Semua Bab Pengendali Arwah Terakhir: Bab 21 - Bab 30
118 Bab
21| Menyelinap ke Perpustakaan Rockwool
Eryk selalu merasa gelisah jika keluar pada siang hari. Saat malam, ketika menjelajahi kota mencari makanan dan persediaan atau sekadar berjalan-jalan, kegelapan melindunginya dari tatapan para manusia yang ingin tahu.Bergerak di malam hari membuatnya lebih bebas di jalanan dan di sepanjang bubungan atap. Tapi, di darat di bawah cahaya menyilaukan sinar matahari, Eryk merasa terpapar.Eryk harus menutupi kepalanya dengan tudung jaket dan berjalan dengan kepala tertunduk. Di sepanjang trotoar, Eryk terus melipat kedua lengannya ke dada. Seolah-olah, dengan begitu dia akan mampu menghalau pandangan orang pada keberadaan dirinya.“Rockwool kota yang cukup luas,” gumam Eryk. “Jalan-jalannya diatur menyerupai kisi-kisi. Sayangnya, aku tak bisa membaca nama jalan. Karena beberapa ditulis menggunakan huruf-huruf asing yang aku tak mengerti.”Seolah-olah Rockwool adalah sebuah kota fantasi yang tak ada dalam kehidupan nyata. Faktanya sela
Baca selengkapnya
22| Ruang Arsip yang Terkunci
“Tempat itu?” Alland mengerutkan keningnya. Bocah laki-laki itu terlihat lucu dan sangat polos.“Maksudku,” ujar Eryk. “Antarkan aku ke ruangan arsip yang menyimpan sejarah dan informasi apa pun mengenai kota ini. Kau mengerti, kan?”“Yah, tentu saja. Ruang arsip adalah tujuan yang tepat jika kau ingin belajar tentang sejarah. Jadi, dugaanku benar, kan? Kau memang menyukai sejarah, Eryk.”Alland bersikap seolah-olah dia pria dewasa. Dia berusaha menyejajarkan diri dengan Eryk dalam percakapan. Meski terlihat sangat lucu, tapi Eryk menghargai usaha bocah itu.Eryk mengekor di belakang Alland dan berjalan di antara rak-rak. Dia berusaha tidak menatap buku-buku yang sangat menggoda di seluruh deretan rak-rak itu. Eryk harus fokus dan memperhatikan tujuannya.Alland terus melangkah menaiki tangga hingga sampai di lantai dua. Mereka menyusuri lorong dan koridor lalu berbelok ke kanan. Tiba-tiba, Allam berhenti.“Di sini!” katanya sambil menunjuk sebuah pintu besar di hadapannya. “Tapi, ada
Baca selengkapnya
23| Tamu Keluarga Jarvis
White terbang mendahului lalu bertengger di atap mobil Tuan Jarvis.“Belum terlambat untuk berbalik,” katanya pada Eryk.Eryk menguatkan diri dan terus berjalan. Di kejauhan, dia mendengar lonceng dari menara Penjara Rockwool berdentang yang menunjukkan waktu sudah pukul 07.00 malam.Matahari sudah lama terbenam dan hari sudah cukup pekat. Di langit hanya terlihat awan mendung. Tidak ada bulan yang pucat apalagi bintang.“Kita bisa pergi ke kota dan menjarah bak sampah restoran ayam,” ujar Black. “Kenapa kita harus ke sini? Buang-buang waktu saja! Ada banyak pilihan di kota. Dan sepanjang ingatanku, kau belum membayar janjimu untuk memberiku makan malam yang lezat, Wayland!”Eryk terhenti. Dia berusaha menutupi kegugupannya dengan menyelipkan kedua tangan ke kantong celana. Punggungnya sedikit membungkuk. Dan wajahnya terlihat pucat. Eryk selalu pucat dan kurus.“Aku ingin melakukan ini, menghadiri undangan makan malam keluarga Jarvis,” ujar Eryk pada kedua burung itu.“Tapi, kau tida
Baca selengkapnya
24| Berapa Usiamu? (1)
