu” dari teman-temannya yang merubungi Carlen.Guru yang sedang berbicara denga
Read more
33 - Ancaman Tegas
Alicia dan Gian bertanya-tanya dalam hati masing-masing, untuk apa Carlen menghampiri mereka di halaman belakang. Terlebih Gian, dia memasang wajah muram dan tatapan tajam untuk memberikan peringatan pada kakaknya.“Halo.” Suara Carlen mengalun baik dengan wajah penuh senyum simpatik ketika dia melihat Alicia. “Teman dekatnya adik aku, ya?” Dia sambil menunjuk ke Gian.Karena hanya pertanyaan wajar, Alicia mengangguk sebagai respon awal dan menjawab, “Iya.”Pandangan Carlen masih tertuju ke Alicia saja tanpa ingin melirik adiknya, dan dia menjulurkan tangan ke gadis itu, “Perkenalkan, namaku Carlen, atau kamu bisa panggil aku Len. Rasanya tidak afdal kalau tidak mengenal teman baik adikku.”Karena itu tujuan Carlen dan Alicia hal demikian masuk akal, maka dia menyambut uluran tangan Carlen dan menjabatnya dengan pantas selama beberapa detik, itupun Alicia yang menarik terlebih dahulu tangannya.Carlen hendak mengatakan sesuatu ketika Gian mendahului dengan berkata, “Cia, kamu duluan,
Read more
34 - Hanya Boleh Disakiti tanpa Boleh Menyakiti?
Bangku beton yang sangat berat untuk diangkat beberapa orang itu dengan mudah diangkat menggunakan satu tangan saja oleh Gian, bagaimana Carlen tidak merasa ciut nyalinya?“A—ampun, Gian! Ampun!” Kedua tangan Gian lekas diangkat untuk menutupi kepalanya, khawatir adiknya akan menghantamkan beton itu ke dia.Brak!Gian mengembalikan bangku beton tersebut ke tempat semula dan ada sedikit retakan muncul di betonnya tapi Gian tidak ambil peduli. “Ingat baik-baik ucapanku, Len. Jangan cari gara-gara denganku, patuhi aku kalau tak ingin tubuhmu gosong dan bau sangit!”Setelahnya, Gian meninggalkan Carlen di halaman belakang.Jantung Carlen berdebar kencang sampai dia limbung dan segera duduk di bangku beton tadi, menenangkan dirinya. Kini dia sudah sangat yakin bahwa adiknya memang sudah bukan adiknya yang dulu. Gian sudah berubah.Yang lebih mengerikan, adiknya memiliki kekuatan di luar nalar manusia! Dia sangat yakin adiknya memang mempunyai kekuatan yang bisa menyetrum pihak lain.Ternya
Read more
35 - Hari Nahas bagi Carlen dan Zohan
Siang itu mungkin saja merupakan siang menyebalkan dan sial bagi Carlen karena dia dipaksa Gian untuk mencuci semua baju orang di rumahnya. Semuanya, termasuk dalaman juga. Gian mengawasi seperti mandor di dekat Carlen mencuci tanpa bisa diinterupsi Melinda sama sekali. “Mama, daripada Mama gelisah melihat keadaan anak kesayangan Mama, lebih baik masak untuk makan malam saja, sana!” Gian menggunakan dagunya untuk menunjuk ke arah dapur saat kedua tangannya dilipat di depan dada dan besandar santai di ambang pintu ruang cuci. Melinda hendak mengatakan sesuatu namun urung dan menutup kembali mulutnya. Sepertinya dia memang sudah tidak bisa melakukan apapun terhadap Gian yang memiliki kekuatan aneh dan di luar nalarnya. “Cuci yang bersih, Len, jangan sampai luntur, apalagi sobek. Terutama bajunya mama, dia paling marah kalau ada apa-apa dengan bajunya.” Gian bertutur sembari Carlen terus menggosokkan sikat dan sesekali harus mengucek dengan tangan usai disikat untuk dibilas. Carlen t
Read more
36 - Menundukkan Orang di Rumah
Cheryl masuk ke dalam rumah dan mendapati bunyi sikat digosokkan bertubi-tubi seperti bukan digerakkan oleh 1 orang saja. Karena penasaran, dia melangkah ke ruangan belakang dan mendapati Gian ada di ambang pintu ruang cuci.Gadis itu bertanya-tanya, tumben sekali kakak pecundangnya itu berdiri layaknya mandor. Lalu yang membunyikan sikat ….Ketika Cheryl melongok ke dalam ruang cuci, di sana ada Carlen dan Zohan yang berjuang menyikat pakaian di bawah tatapan mata Gian.Si bungsu melongo, tak bisa menyembunyikan terkejutnya melihat apa yang terpampang di depan mata. Bagaimana bisa situasi kini malah terbalik. Dia menatap Gian yang bertingkah laksana mandor.Zohan melihat kedatangan Cheryl dan berkata, “Cher! Dia sudah datang! Gian, Cher juga harus ikut mencuci!” Dia tak mau hanya tersiksa sendirian, semua harus ikut!Gian menggeleng dan menjawab, “Cher tak perlu mencuci.”“Kenapa?” Kali ini Carlen mendongak dengan mata penuh keluhan.“Karena Cher tidak pernah jahat padaku.” Jawaban G
