All Chapters of Malam Panas Dengan CEO: Chapter 71 - Chapter 80
200 Chapters
Cara Membujuk Zia
Zia sukses membuat konsentrasi Sean teralihkan. Ia terus memandangi layar ponselnya selama pak Sadin membawanya kembali ke hotel holfive, tempat seharusnya ia berada. Lelaki itu meneliti wajah gadis kecilnya yang terlampir pada layar ponselnya.Ya, Zia mengirimi dirinya dua foto dengan wajahnya. Gadis memasang tatapan mengancam, dengan bibirnya yang maju. Kemudian pada foto kedua, gadis itu memasang tatapan bayi yang memelas, dan bibirnya tetap maju.Lelaki itu bahkan sampai harus menggaruk rambut depannya, memaksa otaknya bekerja keras untuk mengartikan ekspresi gadis kecilnya. “Sebenarnya kamu marah atau memang menggoda saya?” gumannya tak jelas.“Ada apa, Tuan?” tanya pak Sadin dengan tatapan cemas. “Apakah Bagas melakukan kesalahan?”Sean tersadar kalau lelaki tua di hadapannya terus memperhatikan dirinya. Tentu saja, sejak ia keluar dari ruang meeting tadi, dirinya sibuk dengan ponselnya dan tak mengajak pak Sadin bersuara. Jika sedang begitu, pak Sadin pasti mengira dirinya seda
Read more
Cara Membujuk Zia 2
“Siapa?” Suara ketukan pintu membuyarkan kegiatan Zia yang tengah berkutat dengan laptopnya. Gadis itu mengalihkan pandangannya pada jam dinding di samping kanannya, sebelum menatap ke arah depan, tepatnya pada pintu kamarnya. Keningnya mengkerut menyadari jam dinding sudah menunjukkan jam sembilan malam.Seperti itulah Zia saat ia sudah memutuskan fokusnya pada tulisannya. Ia kerap kali lupa waktu, hingga tak sadar waktunya sudah terlewat jauh. Gadis itu lalu beranjak menuju pintunya yang terus berbunyi. “Kalau ketukannya begini, aku yakin bukan bi Asti,” gumannya seraya meraih handle pintu kamarnya.Dugaannya benar. Bukan bi Asti, melainkan Sean. Gadis itu langsung memasang wajah datar, lalu membuang wajahnya dari lelaki di hadapannya.“Kamu sudah makan, Gadis Kecil?” tanya Sean sebagai sapaan. Zia hanya berdeham santai, isyarat dirinya masih bertahan merajuk. Tentu saja, Sean paham. Tangannya langsung menunjukkan paper bag kecil pada gadis di hadapannya.“Apa ini?” tanyanya deng
Read more
Sean Menggoda
Sean bagaikan anak kecil yang terus disuapi oleh Zia dengan es krim bawaanya. Namun, keceriaan di wajahnya dan wajah Zia tergambar jelas tak ada beban. Kemudian Zia memilih melanjutkan pekerjaannya, menyelesaikan tulisannya agar ia bisa segera menyerahkan sedikit demi sedikit hasil tulisannya pada Risma, editornya. “Paman, kalau mau istirahat, istirahat saja! Aku biasa kerja sendirian dan sampai larut,” saran Zia dengan tatapan sungkan. “Tidak apa-apa, saya ‘kan sudah berjanji akan menemani kamu sampai selesai,” ucap Sean diakhiri senyuman tulusnya. Tentu saja gadis itu tidak tega melihat wajah lelah Sean. Apalagi lelaki itu baru saja melepaskan jas formalnya dan menyisakan kemeja putih dengan lengan panjang. Pasti ia langsung menemuinya dahulu tanpa bertukar pakaian dulu ke kamarnya.  “Tidak usah pedulikan saya! Saya ingin tahu bagaimana kamu bekerja hingga k
Read more
Mesra
