All Chapters of Malam Panas Dengan CEO: Chapter 61 - Chapter 70
200 Chapters
Perseteruan Sean dan Niko
Niko mendorong tubuh Resa kasar, mengalirkan rasa kesalnya sebelum ia memutar tubuhnya menatap tajam pada sosok Sean yang berdiri tak jauh darinya. Benar, Sean berada di sana menemui salah satu pengunjung yang keluar dari pintu belakang bordil tersebut. indera penglihatannya berselancar mengikuti gerak tubuh Sean.“Frans?” gumannya lagi.Langkah kaki Niko bergerak cepat mengikuti keberadaan Sean. Tubuhnya terasa terbakar penuh emosi. Ia merasa dipermainkan dan terjebak dalam permainan saudara tirinya.Benar, itu adalah rencana Sean. Setelah Niko keluar dari ruang kerjanya, ia tengah menyelidiki perkembangan hotel yang dikelola oleh saudara tirinya. Ia menerima keluhan beberapa koleganya yang menanam saham pada hotel tersebut.Sean tak pernah membiarkan seluruh perusahaan ayahnya lepas dari kendalinya. Semuanya berada di bawah tanggung jawabnya. Hingga ia tertuju pada salah satu koleganya dan percakapan pak Sadin saat memberikan laporan tentang Resa.Tangan Sean langsung meraih laci me
Read more
Pukulan Untuk Niko
“Terima kasih, Tuan Sean. Saya tidak akan melupakan kebaikanmu,” ucap seorang lelaki paruh baya yang duduk di kursi belakang kemudi pada Sean.“Sama-sama, Tuan Samuel. Saya harap kita akan terus saling bekerja sama dan saling membantu,” jawab Sean sesantun mungkin.“Tentu saja, Tuan Sean. Saya menghargai usahamu!”Lelaki tersebut yang bernama Samuel, melirik sebentar ke arah kursi depan samping kemudi. Di sana Frans, pemuda yang disambut Sean saat keluar dari rumah bordil. Pemuda itu adalah anak lelaki Samuel.Potret pemuda itulah yang membuat senyuman Sean mengembang sempurna saat siang tadi. Dia adalah anak dari salah satu pemegang saham yang berencana menarik sahamnya dari hotel yang dikelola oleh Niko. Sean menggunakan Frans yang s
Read more
Sambutan Zia Untuk Sean
Sudah lewat tengah malam, kedua bola Zia masih enggan tertutup. Ia masih gelisah di atas ranjangnya dengan pikiran tak karuan. Kemudian ia langsung bangkit dari baringnya dan meraih ponselnya.“Apa yang sedang kamu rencanakan, Paman? Sore kamu memberikan pengakuan cinta, tetapi langsung menghilang. Seharusnya ‘kan malam ini kita sedang berdua bermesraan kek, atau apa kek,” gerutu gadis itu kesal. “Bahkan kamu pergi saja tanpa ngasih tahu,”Wajah Zia terlihat memerah menahan emosinya. Tangannya lalu bergulir pada layar ponselnya, mencari kontak nama Sean. Ia tak bisa menahan rasa penasarannya.Ya, sejujurnya Zia masih belum sepenuhnya percaya kalau Sean mengatakan menyukainya dan menunggunya. Ia hanya ingin memastikan kalau pamannya tidak mempermainkan dirinya. Jari telunjuknya langsung menekan tombol panggil.“Aku tidak peduli kamu sudah tidur atau belum, di kamar kamu tidak ada,” ocehnya pada layar ponselnya yang sedang melakukan panggilan telepon.Kedua bola matanya membulat sempurn
Read more
Pelayanan Zia Untuk Sean
Wajah Zia langsung tersentak. Kedua bola matanya berputar beberapa kali. Ia berusaha mencerna ucapan lelaki di hadapannya.“Di kamar saya ada kotak obat,” jelas Sean menyudahi ekspresi bingungnya Zia.Sayangnya, otak dan pikirannya sepertinya belum bisa mencerna secara sempurna penjelasan Sean. Benar, Zia masih sedikit kaku membayangkan tentang kamar pamannya. Tentu saja, ingatannya berselancar pada kejadian ciuman mereka di hadapan kamar Sean.“Tapi di kamar aku juga ada,” sahutnya cepat.“Baiklah kalau begitu,” Zia tersenyum canggung seraya berjalan lebih dulu menuju kamarnya. Sementara Sean tersenyum melihat wajah canggung gadis kecilnya. Ia mengekori Zia hingga ke kamarnya.