Suasana di ruang makan benar-benar terasa sangat canggung. Ketika Alland meninggalkan ruangan untuk mengambil piring, Eryk terpikir untuk berbalik dan kabur.“Mereka jelas-jelas tak menginginkanku di sini. Seharusnya aku mendengarkan White.”Eryk berusaha tersenyum. Tapi, dia yakin kelihatannya akan lebih seperti cengiran. Tuan Jarvis mengangguk seakan dia tidak yakin harus menanggapi senyum Eryk seperti apa. Nyonya Jarvis hanya meletakkan pinggan ke meja dengan perlahan dan Alyssa tetap menghindari bertatap muka dengan Eryk.“Silahkan, duduklah!” kata Tuan Jarvis pada Eryk. Pria itu juga menoleh pada Alyssa dan meminta gadis itu untuk kembali ke tempat duduknya.Dengan gugup, Eryk melakukan yang disuruh. Tangannya diletakkan di kedua sisi tubuh selagi duduk. Semuanya tampak sangat bersih! Dinding, lantai, taplak. Dia nyaris tak berani bergerak karena khawatir akan mengotori semua benda-benda itu.Sesaat Eryk merasa seperti orang konyol. Dia benar-benar lupa bagaimana rasanya menjadi
Baca selengkapnya
24| Berapa Usiamu? (2)
“Ada apa dengan kalian berdua? Sepertinya kalian lebih mengenal Eryk daripada dirinya sendiri. Bukankah sebaiknya dia menjawab pertanyaan itu sendiri, Anak-Anak?” Tuan Jarvis merasa gusar. “Betul,” jawab Eryk dengan singkat. “Umurku sudah 22 tahun. Meski penampilanku sangat buruk dan terlihat lusuh,” ujarnya dengan nada sakartis. “Maaf, Eryk. Aku tidak bermaksud menyinggungmu. Aku hanya….” Nyonya Jarvis memotong ucapan suaminya. “Kami hanya khawatir jika anak-anak kami salah memilih teman. Jarak usiamu terlampau jauh dari anak-anak kami, terutama Alland. Bukankah itu sedikit riskan jika kau berteman dengan mereka?” “Tak ada yang meminta mereka untuk berteman denganku!” Nada suara Eryk terdengar tajam. “Berhentilah mengintrogasi dan menyudutkan, Eryk!” kata Alland dengan kesal. Lalu, dia meletakkan piring di depan Eryk yang penuh dengan daging, kentang, dan sayuran. Semuanya disiram dengan saus daging. “Ayo, makanlah!” kata Alland. “Tidak ada yang pernah berubah di rumah ini,” g
Baca selengkapnya
24| Berapa Usiamu? (3)
Eryk memikirkan bekal makan siang milik Alland yang diberikan padanya. “Kemarin,” ujarnya. “Kau tahu?” ucap Tuan Jarvis. “Aku mungkin bisa mencarikan tempat yang bisa menyokongmu.” Sambil meletakkan pisau dan garpunya. Eryk mengerutkan dahi. “Menyokongku?” “Kota ini bisa merawat anak-anak yang tidak….” “Tuan Jarvis, sekali lagi kukatakan, aku bukan anak-anak. Usiaku sudah 22 tahun. Meski aku tak bisa menunjukkan identitasku, tapi sedikit berlebihan jika kau masih menganggapku sebagai anak-anak, bukan? Aku bahkan lebih tua daripada putri sulungmu.” “Kau tidak perlu emosi begitu,” ujar Tuhan Jarvis. “Aku hanya berusaha menolongmu.” “Jangan ganggu dia, Ayah!” ujar Alland. “Dan kau masih saja keras kepala, Tuan Jarvis. Sudah kukatakan sebelumnya, pemuda ini bukanlah anak-anak. Bahkan dia sudah cukup usia untuk menikah!” ujar Alyssa dengan acuh tak acuh. Tuan Jarvis memberi kedua anaknya tatapan tajam. “Jangan berseru kepadaku, Nona!” ujarnya pada Alyssa. “Tidak setelah ketidakpatuh
Baca selengkapnya
25| Ular Berbisa yang Menyelinap (1)
Eryk terpaku sesaat. Dia berusaha mencerna apa yang sedang dia lihat. Coki meringkuk di dasar tangga dan menggonggong seperti gila. Sementara Alland menjerit dan terus menjerit.Seekor ular tergeletak di karpet. Sisik ular itu berwarna gelap dengan panjang sekitar tiga meter. Badan ular itu melingkar tapi kepalanya yang pendek dan gemuk terangkat dari lantai.Eryk sudah akan melompat tapi ditahan oleh Tuan Jarvis.“Jangan, mundur!” Katanya. “Itu berbahaya.”“Menjauh dari anjingku!” teriak Alland pada sang ular. “Coki!”Bukannya mundur, ular itu malah melesat maju. Gonggongan Coki menjadi dengkingan ketika taring ular menggigit kakinya dan menyangkut di sana. Anjing berbulu cokelat itu menggeram dan menggigit-gigit lalu berguling-guling. Dia sempat menggeliat sampai berhasil membebaskan diri.Ular itu mendesis, berbalik, dan melata langsung ke arah Alland. Matanya sewarna zamrud dan mengkilat. Ular itu mengamati setiap gerakan Alland dengan cermat.Eryk melepaskan diri dari cengkeraman
