All Chapters of Menjadi Istri Gadungan Sahabatku: Chapter 51 - Chapter 60
121 Chapters
51|Sibuk Lagi
Galang mencium aku dengan hati-hati agar tidak mengenai hidungnya, lalu memakai helmnya lagi dengan perlahan. Dia tersenyum saat mengusap-usap kepalaku sebelum pergi menuju kantornya. Ada satu hal aneh yang terjadi. Jantungku berdebar-debar.Sebelumnya, aku tidak begini. Entah mengapa beberapa hari ini aku mengalaminya. Aku juga tidak bisa tidur semalam karena memikirkan ucapannya. Apalagi aku merasa sedikit bersalah setelah tahu dia selalu serius dengan semua lamarannya.“Selamat pagi, Yola!” sapa wanita yang ada di bagian resepsionis.“Selamat pagi!” Aku mendekati dia dan meletakkan bungkusan berisi sekotak roti untuknya. “Ini camilan ala kadarnya untukmu dan rekan-rekanmu.”“Wah, terima kasih! Aku senang kamu bekerja lagi,” ucapnya dengan tulus.Rekan-rekan satu tim menyambut aku dengan wajah bahagia. Mereka bahkan terharu melihat aku kembali. Padahal aku hanya diskors, bukan dipecat atau mengundurkan diri. Setelah memberikan roti bagian mereka, aku memasuki ruanganku.Sebuah buket
Read more
52|Mengkhianati Sumpah
“Kami tidak punya hal yang perlu dibicarakan dengan kalian,” ucapku ketus.Bukannya menyingkir, mereka malah tetap berdiri di dekat pintu. “Kita akan bicara, tetapi palingkan wajah kalian. Aku tidak mau ada penyusup lagi di unit kami. Keselamatan istriku yang paling utama,” kata Galang dengan tegas.Oh. Jadi, dia tidak memberikan kode masuk apartemen kepada Sonya, tetapi perempuan ini sendiri yang mendapatkannya entah bagaimana caranya. Dasar perempuan perebut suami orang. Beraninya dia membuat kesan seolah-olah Galang yang mengundang dia datang ke unit ini.Gara-gara fitnahnya itu, Galang mengalami banyak kesusahan. Salah satunya, dia harus merasakan malu berada di tempat umum dengan muka kehitaman. Dia tidak pernah sesedih itu melihat kondisi wajah yang selalu dia banggakan.“Seperti yang pernah aku katakan, kami tidak punya pembantu. Silakan ambil apa saja yang kalian mau yang ada di atas meja.” Aku melihat Sonya yang menatap aku dengan mata arogannya. “Jangan membuka lemari lain y
Read more
53|Rahasia Selamanya
~Galang~ Lagi-lagi Sonya yang ada di balik masalah yang Fay alami. Trici juga tidak tahu diri. Untuk apa dia bekerja sama dengan perempuan itu dan mengusik kedamaian hidup istriku? Apa dia sadar kalau Sonya sedang berusaha untuk mendekati aku? Wow. Aku tahu aku ganteng. Bahkan dengan kondisi wajah yang menyedihkan ini pun, para wanita tidak berhenti mengagumi aku. Beberapa memberi perhatian yang berlebihan, berpikir bahwa aku akan tertarik kepada mereka di masa susahku. Ternyata ada ruginya juga memiliki wajah ini. Istri pria lain jadi tertarik kepadaku. Lalu mereka sepakat untuk menyakiti istriku. Masalah yang aku hadapi ini tidak sepenuhnya karena Fay, tetapi mereka juga sengaja mengincar aku. “Cukup, Fay,” tolakku, melihat dia berniat menambah bedak di hidungku. “Kamu bisa diam sebentar, tidak? Kamu mau muka kamu jelek sendiri di album nanti?” ucapnya kesal. Dia memutar kepalaku agar berhadapan dengannya lagi, lalu menepuk-nepuk kuas dengan lembut di hidungku. “Nah, beres. Ayo,
Read more
54|Tunjukkan Desainmu