Read more
Tidur Berdua
Pertanyaan Sean seperti menggodanya. Memangnya apa yang harus dilakukannya? Zia refleks menggigit bibir bawahnya. Ia bingung dan detak jantungnya makin tak karuan.Zia kembali menjinjitkan kedua kakinya. Ia mendekatkan wajahnya lebih dekat pada Sean. Tepatnya mendekatkan bibirnya pada Sean.Tentu saja Sean langsung menyambutnya. Ia melumat lembut bibir Zia. Tak peduli rasa perih pada pelipis bibirnya yang baru saja diobati gadis kecilnya. Kali ini ciuman mereka juga tak berlangsung lama. Hanya lima detik saja Zia menjauhkan wajahnya dari Sean. Ya, ia ingat lelaki di hadapannya sedang terluka pada sudut bibirnya. Seharusnya ia tak memulai ciuman tersebut.“Maafkan aku, Paman,” Zia memasang wajah menyesal.&ld
Read more
Rencana Sean Sukses
Sean menghentikan lantunan lagunya saat selesai pada bait ketiga. Bukan tanpa sebab ia menghentikan lantunan lagunya, Zia tiba-tiba melingkarkan tangannya pada pinggangnya lembut. Tak hanya itu saja, Sean dapat melihat wajah gadis kecilnya terlelap pulas berbantalkan lengannya. Senyumannya mengembang sempurna.Mungkinkah lagu a thousand years milik Cristina Perri yang ia lantunan membuat gadis kecilnya terlelap. Atau mungkin suaranya yang merdu dan lembut yang membuat Zia tertidur. Namun, Sean tak yakin akan keduanya. Ia hanya yakin, gadis kecilnya pasti kelelahan menunggunya pulang.Sean menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah gadis kecilnya. Saat itu pula Zia makin memeluknya erat, seolah tak ingin melepaskan Sean. Tentu saja hal itu semakin membuat senyuman lelaki itu makin melebar.Perlahan, Sean mengangkat kepala Zia untuk berpindah pada bantal di atas kepalanya. Ia melakukannya secara perlahan dan lembut agar tak mengganggu tidurnya. Tak sampai di sana, Sean juga melepa
Read more
Menyingkirkan Niko
“Mas, apa itu tidak berlebihan? Niko sudah memberikan alasan kalau dia lengah. Lagi pula hotel Alanda hampir sama luasnya dengan hotel Holfive yang dikelola Sean. Niko bekerja sendirian tanpa bantuan pak Sadin seperti Sean,” protes nyonya Felicia membela anak lelakinya.Sean berdecak kecil. Sontak saja nyonya Felicia dan Niko meliriknya sinis. Akan tetapi mereka tak berani memprotes sikap lelaki itu. Sadar diri nasib Niko berada di tangan tuan Alan.“Felicia, Niko, kalian lupa? Hotel yang kamu tangani, berkembang karena Sean dan kamu hanya diberi tugas mempertahankannya saja! Tapi kamu hampir menghancurkan kerja keras saudaramu,” tegas tuan Alan dengan tatapan tajam.“Ayah pikir aku tidak bisa menangani masalah itu?” cetus Niko dengan napasnya yang menderu. “Aku bisa menangani hotelku, Yah! Kalau saja Sean tidak lebih dulu melangkah mendahuluiku,” Sean kembali berdecak. Kali ini ia menatap saudara tirinya sinis. “Oh, jadi itu kesalahan saya? Begitukah maksudmu, Niko?” ledeknya.“Sea
Read more
Zia Ngambek