Read more
37 - Saatnya Bersenang-senang
Ketika Gian masuk ke kamarnya, dia menceritakan pada Elang mengenai apa yang dia lakukan tadi di meja makan. “Aku berhasil membungkam mereka, Elang! Ha ha ha! Aku senang sekali melihat wajah putus asa mereka! Ha ha ha!”Si tikus putih tersenyum lebar mendengarnya. Dia menyahut, “Nah, seperti itulah seharusnya muridku! Tegas dan berani! Inilah yang disebut lelaki! Pertahankan itu! Jangan biarkan dirimu diremehkan, jangan biarkan orang menindasmu!”Gian menaruh makanan kucing ke dalam wadah karena itu kesukaan Elang. “Aku tadi membelikan cat food kering yang paling bagus kualitasnya, khusus untuk Elang.”“Ha ha! Bagus! Aku suka murid yang paham apa kesukaanku!” Elang melompat ke meja dan mulai menguasai wadah pakan dari keramik berisi makanan kucing. Bunyi “krauk krauk” terdengar pelan dan menggemaskan bagi Gian.“Besok adalah hari terakhir di sekolah sebelum libur.” Gian menatap langit-langit sembari merebahkan tubuh. “Akan ada banyak lomba olah raga. Aku tak sabar!”***Seperti kata G
Read more
38 - Menjadi Pahlawan Kelas
Rendi sebagai wakil kelasnya di saat lomba basket ini, menatap Gian yang mengajukan diri. Dia bertanya, “Memangnya kamu bisa main basket?”Gian mengangguk. Meski tidak menguasai gerakan-gerakan sulit ala pemain NBA, tapi dia paham gerakan dasar di permainan basket.Alicia ikut bicara, “Kenapa tidak dicoba saja, Ren? Apa salahnya membiarkan Gian bermain beberapa menit. Kalau menurutmu jelek, kamu bisa ganti dia.”Memikirkan ucapan Alicia, Rendi akhirnya setuju dan berseru sambil memberi kode ke wasit menggunakan tangannya, “Time out! Time out!”Kemudian, semua pemain kembali ke kubu masing-masing. Rendi segera berkata, “Viko, kamu digantikan Gian, yah!”“Kenapa?” Viko seperti kurang rela.“Kamu sudah terlihat sangat kelelahan. Biarkan Gian menggantikan kamu sebentar. Kalau kamu sudah pulih, kamu bisa masuk lagi.” Rendi berdiplomasi pada Viko.“Ya sudah!” Viko menyerah sambil berkata, “Tapi awas saja kalau dia ternyata bermain jelek!”Gian meringis dan mulai masuk ke lapangan setelah me
Read more
39 - Gian Sebagai Libero yang Hebat
Mendengar Gian hendak mendukung tim voli kelas, tentu saja anak-anak 2 IPA 2 bersorak gembira. Mereka sudah melihat sendiri seperti apa kemampuan Gian pada basket, dan kini mereka ingin mengetahui bagaimana Gian berlaga di pertandingan voli.Remaja-remaja itu seakan lupa seperti apa mereka meremehkan Gian pada dulunya. Mereka hanya ingin kelasnya menang dan terlihat keren serta membanggakan.Maka, Gian dan yang lainnya beralih ke lapangan belakang dan di sana memang sudah disiapkan area untuk pertandingan voli antara kelas Gian dengan kelas Sean.Anak-anak kelas 3 masih diperkenankan ikut acara ini untuk bersenang-senang terakhir kalinya sebelum mereka berpisah dari sekolah tersebut. Maka dari itu, mereka pasti akan mengerahkan seluruh kemampuan pada pertandingan antar kelas ini, terutama tidak mau kalah oleh adik kelas.Sean menatap Gian yang memasuki lapangan. Ada rasa kecut di hatinya jika mengingat bagaimana perlakuan Gian terakhir kali padanya. Masih terbayang rasa sakit tersetru
Read more
40 - Ternyata Enak Menjadi Pusat Perhatian
Gian sudah memegang bola, berdiri di belakang garis lapangan, bersiap melakukan servis. Semua orang menantikannya. Libero hebat ini akan seperti apa ketika memukul bola saat servis?Setelah mendengar peluit dari wasit, Gian mundur beberapa langkah ke belakang sampai penonton heran. Seberapa jauh Gian ingin memulai servisnya?Kemudian, Gian setengah berlari sembari membawa bola dan tepat sebelum menyentuh garis belakang, dia melompat cukup tinggi sembari melambungkan bola dan kemudian ….Dhuakk!Bola melesat seperti kilat dan langsung saja mendarat di bidang kosong area lawan.“Masuk!” sorak penonton beramai-ramai.Sean dan timnya melongo. Kenapa sepertinya bola tidak terlihat dan tiba-tiba saja sudah berada di area mereka? Apakah bolanya memang dipukul manusia atau dewa? Kenapa begitu cepat?Dengan cepat, tim Sean dihabisi Gian hanya dari servis saja. Satu set selesai dengan kemenangan gemilang tim Gian.Penonton kelas 2 bersorak gembira. Meski mereka tidak satu kelas dengan Gian, tap
Read more
PREV
123456
...
17
DMCA.com Protection Status