All Chapters of Luka Istri TKW Yang Dikhianati: Chapter 21 - Chapter 30
36 Chapters
Bab 21
Part 21"Aku ingin kau segera bertanggung jawab, Mas!" ungkap Irdiana setelah ia berkeluh kesah pada ibu."Paling tidak lamar aku secara resmi, Mas. Biar ayah dan ibu tahu kalau kamu memang serius. Aku gak ingin menggugurkan kandungan ini, tapi aku juga gak ingin keluargaku mendapatkan malu.""Iya, Dek. Aku akan segera melamar kamu. Tapi nanti tolong bantu bicara sama Pak Renaldi ya, biar dia gak menghukumku.""Sekali-kali dihukum tidak apa-apa kan, Mas?""Duh, bisa mati aku, Dek," keluhku.Irdiana justru tertawa pelan. "Terus kapan?""Emmh, aku harus diskusi dulu kan sama keluarga," jawabku pelan. Aku tak ingin menyakitinya maupun memberi harapan besar."Aku ingin kepastiannya sekarang!" pungkas Irdiana dengan nada manja. Sikapnya yang begitu menggemaskan membuatku makin sayang. Padahal dia hanya memakai piyama tidur saja, tapi bisa secantik dan seseksi ini kelihatannya."Dek, tenanglah, jangan gegabah dulu.""Aku gak gegabah, Mas! Semua sudah terlambat, aku cuma butuh kepastianmu k
Read more
Bab 22. Dihajar preman
Part 22Meski mendapat penolakan dari orang tua Irdiana, tapi aku yakin kalau gadis itu bisa mengatasinya. Pak Renaldi dan istrinya pasti akan luluh dan menerimaku. Untuk itulah aku perlu mengumpulkan uang. "Gimana Irdiana?" tanya ibu. "Aku ditolak, Bu. Tapi aku sangat yakin, Diana pasti bisa mengatasi ini. Bu, tolong persiapkan aja semuanya untuk melamar Diana.""Lamaran itu butuh uang gak sedikit, Her," sahut ibu."Aku akan minta pada Muti, Bu.""Ibu gak yakin istrimu akan membantu."Aku menghela nafas gusar. Uang tabunganku sudah menipis, paling hanya cukup untuk membeli cincin, belum barang bawaan yang lain. Tapi tidak mungkin kan hanya bawa cincin saja, keluargaku pasti akan dipermalukan habis-habisan. Apalagi Pak Renaldi memang keluarga terpandang.Kuhampiri Mutia selesai tahlilan di rumah. Kuutarakan kalau aku ingin meminjam uangnya, dan itu pasti akan kukembalikan suatu saat nanti. Aku tak percaya kalau dia tak punya uang. Sejak kepulangannya semua serba rahasia. "Sebenar
Read more
Bab 23
Part 23“Bu, Ibuu ...!” teriakan Devina mengagetkan Bu Imas Ismawati yang masih shock sepeninggal putranya. Gadis itu lari tergopoh-gopoh menghampiri ibundanya.“Mas Herdy mana, Bu? Dia jadi pergi sama Bang Santos?” tanya putrinya dengan nafas tersengal.Bu Imas mengangguk. “Sebenarnya ibu khawatir sama kakakmu, Dev. Takut kalau anak itu diapa-apain sama si preman. Kasihan.” Wanita paruh baya itu menghela nafas dalam-dalam. “Coba kamu tanya Irdiana, Dev, siapa tahu kakakmu dibawa ke rumah Pak Kades.”Devina mengangguk.“Oh iya, motor kakakmu mana?”“Ada di rumah Mbak Tantri, sepertinya karena panik, Mas Herdy jadi melupakan motornya," sahut gadis itu lagi.“Haduh, dasar anak itu memang pelupa.”Devina masuk ke dalam rumahnya dan mengambil ponsel yang ia geletakkan di sudut ranjang.[Ir, tadi Mas Herdy dibawa pergi sama Bang Santos? Apa dia ke rumahmu?] Devina mengirimkan pesan wa pada Irdiana. Lima menit menunggu tak ada respon. Ia pun menghubungi temannya itu, tapi tak kunjung dian
Read more
Bab 24A