Baca selengkapnya
25| Ular Berbisa yang Menyelinap (2)
Tuan Jarvis memijat dahinya dengan satu tangan. Seakan dia tak percaya atas apa yang telah terjadi. Akhirnya, dia memberi tanda ke arah pintu sambil menatap Eryk.“Maaf, tapi kami butuh waktu untuk sendiri.”Eryk mengangguk mengerti dengan situasi itu. Meski dia masih terpaku dalam keheningan.“Aku akan mengantarmu,” ujar Alyssa.Seolah-olah Tuan Jarvis tidak mendengar kata-kata Alyssa. Dia mengabaikannya. Bahkan tersirat kelegaan di mata pria itu ketika Alyssa juga memutuskan untuk pergi dari sana. Kenyataan itu sedikit membuat Eryk terkejut.Ketika berdiri di teras, Eryk menatap halaman berumput rumah keluarga Jarvis. Dia pernah melihat satu atau dua ekor ular rumput di taman. White bilang mereka adalah santapan lezat. Tapi, Eryk belum pernah melihat yang sebesar tadi dan tak pernah ada yang beracun. Tidak di Rockwool.Eryk sebenarnya ingin sekali menghibur Alland. Tapi, Tuan Jarvis sudah menggiringnya keluar. Dia bahkan tak sempat mengucapkan terima kasih kepada bocah itu. Kini han
Baca selengkapnya
26| Petunjuk Baru (1)
Eryk terbangun bahkan sebelum matahari benar-benar muncul. Dia meregangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang terasa kaku dan kesakitan. Kulitnya tergelitik di udara yang dingin.“Enak sekali kau bisa terlelap. Sedangkan aku harus terjaga semalaman penuh,” keluh White.“Bukankah memang kau makhluk nokturnal? Sudah sepatutnya kau terjaga semalaman penuh. Tidurlah sekarang. Biar aku yang bergantian jaga.”“Guys, apa sebenarnya yang sedang kita cari dan tunggu semalaman ini?” Black kembali bergabung setelah melompat keluar dari semak-semak.Mereka bertiga menghabiskan malam di batang pohon di seberang rumah keluarga Jarvis. Walaupun White mendesak Eryk untuk kembali ke sarang, Eryk tak bisa tidur sekejap pun. Dia benar-benar baru terlelap ketika pagi hampir menjelang dan terjaga tiga puluh menit kemudian. Mereka berdebat sepanjang malam.“Bagaimana jika pria besar itu kembali? Bagaimana jika dua kawannya—si perempuan aneh dan pria bongkok itu kembali?”Eryk teringat pada betapa besar kekuat
Baca selengkapnya
26| Petunjuk Baru (2)
Alland mengatupkan bibir. “Menurutmu, dia ada kaitannya dengan ular itu?”“Mungkin?” ujar Eryk. “Jika kita mau mengaitkannya, bisa saja ular itu berhubungan dengan tato ular yang ada di tubuhnya. Dan aku tak pernah melihat ular seperti itu di Rockwool sebelumnya.”“Aku pernah!” ujar Alland. “Tapi hanya di kebun binatang. Mom pikir mungkin ular itu kabur dari sana.”Bocah laki-laki itu menengok kembali ke rumahnya dengan waspada. Dia khawatir jika orang tuanya akan memergoki.“Aku takut. Dad pernah mendapatkan ancaman-ancaman tapi tidak yang seperti ini.”Eryk ingin menghibur bocah laki-laki itu tapi dia tak tahu bagaimana caranya. Dia sudah lama sekali tak pernah berinteraksi dengan manusia apalagi seorang anak-anak. Jadi, dia memilih mengalihkan pembicaraan.“Omong-omong soal kakakmu—Alyssa. Apakah dia orang yang kau maksud? Yang mengerti tentang simbol-simbol yang aku tanyakan padamu tempo hari?”Alland mengangguk dengan ragu-ragu. “Aku tidak mengira kalian sudah saling mengenal. Ya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status