Semua Bab Tunjukkan Pesonamu, Nina!: Bab 21 - Bab 30
121 Bab
21
Nina menyajikan hidangan yang telah dimasaknya dibantu oleh Kanaya yang tengah menata meja. Makanan malam ini sangat penuh karena ukuran kakap yang cukup besar. Nina merasa senang setiap kali menyajikan makanan hasil jerih payahnya sendiri. Menurutnya makanan adalah sebuah karya yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang. Ia merasa puas kala teman-temannya, terutama Adam menatap hidangan dengan tatapan kagum. Nina sadar bahwa selera makan mereka bertambah."Wah, ini lo yang masak, Nin?" Mata Ikbal terlihat berbinar. Ia memotret hidangan dengan berbagai angle agar terlihat aesthetic."Ayo dicobain semuanya." Nina menyuruh mereka semua untuk segera mencicipinya, terutama Adam. Kini, Nina mendorong sedikit masakannya ke arah Adam agar pria itu leluasa untuk mengambil potongan ikan."Hm, enak banget!" Kesha memuji dengan tulus. Tak terhitung berapa kali teman-temannya memuji masakan Nina. Bahkan Ezra sekalipun mengakui bahwa Nina adalah chef yang andal. Nina tersenyu
Baca selengkapnya
20
Ternyata kegiatan merangkai bunga tidak semudah yang Nina kira. Ia pikir, hanya perlu menyelip-nyelipkan berbagai bunga cantik yang Ia mau ke dalam vas bunga. Namun sang florist mengatakan bahwa setiap bunga memiliki simbol. Jika kau memasukkan bunga asal-asalan, maka tidak akan menciptakan hal yang bermakna.Nina bolak balik membuka internet untuk mencari berbagai arti bunga yang sesuai dengan kemauannya hari ini. Adam dan Nina memutuskan untuk saling memberikan bunga yang dirangkai untuk satu sama lain, oleh karena itu, Nina harus membuatnya dengan serius. Rangkaian bunga Adam tidak terlalu banyak memadukan warna, jika dilihat sekilas, tidak terlihat menarik namun sangat rapih. Seperti, Adam telah memiliki konsep yang sudah diaturnya dalam kepala.Bunga Edelweiss melambangkan keabadian, kemudian diselipkan bunga baby's breath ke tepi-tepinya. Tak lupa bunga krisan yang berarti kesetiaan mendominasi bagian tengah, dan lavender mempercantik kedua
Baca selengkapnya
22
Kini mereka semua kembali berkumpul di sofa ruang TV setelah Ikbal membeli sebuah permainan Jenga dengan konsep truth or dare. Nina yang tadinya tidak mood kini kembali bersemangat kala mendapatkan pesan dari Adam, bahkan Ia mendapatkan dua pesan malam ini. Entah siapa satunya, Ia pun tidak peduli."Jadi, setiap balok ini ada pertanyaannya. Balok yang kalian pilih itu yang harus kalian jawab," Jelas Ikbal sembari menyusun balok satu persatu."Ada-ada aja sih lo punya mainan," Sean menggelengkan kepala. Mungkin Ia merasa sudah tidak pantas lagi karena telah menginjak kepala 3."Ck, emangnya lo pada nggak bosan apa kegiatannya itu-itu mulu," Keluh Ikbal."Jangan kelamaan mainnya, Ham. Besok beberapa dari kita harus berangkat kerja," Ujar Adam.Ikbal mengangguk dan dengan semangat menyusun balok bersama Ezra. Ezra sesekali mengernyit kala mengintip berbagai pertanyaan di dalam balok. Namun, pria itu tidak melayangkan protes apapun da
Baca selengkapnya
23
