All Chapters of Menjadi Istri Gadungan Sahabatku: Chapter 31 - Chapter 40
121 Chapters
31|Punya Alasan
“Aw, aw, aw!” teriaknya kesakitan.“Aku sudah mengingatkan kamu berulang kali. Boleh cium pipi, dahi, rambut, tangan di depan umum, tetapi tidak boleh mengecup area lebih dari itu, kecuali keadaan memaksa. Keadaan yang memaksa artinya ada keluarga atau orang yang sangat dekat dengan kita yang menguji keseriusan kita,” kataku sambil menjaga jarak darinya.“Yang kamu lakukan di pantai dan restoran tadi pagi di luar kedua syarat itu. Aku bisa mengerti yang kamu lakukan semalam, karena aku yang memulainya. Tidak dengan yang tadi pagi. Kamu sengaja, ya, melupakan kesepakatan kita? Ha?” tanyaku dengan geram.“Telingaku bisa putus, Fay! Lepaskan!” Dia berusaha untuk meraih tubuhku, tetapi aku menjauh.Dia tadi lengah karena berlutut memperbaiki tali sepatunya, jadi aku bisa menjewer telinganya dari belakang. Walau tangannya panjang, dia tidak bisa menjangkau aku yang berdiri di belakangnya. Aku tidak bisa membiarkan dia terus melanggar perjanjian kami.“Mengapa kamu boleh memulai, sedangkan
Read more
32|Perjanjian Sepihak
~Galang~ Aku tidak habis pikir apa yang ada di dalam kepala wanita yang sudah menyakiti sahabatnya sendiri itu. Fay ketinggalan ponselnya di ruang ukur, mengapa harus dia lempar sampai hancur? Apa salah istriku kepadanya sehingga dia memperlakukannya sejahat itu? Benda itu bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga berisi banyak kenangan serta berkas penting yang ada urusannya dengan pekerjaan Fay. Mengapa dia tidak mengembalikannya baik-baik atau biarkan salah satu pelayan yang memberikannya kepada istriku? Aku sudah berusaha menghindari keributan dengan memanggil istriku agar pertengkaran itu tidak memanas. Bukannya mundur dan mengurus urusannya sendiri, dia malah memancing perkelahian lagi. Untung saja dia sudah meminta maaf, atau aku akan menyebarkan perbuatannya di internet. “Mengapa kamu malah kelihatan senang kehilangan ponselmu?” tanyaku tidak mengerti. “Benda itu sudah lama perlu diganti. Aku sudah memindahkan semua berkas penting, tetapi masih sayang untuk melepasnya. Syuk
Read more
33|Hampir Saja
Aku maju sampai Sonya mundur, lalu menutup pintu apartemen. Dia sengaja melakukan ini. Kapan dia kembali sampai bisa melihat kedua orang tuaku sedang berada di kafe? Benar-benar pengganggu. Kami belum selesai merapikan kamarku. Ayah dan Bunda bisa tahu kami tidur di kamar terpisah.“Bunda, kita kembali ke bawah, yuk. Aku akan menemani Ayah dan Bunda,” ajakku.“Sudah. Tidak apa-apa. Kami sudah memesan makanan, tetapi biar saja pelayan yang memakannya. Kami bantu membereskan apartemen kalian biar cepat selesai. Ayo.” Bunda memegang kenop pintu dan memutarnya. Tentu saja pintu itu tidak terbuka otomatis. “Oh, iya. Lupa. Kuncinya pakai kode.”“Iya. Sebentar, ya, Bunda.” Aku menoleh ke arah Sonya yang masih berdiri di dekat kami. “Apa lagi yang kamu mau. Pergi dari sini!”“Hus. Mengapa kamu bersikap kasar kepada orang yang sudah menolong kami?” tegur Bunda.“Lo? Bunda tidak mengenal wajahnya?” Aku balik bertanya. “Ini mantan teman Fay yang sudah—” Perempuan itu bergegas pergi sebelum aku s
Read more
34|Kebiasaan Baru
