Karenina Subagyo dipaksa oleh teman sekantornya untuk mengikuti audisi ajang pencarian jodoh yang ditayangkan di platform streaming online berjudul "Find Your Love". Sebuah ajang pencarian jodoh bagi para single diluaran sana yang ingin menemukan cinta sejatinya. Menjadi satu-satunya wanita lajang di kantor dengan umur menginjak 29 tahun tidak hanya membuat kedua orang tuanya resah tetapi juga seluruh rekan kerjanya. Nina yang kepalang frustasi dengan status lajangnya pun memutuskan untuk mendaftar untuk audisi acara tersebut. Mampukah Nina mendapatkan pasangan hanya dalam waktu 30 hari? Ataukah Nina akan tetap menjomblo sampai di akhir acara?
View More"Nin, coba liat!" Sasa, rekan kerjanya menunjukkan sebuah poster diakun i*******m @DeepManagement yang berjumlah 1m followers dengan heboh. Dalam posternya tertampang sebuah pengumuman bahwa ajang pencarian jodoh telah dibuka kembali setelah season 1 berhasil menarik perhatian banyak penggemar tahun lalu.
"Lo mau ikut gituan? Nggak cukup satu suami?" Nina mengernyit. Pasalnya, Sasa sudah memiliki suami dan baru melahirkan anak perempuan 8 bulan lalu. Nina sendiri heran kenapa banyak masyarakat yang menontonnya sampai trending satu di platform burung biru. Apakah masyarakat Indonesia tidak memiliki tontonan yang lebih berkualitas dan mendidik? Sepertinya pertelevisian Indonesia memang sedang mengalami krisis. Melihat sekelompok orang berkencan dan bermesraan kemudian saling memilih, apa gunanya untuk di tonton? Yang ada malah membuat kaum-kaum jones seperti Nina semakin terlihat nelangsa.
"Ih, bukan. Gue mau menyarankan lo buat ikut audisinya. Siapa tau ada yang nyantol." Sasa menatapnya dengan tatapan menggoda. Nina memilih menggelengkan kepala dan tersenyum remeh. Sebenarnya tanpa Nina ikut kencan buta pun, Nina sudah banyak yang mau. Meskipun tubuhnya tidak tinggi kurus seperti model, Nina memiliki paras cantik dan elegan khas perempuan Indonesia.
Nina mendengus kesal, "Gue tau gue jomblo, tapi gue nggak se pasrah itu juga sampai harus ikut acara begituan. Geli banget ih apaan sih, gue itu nyari suami bukan nyari pacar ABG, Sa. Gue males main-main. Umur gue udah segini juga."
"Lo pikir yang ikut acara begini cuman ABG labil? Season pertama ada yang umur 33 tahun malahan. Lagian ya kalau lo ikut acara ini tuh banyak benefitnya tau. Lo bisa dapat popularitas, terus followers lo naik, engagement lo juga naik, dan lo bisa promosiin restoran turun temurun keluarga lo ini yang err--sudah semakin kolot dan tua." Keduanya sontak meringis. Melihat betapa jadulnya desain restoran membuat semakin hari semakin sepi pengunjung.
"Plus, lo dapet calon suami juga. Ya, pinter-pinter lo lah nanti kalau udah masuk ke acaranya jangan jatuh cinta sama brondong apalagi yang baru legal." Sasa bergidik ngeri membayangkan Nina akan menikahi bocah berparas jamet.
"Mana mungkin gue dapet calon suami kalau ikut dating show, Sa. Mustahil jatuh cinta dalam waktu 30 hari. Lagipula kalau gue ikut acara itu, gue harus tinggal di asrama sama orang asing selama sebulan. Ya kalau gue cocok, kalau gue nyusahin mereka gimana? Lo tahu sendiri teman lo ini malasnya kayak apa. Pasti gue disuruh bersih-bersih. Terus kalau teman sekamar gue orangnya ngeselin gimana? Gue nggak bisa menahan tangan gue buat nggak mencakar dia atau menahan mulut gue buat nggak mencaci maki dia. Terus juga, lo tahu gue gampang ilfeel sama orang, kalau gue nggak bisa menyembunyikan ekspresi gue gimana? Aduh, kalau ikut acara itu yang ada gue malah mencoreng image gue sendiri, Sa!" Keluh Nina panjang lebar hingga napasnya tersengal-sengal. Sasa menepuk bahunya pelan dan menyodorkannya air putih. Sasa khawatir kalau suara Nina habis nanti Nina jadi orang bisu. Kasihan pasangan kencannya kalau harus belajar bahasa isyarat.