~Fayola~ Seperti biasa, Galang mengantar aku lebih dahulu ke tempat kerja. Jaraknya jadi lebih jauh dibanding jarak apartemen ke kantorku. Akibatnya, kami harus bangun dan berangkat lebih pagi. Aku sampai merasa pegal duduk terlalu lama di sepeda motornya. Dia memberi aku satu ciuman dan jantungku melompat bahagia. Nidya dan Mala kebetulan tiba secara bersamaan sehingga mereka menggoda aku habis-habisan. Aku hanya bisa pasrah mendengar mereka menyebut tentang semua aktivitas mesra suami istri di depanku. Padahal kami belum melakukan lebih dari berciuman. “Sudah diberi skors selama tiga hari, aku pikir kamu akan memperbaiki diri dan kualitas karyamu. Ternyata tidak ada perkembangan sama sekali.” Trici melempar kertas yang dia pegang sehingga beterbangan di depan kami. “Kamu juga berani sekali datang langsung berpura-pura lembur dan meminta hakmu. Apa kamu mau aku pecat? Apa yang dipikirkan Lila sampai dia tidak pernah memberi kamu surat peringatan? Aku baru bekerja di sini selama s
Read more
55|Demi Kamu
Aku tidak akan percaya ini kalau bukan karena aku mengalaminya sendiri. Galang mengabaikan semua panggilan masuk dariku. Ancaman apa pun yang aku gunakan, dia tidak membaca apalagi membalas semua pesanku. Dia tidak pernah begini sebelumnya.Trici yang biasanya menggempur aku dengan tugas yang menumpuk, tiba-tiba diam. Dia tidak mengirim pekerjaan apa pun untuk kami. Aku senang saja dengan keadaan itu, karena aku butuh menarik napas sesaat setelah beberapa hari diberi banyak pekerjaan.“Berengsek kamu, Galang!” umpatku dengan kesal.Aku menggigit kuku dengan gelisah, padahal itu bukan kebiasaanku. Berjalan mondar-mandir di ruang kerjaku pun tidak bisa mengurangi rasa cemasku. Mengapa dia melakukan semua ini? Apa yang ada di dalam kepalanya? Sial. Dia harus memberi penjelasan kepadaku!Ponselku bergetar di atas meja, aku segera mengambilnya. ‘Bekerja dengan baik. Aku akan jelaskan semuanya di rumah.’ Aku segera menelepon nomornya. Menunggu sampai deringan terakhir, dia masih tidak menja
Read more
56|Melawan Perintah
Bunyi keras itu tidak hanya terdengar olehku, tetapi juga pelayan yang bertugas di butik. Mereka segera mendekat untuk mengetahui apa yang telah terjadi. Aku masih berdiri tidak percaya melihat kejadian itu berlangsung sangat cepat. “Bu, kami mohon. Tolong, jangan buat keributan di sini. Kalau sampai orang-orang tahu, reputasi butik milik atasan kami menjadi taruhannya,” kata pelayan wanita yang tadi melayani di kasir. “Reputasi, katamu?” hardik wanita itu semakin berang. “Reputasi bosmu dan butiknya ini tidak lebih penting dari reputasiku. Pergi dari hadapanku atau aku akan memasukkan keburukan pelayanan butik ini di media sosial!” Ancaman usang itu lagi. “Tetapi, Bu,” kata perempuan itu memelas. “Apa lagi maumu?” Aku berdiri di depan Galang, melindungi dia dari perempuan pengkhianat itu. “Kalian yang maunya apa? Aku tidak mengganggu hidup kalian, mengapa malah menyebarkan video fitnah itu? Semua orang berpikir akulah yang datang dengan sukarela ke kamar tidurnya. Padahal bukan i
Read more
57|Merencanakan Liburan
“Sudah, jangan bahas gosip di acara bahagia ini,” kata Mama yang datang bersama pelayan dengan membawa baki. Minuman hangat dan makanan ringan disajikan di depan kami.“Iya, kita rencanakan liburan saja,” timpal Ekon yang ikut bergabung bersama keluarga kecilnya. Kedua anak mereka sudah mengantuk, jadi mereka duduk sambil bersandar pada papa dan mama mereka. Aku tersenyum mengingat mereka tidak bisa diam sepanjang acara tadi.“Bulan Juni, yuk. Jadi, pas dengan liburan sekolah anak-anak,” usul Amara. “Kita juga tidak terlalu lelah setelah berbulan-bulan mempersiapkan pernikahanku.”“Boleh. Asal bukan bulan Mei, karena aku dan Fay akan naik gunung,” kata Galang.Mereka serentak menoleh ke arah kami dan tersenyum penuh arti. Aku jadi ingat, Mama dahulu sangat menentang hobiku itu. Akibatnya, aku sering mendaki gunung tanpa izinnya. Karena aku selalu pulang dalam keadaan selamat, dia akhirnya mengizinkan aku melakukannya secara rutin.Apalagi Galang yang datang sendiri meminta izin untuk