Part 24"Mbak Mut, gawat, Mbak. Suamimu babak belur dihajar preman. Lukanya parah katanya sampai sekarang gak sadarkan diri. Sekarang dirawat di puskesmas."Kuhentikan aktivitasku dan menoleh ke arah Mang Damin, lelaki berumur 40 tahunan itu tetangga Mbak Tantri. “Tadi kakak iparmu yang bilang, Mbak Mut, saya hanya menyampaikan saja,” ujarnya lagi, kemudian permisi pergi.“Kau boleh izin pulang,” ujar Pak Arya. Aku menoleh ke arahnya. “Dia masih suamimu, lebih baik temui dia.” Usai mengatakan hal itu bosku itu pun pergi.“Baik, Pak,” sahutku entah didengar ataupun tidak.Aku menghela nafas panjang, melepas celemek serta seragam yang kukenakan dan berganti baju sendiri. “Kamu mau pulang, Mut?” tanya Santi.Aku mengangguk. “Mas Herdi katanya dirawat dan belum sadarkan diri.”“Halah suami gitu aja, kamu masih punya rasa kasihan. Biar aja mati sekalian, Mut! Dia kan sudah menyakitimu!” tukas Santi geram. Desas-desus kabar Mas Herdi yang kritis akibat dikeroyok preman terdengar santer d
Read more
Bab 24B
"Bercerailah dengan Herdy dan pergi sejauh mungkin dari desa ini!" Aku mendongak menatap wajah Pak Kades. Jadi seperti inikah wajah asli kepala desa ini?"Saya tidak ingin berbasa-basi. Tinggalkan Herdy sebelum sesuatu yang buruk menimpamu!" tegasnya lagi."Bapak mengancam saya? Apakah pantas ini yang dikatakan oleh kepala desa?""Saya seorang ayah yang tak ingin putrinya hanya jadi istri kedua."Setelah mengatakan hal itu, ia justru meninggalkanku penuh pertanyaan. Aku tersenyum masam, mentang-mentang aku hanya rakyat biasa dan dia seorang kepala desa seenaknya sendiri bilang seperti itu. Benar, mereka semua disini tak lagi menginginkanku. Untuk apa aku terus menerus bertahan di sini. Kenapa sih aku masih bodoh. Ya, aku memang perempuan yang plinplan, entah kenapa masih belum ada ketegasan dalam diri ini.Kulangkahkan kaki menjauh dan pulang tanpa berpamitan lagi dengan mereka. Sesampainya di rumah ... Kulihat rumah ibu tampak sepi bahkan tergembok dari luar. Kemana mereka?Aku me
Read more
Part 25. Permintaan Pak Kades
Part 25Setelah dua hari dirawat di puskesmasHerdi tersenyum kala mendengar hari ini dia diperbolehkan pulang. Ada hal yang membahagiakan lagi yakni tentang kedua orang tua Irdiana yang akhirnya menyetujui hubungan mereka. Ya, Pak Kades dan istrinya luluh juga dan hendak menikahkan mereka berdua."Akhirnya sebentar lagi kita menikah, Mas," ujar Irdiana seraya membantu mengemasi barang-barang yang hendak dibawa pulang.Ibunda Herdi dan saudaranya sudah menunggu di depan menyelesaikan bagian administrasi. "Ini semua berkat kamu, Dek.""Ya iyalah, aku harus berkorban demi anak yang kukandung agar dia punya ayah," sahut Irdiana seraya tersenyum manis.Satu hal yang membuat Herdi bertanya-tanya, sejak kemarin ia tak melihat Mutiara menampakkan batang hidungnya.Sesampainya di rumah ..."Bu, kenapa rumah sepi sekali ya? Apa Mutiara kerja?"Sang ibunda hanya menghela nafas berat. "Ibu gak lihat dia dua hari ini. Mungkin dia nginep di rumah selingkuhannya."Deg! Jantung Herdi terpompa lebih
Read more
Part 26
Part 26"Tapi sekarang pergi kemana sih dia, Bu? Kok gak pulang-pulang? Siapa tahu kan dia punya tabungan, kita palak aja!" seru Tantri yang membicarakan adik iparnya.Bu Imas hanya mengendikkan bahunya seraya membuang napas panjang. "Dia ngilang kalau lagi dibutuhin, memang dasar istri tak berguna!"Suasana hening sejenak."Gini Tantri, Fitri, coba kalian hubungi suami kalian. Siapa tahu punya uang lebih. Mohon bantu sebisanya saja.""Ini sih pemaksaan, Bu! Aku gak sekaya itu! Bahkan akhir-akhir ini Mas Doni kirim jatahnya dikurangi," sungut Tantri kesal.Bu Imas kembali menghela napas. "Tolonglah lihat ibu, Nak. Ibu gak mau kalau harus dipermalukan sama orang-orang desa. Kalian juga pasti akan malu.""Ck!" Tantri berdecak kesal. "Oke nanti aku usahakan, ngomong sama suamiku dulu. tapi kalaupun ada mungkin gak banyak, Bu. Aku gak bisa janjiin apa-apa.Seulas senyum merekah di bibir tua itu. Ia merasa sedikit lega meskipun belum pasti."Bu, aku sih gak bisa bantu. Kondisi kami juga la