~Fayola~ Aku tidak menyangka orang tuanya akan datang mendadak untuk menginap di apartemen kami. Apa yang terjadi? Rasanya mustahil mereka datang tanpa tujuan tersembunyi. Namun Galang tidak mungkin terlibat. Apalagi dia sama terkejutnya melihat Ayah dan Bunda ada di lobi. Apa yang kurang dari sikap kami sehingga mereka masih curiga? Merepotkan saja. Ekon mabuk cinta dengan istrinya pada awal pernikahan mereka adalah hal yang biasa. Mereka menikah karena baru jatuh cinta. Aku dan Galang berbeda. Kami sudah lama saling mengenal. Seharusnya wajar saja sikap kami berbeda dengan layaknya pasangan suami istri yang lain. Masa mau disamakan dengan harus bermesraan dan bercumbu di depan umum, sih? “Aku tidak habis pikir dengan ulah Sonya. Apa maksudnya mengantar Ayah dan Bunda ke apartemen kita? Mengapa dia tidak sekalian memberi tahu ke seluruh dunia bahwa kita hanya berpura-pura menikah?” ucapku kesal. Aku membaringkan tubuhku di sisi Galang. “Lupakan saja. Yang penting, masalah tadi su
Read more
35|Manajer Baru
Melihat antrian di belakangku masih panjang, aku mencoba menarik tanganku lagi dan dia kali ini melepaskannya. Wanita yang aneh. Apa dia tidak bisa melihat kami semua tidak menyukai dia? Bagaimana bisa orang yang tidak ikut seleksi menjadi manajer baru kami?Nidya dan Mala mengajak aku bersama mereka kembali ke ruangan kami. Belum waktunya untuk bicara, jadi kami tidak mengatakan apa pun. Aku mengerjakan tugasku dan memeriksa setiap desain yang masuk dari para bawahanku.Namun aku kesulitan untuk konsentrasi bekerja. Aku membuang kopi yang sudah tidak enak itu dan membuat yang baru di dapur. Aku memilih mug yang besar agar puas meminumnya. Lalu dari antara roti yang ada, aku mengambil rasa cokelat dan membawanya ke kantorku.“Aku tidak percaya dengan yang baru terjadi tadi,” kata Nidya. Dia meletakkan baki berisi piring dan gelas di atas meja. “Kita yang susah payah mempersiapkan diri selama berhari-hari, tidak menikmati pergantian tahun sepenuhnya dengan keluarga, eh, orang yang tida
Read more
36|Sebuah Perayaan
“Sebaiknya kita jangan ikut campur.” Nidya menarik tanganku agar mengikuti dia masuk ke ruang divisi kami. “Aku masih membutuhkan pekerjaanku.” Memahami maksudnya, aku menuruti dia. Kami memasuki ruang kerja masing-masing. Seperti biasa, aku berdandan sebelum jam kerja dimulai. Pesan demi pesan muncul di kotak masuk, aku pun mulai membaginya dengan rekan-rekan satu timku, pekerjaan kami untuk hari ini. Balasan dari mereka sangat mengejutkan aku. Salah satu dari mereka menuduh aku sembarangan atas sikap hati-hatiku. Yang lain menyebut aku tidak setia kawan dan meninggalkan rekan-rekannya yang sedang berjuang demi kami. Apa maksud mereka semua? Untuk meredakan keributan itu, aku memerintahkan mereka untuk berkumpul segera di ruang kerjaku. Mereka menurut dengan satu per satu masuk ke kantorku. Aku tahu siapa saja yang berada di luar, jadi aku menunggu sampai mereka yang duduk di biliknya bergabung. “Teman-teman,” kataku memulai, “aku tahu kalian kecewa dengan keputusan atasan kita. T
Read more
37|Sebuah Keraguan
~Galang~Aku tidak mengerti apa yang menyebabkan dia bisa menjadi manajer di perusahaan tempat Fay bekerja. Beberapa hari yang lalu dia datang menemui aku dengan klienku. Kemudian muncul di gedung kantorku. Apa hubungan dia selanjutnya dengan perusahaan milik orang yang pernah menjadi klienku itu? Apa semua pemilik usaha yang punya divisi desain grafis adalah kenalannya?Namun aku menyampingkan hal itu dan menghibur Fay yang pasti sedang sedih. Selama kami pergi berlibur dengan keluargaku, dia telah menggunakan semua waktu luangnya untuk membaca berkas yang membosankan itu. Aku tahu dia selalu serius mengerjakan hal yang dipercayakan kepadanya.Lalu tega sekali mereka memilih orang lain di luar peserta yang mengikuti seleksi sebagai manajer. Fay bisa memimpin, bahkan dengan sangat baik karena dia orang yang tegas. Di sisi lain, dia juga bisa mengayomi anggota yang punya kekurangan. Hanya mulutnya saja yang kadang kelewatan. Hatinya baik dan mudah tersentuh.“Percayalah kepadaku. Hal y