Read more
58|Hari Besar
Lantai gang dari pintu gereja hingga ke altar telah dialasi dengan karpet berwarna merah. Pada setiap ujung bangku dihiasi dengan buket bunga kecil dari barisan belakang hingga depan. Altar juga tidak kalah indahnya dengan bunga berdiri yang didominasi oleh warna putih.Liturgis meminta kami untuk berdiri, lalu alunan piano mendendangkan mars pernikahan mengiringi Amara dan Papa yang berjalan bersama menuju altar. Adikku yang sepuluh tahun lebih muda dariku itu sudah bukan anak-anak atau gadis remaja yang manja lagi. Dia akan segera menjadi seorang istri, dan jika Tuhan berkenan, seorang ibu.Aku menitikkan air mata ketika dia dan Keano akhirnya diresmikan menjadi suami istri. Pernikahan mereka tertunda selama satu bulan demi mengalah denganku dan Galang. Perasaan bersalah yang sedikit membebani aku pun terangkat.“Tante Yola!” panggil Ezio dan Athena yang sudah duduk di kursi untuk mereka bersama kedua orang tua mereka. Aku melambaikan tangan, belum bisa mendekati mereka.Bukan hanya
Read more
59|Menghargai Privasi
~Galang~Entah apa rahasia yang dimaksudkan oleh Ekon sehingga Fay begitu marah kepadanya. Walau aku penasaran sekaligus kesal dia punya rahasia yang tidak aku ketahui, aku menghargai privasinya. Jika saatnya tiba juga dia akan menceritakan segalanya kepadaku.Upacara hingga resepsi pernikahan Amara berjalan dengan lancar. Apa yang ditakutkan Fay tidak terjadi. Bahkan video yang viral itu membuat banyak orang penasaran mengenai kami. Mereka tidak mendatangi kami langsung, tetapi hanya melihat kami dari jauh.Syukurnya, mereka orang-orang berduit yang memberi amplop tebal sebagai hadiah untuk kedua pengantin. Amara beruntung. Aku dan Fay lebih banyak dapat barang daripada uang dalam amplop. Namun semua klienku yang tidak hadir mentransfer uang ke rekeningku sebagai kado dari mereka untuk kami, dan jumlahnya fantastis sampai aku berulang kali menghitung nol yang tertera.“Sampai nanti bulan Juni,” ucap Ekon kepada kami semua.Kami membalas lambaian tangannya dan keluarganya. Mereka mem
Read more
60|Merasa Direndahkan
“Lang, apa yang kamu lakukan?” Dia mengangkat benda yang sudah aku buang ke tempat sampah.“Apa lagi? Membuang sampah pada tempatnya,” jawabku sekenanya.“Untung saja Tama menanyakan dahulu, jadi undangan berharga ini tidak terbuang sia-sia.” Dia duduk di depanku dan meletakkan sampah itu di atas meja.“Fay, itu sampah,” kataku, mengingatkan. “Mengapa kamu taruh di atas meja?”“Apa kamu tidak lihat plastik pembungkusnya sudah aku buka? Bagian dalamnya bersih,” katanya, tidak mau kalah.Undangan yang diberikan Trici semalam langsung aku buang ke tempat sampah di ruang depan. Aku tahu isinya sampah kering, jadi kertasnya tidak akan kotor. Namun bagiku, benda itu tetap sampah yang tidak seharusnya diletakkan di atas meja makan.“Mengapa kamu ambil lagi sampah itu? Kamu mau datang ke sana?” tanyaku heran.“Mereka sudah susah payah mengundang, tentu saja kita harus menghadirinya.”Aku mengangakan mulut, tidak percaya dengan pendengaranku sendiri. “Aku tidak ikut.”“Memangnya kamu tidak pen
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status