Nina tidak bisa tidur meskipun jam telah menunjukkan pukul tengah malam. Ia memutuskan untuk menjernihkan pikirannya sejenak di tepi kolam renang. Setidaknya dia masih bisa tenang karena kini Sean, Ezra, dan Ikbal masih mengobrol di ruang TV. Sehingga Nina tak sepenuhnya sendirian terjaga.Suara langkah kaki terdengar mendekat, kemudian ikut duduk di tepi kolam bersama Nina. Riak air yang tadinya tenang agak bergelombang ketika kaki pria itu memutuskan untuk ikut masuk."Kenapa belum tidur? Nggak ngantuk?" Tanya Adam sambil menjentikkan jemarinya ke depan wajah Nina. Sebab Nina terlalu larut dalam lamunannya.Nina tersentak, sebelum kemudian menyadari bahwa itu adalah Adam, "Eh? Aku pikir kamu udah tidur.""Aku tadi mandi, terus mau ikut ngobrol sama anak-anak, tapi malah lihat penampakan disini," Kata Adam."Maksud kamu aku penampakan?" Mata Nina memicing."Bukan kamu, tadi emang ada penampakan kok," Ujar Adam dengan santai, yang justru ber
Baca selengkapnya
24
Day 5Para penghuni asrama tampak sibuk setelah mendapatkan pesan untuk bermain satu permainan di pantai. Hadiah yang diberikan jika memenangkan permainan adalah kesempatan untuk menjadi penguasa, dimana penguasa berhak untuk mengatur seluruh pasangan kencan termasuk untuk dirinya sendiri. Tentu saja rasa lelah setelah pulang bekerja langsung sirna setelah pengumuman tersebut. Nina memutuskan untuk pergi menunggu yang lain di ruang tamu. Barang-barangnya sudah siap karena Ia hanya perlu membawa satu baju ganti dan sedikit make up, untuk berjaga-jaga jika mereka akan melakukan permainan air. Baru saja Nina membuka pintu pembatas antara dapur dan lapangan hijau di tengah gedung bangunan, Nina menemukan pemandangan yang cukup membuat sakit matanya. Adam dan Chelsea tengah bersenda gurau bersama, bahkan Chelsea sesekali memukul bahu Adam seolah-olah pria itu adalah pelawak nomor 1 di Indonesia. Apakah Adam pernah te
Baca selengkapnya
25
Game yang akan mereka mainkan adalah lomba lari, yang sialnya adalah kegiatan yang paling dibenci oleh Nina. Kali ini, yang berlomba adalah para kontestan perempuan, sehingga para pria hanya bertugas sebagai tim penyorak. Sean, nantinya akan memberikan aba-aba, dan para peserta lomba harus lari mendekati bibir pantai menuju ke air untuk memperebutkan bendera merah yang kini tengah tertajak di ujung sana.Nina mengambil ancang-ancang setelah melakukan pemanasan. Walaupun jauh di lubuk hatinya dia sudah pasrah dengan keadaan. Persetan dengan hadiahnya, Nina tidak punya bakat olahraga."Siap! 1....2....3!" Sean sebagai wasit kemudian menghitung start. Para kontestan berlari secepat kilat dengan Kanaya dan Chelsea berhasil memimpin permainan, sedangkan Kesha berada di urutan ketiga, dan tentu saja Nina berada di urutan terakhir. Apalagi saat mereka sudah menuju air, mereka tidak bisa bergerak dengan bebas untuk berlari sehingga pergerakan Nina semakin melambat. Hi
Baca selengkapnya
26
Aura yang dipancarkan kedua sejoli yang kini tengah sama-sama menatap keluar mengeluarkan sisi dingin yang hanya dipahami keduanya. Helaan nafas tak henti-hentinya terdengar untuk menyaingi keheningan yang melanda begitu lama. Keputusan yang dibuat Chelsea hanya menguntungkan sebagian pihak, dan kemudian merugikan pihak lainnya. Contohnya saja Nina dan Ikbal yang kini dipasangkan sebagai pasangan kencan. Jika saja tidak ada kamera, Nina mungkin akan mengumpat sepuasnya hingga rasa marah yang menyelimuti hatinya sirna. Begitupula dengan Ikbal yang sedari tadi memijat keningnya, mereka sama-sama tak punya energi untuk sekedar menunjukkan wajah bahagia yang palsu."Lo ada ide kita mau kemana?" Ikbal akhirnya memutuskan untuk membuka suara. Lelaki itu kelaparan, setidaknya Ia harus mengisi perut agar otaknya tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya.Nina hanya mengendikkan bahu, "Nggak ada.""Sama." Singkat Ikbal kemudian sebelum keheningan kembali menyerang.
Baca selengkapnya
27
DAY 6"Menurut lo gue harus gimana?" Tanya Nina kepada Sasa. Setelah kegelisahannya dua hari semalam, Nina merasa kali ini Ia harus benar-benar meminta saran kepada Sasa, yang ngaku sebagai pawang pria. Jam makan siang Sasa mau tidak mau harus Ia korupsi dengan iming-iming traktir Mie Gacohan. "Duh, gimana ya, Nin. Lo emangnya udah cinta banget sama ni laki?" Tanya Sasa."Nggak cinta juga kali, Sa. Ya gue merasa suka aja gitu sama cowok ini. Dia itu tipe gue banget gitu lho. Diantara cowok yang lain, gue juga paling dekat sama dia. Gua tuh malas ngulang dari awal lagi. Gue bahkan udah kepikiran buat milih dia di hari terakhir," Nina menundukkan kepalanya. Dia merasa pusing gara-gara harus menghadapi permasalahan cinta yang sungguh rumit."Elah, baru juga 6 hari, Nin. Kesempatan lo masih banyak buat ngerebut si Adam itu. Lagian nih ya, kalau pun itu cowok beneran suka sama teman sekamar lo, udah pasti dia nggak bakalan bilang cemburu
Baca selengkapnya
28
DAY 7 'Aku harap kamu nggak merasa ragu denganku. Aku beli cincin itu karena dia yang meminta.' Nina membaca pesan itu berkali-kali. Tentu saja Ia tahu siapa pengirimnya. Matanya termenung menatap keluar jendela. Tubuhnya bersandar di sofa sembari memperhatikan bulir air yang menetes ke kaca. Sang mentari bahkan masih enggan memancarkan sinarnya. Namun, wanita yang kini tengah memeluk tubuhnya yang menggigil tiba-tiba terjaga jam 4 pagi, menatap ponsel yang masih menampilkan layar yang sama.  Nina menyandarkan kepalanya di lutut. Nina akui Ia memang tidak mengantuk sama sekali. Setelah makan malam Ia memutuskan untuk tidur sebelum Adam sempat mengajaknya bicara. Pria itu datang tadi malam ke kamarnya, ingin mengklarifikasi sesuatu. Namun, Nina dengan enggan menolak halus, berkali-kali mengatakan kelelahan sehabis bekerja. Membuat lelaki itu paham, bahwa Nina sedang tidak ingin membicarakan apapun malam itu. Dan sekarang wanita it
Baca selengkapnya
29
"Maaf ya, Mas tadi malam aku nolak bicara. Aku cuman merasa lelah aja soalnya seharian kerja di kantor," Jelas Nina. Tentu saja Ia merasa bersalah karena sudah bersikap tak sopan kepada Adam. Padahal pria itu sudah mau repot-repot datang ke kamarnya untuk menjelaskan sesuatu, tetapi Nina malah menghindar seperti orang bodoh."Iya nggak apa-apa, aku mengerti. Maaf juga terlalu mendesak kamu semalam. Aku hanya merasa aku seperti harus menjelaskan sesuatu," Jelas Adam."Apa itu, mas?" Nina sebenarnya tahu, namun Ia tetap bertanya saja. Ia ingin tahu bagaimana penjelasan pria itu kepadanya."Soal cincin itu, bukan aku tapi Chelsea yang meminta, memang benar kalau aku yang memilih, tapi itu karena Chelsea memilihkan warna yang cukup aneh untuk dipakai pria berusia 34 tahun sepertiku," Kata Adam yang sontak mengundang tawa dari Nina. Tentu saja desain cincin itu terlalu simple untuk Chelsea yang cenderung suka sesuatu yang heboh. Pantas saja, meskipun cantik, tampilan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status