Wajah Zia berubah tegang. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa membeku, tetap detak jantungnya berpacu cepat dan tak beraturan. Zia bahkan kesulitan memejamkan matanya, atau mengalihkan tatapan matanya dari kedua mata Sean.Sean tersenyum tipis, membuat napas Zia terasa berhenti berdetak. Ia kemudian menyibakan helaian rambut gadis kecilnya yang menghalangi wajahnya. Kedua tangannya lalu bergerak menutupi kedua telinga Zia.“Jika nanti ada yang mengatakan hal yang buruk tentang saya atau kamu, jangan dengarkan! Percayalah, saya tulus padamu dan saya akan berusaha semampu saya untuk melindungi kamu,” ucap Sean lembut diakhiri senyuman manisnya. “Kita mungkin akan jarang bertemu, tapi saja janji akan menyempatkan diri menemuimu setiap pulang kerja.”Lelaki tampan itu menyadari kisah cintanya de
Read more
Mencurigakan
Kring! Suara dering telepon di atas meja kerja Sean membuyarkan kosentrasinya. Lelaki itu menyudahi fokusnya pada tumpukan map di hadapannya. Ia meraih gagang telepon berkabel tersebut, setelah menghembuskan napas malas. “Iya,” sahutnya singkat. “Tuan, ada nona Agnes ingin menemui Tuan. Katanya ingin mengatakan hal penting dan tak bisa diwakilkan,” pak Sadin, suara di balik telepon langsung mengatakan maksud menelponnya. “Suruh masuk!” “Baik Tuan.” Sean kembali menghembuskan napas malas seraya meletakkan kembali telpon kabelnya. Ia juga merapikan map di hadapannya. Tak berapa lama, pintu kerjanya langsung terbuka, terlihat gadis cantik melongokkan kepalanya sedikit.
Read more
Agnes Licik
“Boleh papi masuk?”Agnes memutar tubuhnya menoleh ke arah pintunya setelah mendengar suara ketukan pintu dan suara ayahnya. Lelaki paruh baya dengan piyama satin warna biru tua melangkah masuk tanpa menunggu anak gadisnya mengangguk. Agnes, yang tengah duduk bersandar di kasurnya dan memangku tangan menghadap arah balkon kamarnya memasang wajah cemberut menyambut kedatangan tuan David Prayoga Handoko, ayahnya. “Ada apa, sayang? Kok mukanya murung? Kata mami kamu belum makan dari kemarin?” tanya tuan David seraya mendekat dan membawa bobot tubuhnya berlabuh di samping Agnes.Anak gadisnya tak menjawab. Agnes membawa tubuhnya berlabuh pada dada bidang ayahnya. Tentu saja tuan David tidak keberatan dengan tingkah manja anak gadisnya. Ia langsung mendekap dan membelai lembut rambut anak gadisnya.“Kamu punya masalah di tempat kerja?” tanyanya dan langsung dijawab gelengan Agnes. “Ada saingan kamu yang bikin gara-gara?” tanyanya lagi.Agnes menaikkan tubuhnya. Ia lantas menghadapkan waja
Read more
Skandal Sean
Sesuai permintaan Agnes. Potret kebersamaanya dengan Sean langsung menjadi topik utama pembicaraan di berbagai stasiun televisi. Tak menunggu lama, sore hari setelah berita itu beredar banyak wartawan berkumpul di depan lobi hotel holfive, hotel tempat Sean berada.Ya, walaupun pada beberapa potret yang tersebar wajah Sean diburamkan, tetapi tetap saja banyak wartawan yang mengejarnya. Sean bahkan kesulitan untuk pulang ke rumahnya. Tentu saja lelaki itu marah dengan pemberitaan tersebut.Berkali-kali ia menghembuskan napas berat, seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran kursinya. Sean menatap langit-langit seraya berpikir keras. Lelaki itu bahkan tak bergeming saat pintu ruangan kerjanya diketuk oleh pak Sadin.“Tuan Sean?” panggil pak Sadin langsung memasuki ruangan kerjanya. “Tuan baik-baik saja?” tanyanya dengan tatapan sendu.Sean terkikih kecil. Ia terlihat enggan menoleh pada asisten pribadinya. “Apa saya sekarang terlihat baik-baik saja?” ketusnya.“Maafkan saya, Tuan. Saya