"Bayarannya gede lo, Nin." Ucap Sasa tenang. Telinga Nina sontak memasang atensi penuh jika menyangkut tentang uang.
"Berapa emangnya? Kalau lebih gede gajih gue mah ogah."
"Yah, bisa lah buat beli Aipon 11, kalau ratingnya lebih tinggi dari season lalu, bisa buat beli Aipon 13. Ini no hoax ya. Gue tau sumbernya langsung dari Deep Management." Jika Sasa sudah mengatakan no hoax, artinya memang valid. Mengingat Sasa adalah orang yang supel dan punya banyak teman dimana saja.
"Hm, yaudah deh entar gue pikir-pikir lagi." Putus Nina setelah berpikir panjang.
"Nah, gitu kek dari semalem. Nggak sia-sia ya gue sholat tahajud buat doain lo, supaya terketuk pintu hatinya buat ikut acara ini. Duh gue seneng banget. Lo jagoan gue pokoknya. Awas aja kalau di final lo nggak dapat cowok ya. Malu kalau gue melihat temen gue gandeng angin di final."
"Dasar sinting."
"Apapun itu yang kamu pikirkan...aku nggak tertarik untuk mencoba. Jadi lupakan aja.""Haahh..." Kanaya menyandarkan kepalanya pada bahu kursi. Kenapa? Kenapa ia harus berkata seperti itu pada Ezra dan menyakitinya lagi? Kanaya terlalu kasar, tapi itu karena ia tidak ingin memulai apapun lagi dengan Ezra kemudian berseteru dengan ibunya yang tidak menyetujuinya."Ka?" Nina mengguncang tubuhnya, membuat Kanaya kembali tersadar."Eh, maaf...aku..""Kamu nggak enak badan? Istirahat aja atau pulang. Kamu kan lagi sibuk syuting, kalau kamu merasa keteteran, nggak ke cafe juga nggak apa-apa. Aku masih bisa handle kok, karyawan juga banyak.""Aku masih bisa kok.""Ka..." Ucap Nina dengan serius. Secara tersirat memerintahkan Kanaya agar istirahat saja.Bukan begitu...Kanaya hanya sedang berharap Ezra akan datang lagi walau sebentar. Kanaya tidak ingin kehilangan momen yang langka. Kenyataan bahwa kampus Ezra berdekatan dengan cafenya, membuat besar kemungkinan pria itu datang lagi. Kanaya s
"Za! Ada cafe baru di persimpangan, lo join nggak? Sekalian udud." Ajak Wahyu.Pria dengan jaket kupluk hitam dan headseat di telinganya tidak menjawab, pun menoleh. Matanya terpejam dengan tangan bersedekap."Za!" Panggil Jovi lagi, temannya. Kali ini dengan sedikit dorongan keras.Ezra membuka matanya yang memerah karena dibangunkan mendadak. Pria itu menguap lalu mengendikkan dagunya tanda bertanya."Kita mau kerja kelompok di cafe dekat persimpangan yang lagi rame itu.""Cafe Heureux itu ya? Yang punya seleb? Mau! Mau! Sekalian foto-foto disana yuk!" Abigail menyahuti."Terserah," Singkat pria kulkas itu."Sekalian cuci mata, katanya anak FEB pada sering nongkrong disitu. Mereka kan cakep-cakep. Itung-itung bantu lo move on, Za!"Ezra memilih acuh kemudian membereskan barangnya. Lagipula, ia ingin segera menyelesaikan tugas yang menumpuk dan tidur di apartemennya sampai pagi esok untuk membayar 2 malam begadangnya."Buset! Gercep banget ya Ezra kalau udah ngomongin cewek cakep. Ma
Bos'Dimana?'MeDikantin, Pak.Bos'Oke'Sudah 5 bulan berlalu sejak kesepakatan itu. Baik Adam maupun Norma tidak ada yang berniat untuk mengakhiri hubungan palsu ini. Setiap kali Norma bertanya, Adam hanya menjawab....'Sampai waktu yang tidak ditentukan.'"Lo kapan mau putusin si Bos?" Tanya Ika, sahabat dekat, satu-satunya manusia di kantor yang tahu rahasianya."Putusin gimana? Hubungan aja nggak ada.""Nah, itu maksud gue. Lo mau sampai kapan nggak dikasih kepastian dari bos? Lo nggak mau cari pacar emang?"Bagaimana mau cari pacar, kalau hatinya terlanjur berlabuh pada Adam Prakarsa...Melihat Norma yang hanya diam, Ika kembali bicara, "Lo suka ya sama bos?""Jangan ngasal.""Cih, lo pikri gue bego? Waktu awal-awal lo ngeluh ke gue 24 jam, bos nyebelin lah, bos kampret lah, bos inilah itulah. Sekarang, coba lihat, lo udah bukan ngeluh lagi. Tapi kayak cewek yang lagi jatuh cinta tahu nggak. Adam tuh baik banget dia malam-malam bawain gue obat pas sakit, Adam ngajak gue jalan-j