Read more
38|Mimpi Indah
Kamar itu tidak gelap, tetapi tirai masih tertutup rapat. Aku menoleh ke arah ranjang dan melihat dia sedang duduk bersandar di kepala tempat tidur. Melihat matanya masih terpejam, aku tahu dia tidur. Lampu meja di nakasnya menyala. Setahuku dia selalu tidur tanpa cahaya. Aku membuka tirainya terlebih dahulu. Dia tidak terbangun dengan sinar matahari, maka aku harus membangunkannya sendiri. Aku memadamkan lampu dan duduk di sisinya. “Fay, bangun.” Aku mengguncang-guncang tangannya. Dia mulai bergerak. “Sudah pagi. Ayo, bangun. Kita bisa terlambat ke tempat kerja.” Dia mendorong aku, lalu membaringkan tubuhnya. “Fay, apa kamu tidak dengar? Sudah pagi. Kamu harus bangun sekarang. Ayo, cepat.” Aku menarik tangan kirinya dan dia pun membuka matanya. “Galang?” Dia menatap aku dengan heran. Tiba-tiba saja dia memeluk aku dan melihat ke sekitarnya dengan takut. “Syukurlah, sudah pagi. Semuanya sudah berlalu.” “Apanya yang sudah berlalu?” tanyaku bingung. “Ah, tidak. Kita bisa bicarakan i
Read more
39|Bukan Mimpi
Sebentar saja, aku kembali ke apartemen. Fay sudah selesai makan dan siap untuk berangkat. Dia sudah memasukkan sarapan bagianku ke sebuah kotak makanan. Aku tersenyum menerimanya. Setelah mengantarnya ke tempat kerja dan menciumnya, aku pun ke kantor. Aku menyelesaikan pekerjaan sebaik dan secepat mungkin sebelum konsentrasiku buyar. Ketika tidak ada hal yang bisa aku lakukan, aku membuka peramban dan memilih salah satu lomba yang baru saja diumumkan dan memperhatikan setiap syaratnya sebelum memutuskan untuk ikut serta. Kegiatanku itu cukup untuk membuat aku melupakan apa yang aku lihat pada rekaman CCTV di ruang keamanan pagi tadi. Merasakan perutku berulah, aku menuju toilet dan menyegarkan diri. Aku terpaksa singgah ke apotek untuk membantu mengurangi rasa mualku. “Apa yang terjadi?” tanyaku kepada Fay. Dia menunggu aku di halte, tidak seperti kebiasaannya. Namun melihat keadaan pekarangan kantornya, aku mengerti. “Mereka protes dengan dipilihnya Trici sebagai manajer,” jawabn
Read more
40|Tetap Diam
~Fayola~Gila. Aku sampai tertidur dalam keadaan duduk. Yang paling parah, aku terlambat bangun! Aku tidak mau mendapat masalah di tempat kerja dengan manajer baru itu. Jadi, aku bergegas mandi dan meringis melihat kondisi bahu kiriku.Tidak punya waktu untuk mengurusnya, aku segera mandi, berpakaian, dan menuju ruang makan. Galang terlihat santai dan segar, apa hanya aku yang ketakutan semalaman? Aku melihat ke sekitar kami. Keadaan apartemen normal saja seperti biasanya. Lalu apa yang terjadi pada malam hari?Aku tidak bisa menahan diri lagi ketika dia menekan bagian tubuhku yang sakit itu. Benar saja. Dia bersikap berlebihan dengan memeriksa keadaan pundakku yang memar. Tidak cukup sampai di situ, dia mengolesinya dengan gel yang terasa sejuk di kulitku.“Kita benar-benar akan terlambat, Lang,” kataku, mencoba mengalihkan rasa tidak nyaman akibat tiupan napasnya pada kulitku. Jaraknya dekat sekali dengan dada kiriku. Bagaimana kalau dia sampai mendengar detak jantungku?“Kalau kamu
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status