Read more
Kunjungan Zia
“Nona Zia, lihat berita ini!”  Hampir saja Zia terkejut. Piring di tangannya yang baru saja dibilas, hampir terlepas pula. Bi Asti berjalan cepat menuju ke arahnya. Gadis itu langsung mengeringkan tangannya dengan handuk putih di dekat pencucian piring. “Ada apa, Bi?” tanyanya penasaran. “Lihat ini, Nona!” Bi Asti menyodorkan ponsel miliknya. Gadis itu langsung menerimanya. Siaran langsung berita gosip yang terlampir pada layar ponsel bi Asti. Kedua bola mata Zia langsung membulat sempurna saat melihat timeline pada berita tersebut. Ia lalu menoleh pada wanita paruh baya di hadapannya. “Ini hanya gosip, Nona! Ini berita hoax. Nona Zia tahu sendiri ‘kan, tuan Sean tidak menyukai nona Agnes,” jelas bi Asti dengan hati-hati. Wajah Zia terlihat berpikir. Ingatannya langsung tertuju pada kejadian malam tad
Read more
Sambutan Hangat Sean
Tak banyak yang mereka perbincangkan dengan pak Sadin. Zia dan lelaki paruh baya itu justru membincangkan ayahnya. Tentu saja, pak Sadin sangat mengenal ayahnya, Darul.Hingga tak terasa obrolan ringan mereka sudah mengantarkan Zia mendekat pada hotel Holfive. Gadis itu terlihat terkejut melihat banyaknya wartawan yang mengerumuni hotel milik Sean. Pasti Sean kesulitan keluar dari kejaran mereka, dan memutuskan untuk tidak pulang.“Sebagian dari mereka sudah pulang, Nona. Siang tadi bisa dua kali lipat jumlahnya,” ucap pak Sadin menyadari ekspresi melongo dan terkejutnya Zia. “Tapi ada untungnya sih. Seluruh hotel langsung penuh diisi beberapa dari wartawan yang pura-pura menjadi pengunjung hotel dan menanyai beberapa karyawan hotel.”“Sayangnya usaha mereka sia-sia. Semua pegawai hotel tak akan ada yang buka suara,” terang pak Sadin. Zia terkikih mendengar ucapan pak Sadin. Gadis itu kembali melongo, mobil yang dikemudikan pak Sadin justru berjalan melewati mesin parkir yang seharus
Read more
Penyusup
Suara ketukan pintu menghentikan lumatan hangat Sean dari bibir. Wajah langsung berubah cemas, sedangkan gadis kecilnya terlihat tegang, hingga ia refleks membuka matanya yang sedari terpejam menikmati lembutnya lidah Sean. Indera penglihatannya langsung menangkap wajah cemas lelaki tampan di hadapannya.Sean langsung meletakkan telunjuknya pada bibirnya. Isyarat agar Zia berdiam diri dan tak bertanya. Kemudian lelaki itu menggerakkan kedua bola matanya ke sebelah kanan. Itu juga isyarat agar gadis kecilnya bergeser ke arah tersebut.“Pelayanan kamar, Tuan,” ucap suara di balik pintu setelah ketukan pintu terdengar lagi.Tangan Sean merapikan piyamanya, memastikan tubuhnya terlindungi sebelum membuka pintu kamarnya. Seingatnya, ia tak meminta seseorang datang menemuinya. Tentu saja, ia sedikit cemas.Terlihat seorang pegawai wanita hotelnya dengan troli makan di sampingnya. Ya, Sean mengenali seragam pegawainya tengah tersenyum ramah padanya. Sean membaca nama tag pada baju tersebut,
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status