Zia baru membuka matanya. Hal pertama ia lakukan adalah meraba samping kasurnya. Sepertinya, ia masih ingat kalau malam tadi Sean tidur di sampingnya. “Paman!” Tangan Zia tak menemukan sosok lelaki itu. Ia mengedarkan pandangannya sejenak, lalu bangkit duduk. Indera penglihatannya berkeliling pada setiap kamarnya. Tentu saja ia tak akan menemukan keberadaan Sean. Zia berpikir sejenak, lalu memastikan pakaiannya tak ada yang tertanggal. Ia lantas mencoba memutar mundur ingatannya seraya memainkan bibir bawahnya. Kedua bola matanya bergulir ke kanan dan kiri secara perlahan. Benar, tak ada yang ia lakukan dengan Sean, dirinya ingat tertidur pulas dalam pelukan Sean. “Kapan si paman keluar dari kamarku?” gumannya dengan tatapan heran. Saat ia tenggelam dalam heran dan bingungnya, ponselnya berbunyi. Cepat-cepat ia meraih ponselnya yang berada di atas nakas samping ranjangnya. Zia yakin itu salah pesan dari Sean. Benar saja, senyuman gadis itu langsung mengembang sempurna saat menatap
Read more
Zia Ngambek 2
Ya, hampir saja ia lupa kalau tujuannya berada di mansion Sean untuk bekerja. Padahal ia baru saja merasa melayang bisa bertemu dengan lelaki yang membuatnya nyaman. Gadis itu menghembuskan napas berat.“Ada apa, Gadis Kecil? Apa ada masalah?” tanya Sean menyadari suara hembusan napas Zia.“Tidak ada, Paman. Aku hampir lupa kalau aku ini penulis biografimu,” suara Zia terdengar lesu.“Maafkan saya, Gadis Kecil. Sepertinya setelah ini saya akan sibuk, dan akan sulit meluangkan waktu untuk melakukan sesi interview, karena itulah saya mengirimkan portofolio. Jika ada yang membuatmu bingung, kamu bisa tanyakan saja yah!” Suara Zia kembali berhembus berat nan panjang lagi. “Baiklah.” “Untuk sekarang, kamu fokus dengan pekerjaanmu dan saya fokus dengan pekerjaan saya! Kita selesaikan tugas kita masing-masing, yah! Pasti sangat merindukan kamu, Gadis Kecil,”Penjelasan Sean langsung membuat Zia memasang wajah berat. Walaupun ia dapat mendengar suara pamannya terdengar berat. Padahal, ia ma
Read more
Godaan Zia
“Apakah ada masalah, Tuan?” Pertanyaan pak Sadin membuyarkan renungan Sean. Sedari tadi lelaki itu memainkan ponselnya, memutar-mutarnya dengan satu tangan seraya memasang tatapan berat. Tentu saja, pak Sadin mengiranya ada masalah berat.“Tidak ada pak Sadin. Fokus saja menyetir!” sahut Sean seraya mengukir senyuman.“Kita mau sampai, Tuan,” “Benarkah?”Indera penglihatan Sean beredar pada arah kanan dan kirinya. Ia tersenyum tipis menyadari ucapan asisten pribadinya benar. Kemudian ia merapikan jas dan dasinya dan mempersiapkan dirinya untuk segera turun.“Apakah Bagas sudah siap?” tanya Sean setelah mobil yang dikemudikan pak Sadin memasuki jalanan menuju lobi hotel Alanda, hotel yang dikelola Niko sebelumnya.“Sudah, Tuan,” jawab pak Sadin cepat. Wajah pak Sadin terlihat ragu dan sungkan saat ia baru saja menginjak pedal rem mobilnya, sementara Sean sudah bersiap turun. Lelaki paruh baya itu secepatnya memutar bahunya, menoleh ke arah belakang. “Tuan Sean!” panggilnya.“Ada apa
Read more
PREV
1
...
56789
...
20
DMCA.com Protection Status