Read more
Part 27
Part 27"Ya udah gak apa-apa, Mas, jangan khawatirin masalah biaya. Aku cuma mau menikah hari ini!" seru Irdiana."Iya, iya, kamu sabar dulu, Irdiana. Kita pasti akan menikah hari ini."Irdiana merajuk dan memohon kepada sang ayah, agar mencarikan penghulu yang lain.Pak Renaldi yang juga pusing akibat omongan orang-orang di belakang, segera bergegas menyuruh anak buahnya mencari penghulu yang lain. Serta mencari tahu apa yang terjadi pada pak penghulu yang akan menikahkan anaknya hari ini."Rombongan pak penghulu mengalami kecelakaan, Pak Bos, tergelincir saat perjalanan mau ke sini. Terus di jalan kecamatan sana ada pohon tumbang menghalangi jalan. Makanya semua juga terhambat," tutur salah satu anak buah Pak Renaldi dengan baju basah kuyup terkena air hujan."Jadi sudah dipastikan kalau mereka tidak bisa datang ya?""Iya, Pak Bos. Tidak bisa datang.""Ya sudah cari penghulu lainnya!""Nah, ini masalahnya Pak Bos, kan beberapa pohon tumbang menghalangi jalan. Meski panggil yang lain
Read more
Part 28
Part 28"Huh, segini doang sih kurang, Mas! Buat makan doang, rokok kamu juga. Trs beli skincare aku gimana? Cari yang banyak dong, Mas! Jangan malas!"Mendengar keluhan Irdiana, Herdi hanya mampu menghela napas kesal. "Kurang rajin bagaimana lagi aku, Dek? aku sudah kerja semaksimal mungkin.""Ya kurang rajinlah, buktinya hasil gak memuaskan gini! Huh!""Iya, maaf hasilnya hanya bisa segitu. Kau tahu sendiri cari kerjaan susah, aku bukan orang kuliahan seperti kamu, Dek. Jadi hanya bisa jalani kerja serabutan.""Harusnya kamu kerja di pabrik dong, Mas! Kan mayan tuh bisa dapat gaji setara UMK!""Kamu mau tiap hari aku ketemu Mutiara?""Ck!" Irdiana berdecak kesal. Ia langsung berlalu dari hadapan suaminya. Ucapan Herdi memang benar kalau dia kerja di pabrik, bisa-bisa setiap hari bertemu dengan istri pertamanya itu lalu mereka kembali menjalin cinta. 'Ah, ini gak bisa dibiarkan! Aku gak terima kalau Mas Herdi dan Mbak Muti bersatu lagi!' seru Irdiana dalam hatinya seraya menggeleng
Read more
Part 29
Part 29"Lho kok belum ada? Kamu kerja tiap hati, pasti dapat uang 'kan? terus gimana ini? Kamu harus tanggung jawab dong!" pungkas Bu Imas kesal."iya Bu, tapi cuma cukup buat makan, Bu. aku gak bisa nyisihin uang lagi.""Ah dasar, itu mah istrimu aja yang boros! Dikasih uang tiap hari masa gak bisa nyisihin uang sedikitpun!""Bu, kok nyalahin aku, Bu! Yang hutang kan ibu sama Mas Herdi, kenapa malah nyalahin aku?!""Ya iyalah nyalahin kamu, karena semua ini bersumber dari kamu! Kalau saja ayahmu itu gak bersikeras adain pesta mewah, pasti kami gak kelimpungan begini. Udah ngadain pesta, tapi tamu yang dateng gak ada!""Bu, jangan nyalahin aku dong Bu! Itu kan karena cuacanya yang buruk! Mereka gak datang ya wajar!""Ya iya, ini semua karena kamu dan keluargamu yang minta cepat-cepat nikah, asal aja pake tanggal! Harusnya dipikiiirr dulu!""HALAH, BU, BU, KAYAK NGASIH UANG KE KAMI RATUSAN JUTA AJA! CUMA LIMA PULUH DOANG JUGA KURANG BUAT SANA SINI! UDAH BANYAK PROTES!"Kali ini Irdian
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status