Pria itu sibuk menatap jalanan yang padat di bawah sana dari gedung pencakar langit lantai 10. Terhitung sejak kembali dari Bali, Adam belum memiliki semangat yang sama untuk bekerja. Padahal, seluruh karyawan perusahaan tahu, bagaimana bos workaholic mereka itu, jika menyangkut pekerjaan, ia pasti akan menggila sampai lupa waktu.Makanya, uangnya tidak akan habis tujuh turunan."Permisi, Pak. Izin saya Norma." Suara dari intercom memecahkan lamunan Adam, "Masuk."Gadis dengan setelah kemeja garis berwarna biru langit dan rok span diatas lutut itu menunduk setelah sampai di depan meja besar Adam, bosnya."Bapak memanggil saya?""Saya udah manggil dari tadi, kenapa kamu baru datang?""Maaf, Pak tadi saya mengerjakan laporan yang bapak minta hari ini...""Harusnya kamu tahu prioritas. Saya panggil kamu, artinya kamu harus tinggalkan laporan itu dan datang ke saya. Paham?"Ah, kena lagi..."Hm, baik, Pak."Adam mematikan rokoknya ke wadah kaca dengan aksen emas lalu duduk di kursi kebesa
"Saya terima nikah dan kawinnya Karenina Subagyo binti Subagyo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!""Sah?""Sah!!!""Alhamdulillah."Nina segera mencium tangan suaminya. Terhitung 1 tahun sejak pacaran, dan 6 bulan setelah lamaran, mereka menikah. Kini Nina benar-benar menjadi seorang istri yang ia pun tak sangka. Bahwa hari ini akan datang juga. Bagas menangis dengan haru. Terbayang masa-masa perjuangannya untuk meyakinkan Nina. Banyaknya hambatan tak serta merta menyurutkan rasa cintanya kepada gadis itu.Ada banyak hal yang tidak bisa terungkapkan dengan kata. Sehingga air mata akhirnya mewakilkan segala perasaan senang yang mendera.Dengan telaten Nina menghapus air mata suaminya. Bibirnya tersenyum malu saat melihat Bagas menatapnya lamat. Astaga, padahal mereka sudah menikah. Tapi malah bertingkah seperti remaja puber. Kemudian acara pun dilanjutkan dengan resepsi.Nina yang meminta agar acara diselesaikan dalam 1 hari saja meskipun memakan waku sampai sore
Ruang tamu yang disulap menjadi dekorasi sederhana, semakin ramai oleh keluarga Nina dan Bagas. Hiasan berbagai bunga asli yang memanjang dengan kaki besi pada masing-masing sisi lalu ada nama kedua calon di belakang berwarna emas. Nina sendiri sudah anggun dengan rambut yang tersanggul sederhana dipadukan dengan kebaya simple pilihannya. Senada dengan kemeja katun hijau sage milik Bagas.Nina merasa hari ini hanya imajinasinya, tetapi riakan ramai dari tamu-tamu yang datang membuatnya sadar bahwa ini adalah nyata.Ia telah dilamar.Bagaimana bisa ia sampai pada titik ini? Tentu saja berawal dari hal terkonyol yang Bagas lakukan. Menyematkan jemarinya dengan cincin plastik hadiah dari snack bulan lalu. Cincin dengan lampu kecil merah menyala seperti sirine. Kemudian, tak lama setelahnya, Bagas benar-benar datang membawa ibu beserta adiknya dengan maksud serius karena...ia rasa Nina sudah memberikan lampu hijau."Nah! Sudah!" Kanaya memutar tubuh Nina menghadap cermin agar gadis itu b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments