Semua Bab Suami Kontrak Pura-Pura Miskin: Bab 31 - Bab 40
184 Bab
Bab 31
Zaki memasuki ruangan kantornya dengan perasaan gundah, kenapa sejak dia menikah dengan Nadin, dia selalu saja dalam dilema, hati dan pikirannya selalu tidak sejalan, seolah-olah hati dan pikirannya sengaja berperang sehingga dia tidak pernah merasa damai. Lelaki itu berusaha mengalihkan pekerjaannya pada tugas yang sudah menumpuk, sebentar lagi ada lelang tender dari bank terbesar pemerintah yang akan meluncurkan produk mobile banking, tentu kesempatan ini tidak boleh disia-siakan, produk unggulan Z-Teknologi yang mengedepankan keamanan tingkat tinggi selama ini sudah terbukti dipercaya oleh klien-klien besar, tentu tidak sulit untuk memenangkan tender kali ini. Terlalu fokus mempelajari proges perkembangan aplikasi yang tengah digarap tim pengembang, tanpa dia sadari jam sudah memasuki jam makan siang, pintu kantornya sudah dibuka oleh Fahmi "Bos, untuk makan siang makan ini saja, sayang kalau makanan ini tidak dimakan, mubazir." Zaki beralih tatapannya ke kantong plastik yang di
Baca selengkapnya
Bab 32
Akhirnya Assyifa menemui Pak Hariadi sebagai ketua pengembang untuk mengurus semua konsumsi untuk tim-nya, dia tidak mau berurusan dengan cafe Nadin, sebenarnya Syifa tidak ingin bertemu dengan Nadin. Dia cukup memberi uang yang dibutuhkan untuk tim pengembang, sebenarnya hal itu cukup merepotkan bagi Pak Hariadi, namun zaman kemudahan seperti ini dia tinggal telpon jika akan memesannya. Hari ini semua karyawan dipulangkan cepat oleh Firman karena besok adalah hari raya idul adha. Nadin yang sudah sampai rumah duluan bergegas menyiapkan hidangan untuk menyambut hari raya kurban tersebut, dia hanya memasak masakan sederhana khas lebaran yaitu ketupat sayur nangka, karena belum gajian dia tidak mampu membeli daging. Jam sembilan malam Zaki pulang dengan wajah yang cukup letih, hari ini dia sibuk meeting online dengan perusahaan cabang di seluruh indonesia, biarpun hanya di depan komputer, tetapi kalau itu berjam-jam tentu saja sangat capek. "Baru pulang, Mas? Mau kumasakin air untuk m
Baca selengkapnya
Bab 33
Setelah makan malam, perasaan Zaki belum juga membaik, padahal Fahmi juga sudah pulang. Lelaki itu bangun dengan malas-malasan walaupun di masjid azdan subuh sudah selesai berkumandang. Entah kenapa mood-nya benar-benar memburuk pagi ini. "Mas, bangun salat subuh!" panggil Nadin sambil mengetuk pintu. Zaki segera beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu, tetapi suara iqomah di masjid sudah berkumandang padahal dia belum ke kamar mandi. Dengan terpaksa dia salat subuh di rumah. "Mas tidak sempat ke masjid, kita jamaah salat di rumah, ya?" Nadin sudah menggelar dua sajadah di ruang tamu, meja yang ada di sana sudah dia singkirkan. Zaki berjalan gontai sambil meraih sarungnya di atas tempat tidur. Mereka salat berjamaah untuk pertama kalinya, suasananya dirasakan Nadin sangat syahdu. Bacaan ayat pendek yang dibaca Zaki walaupun kurang bagus tetapi cukup membuat Nadin terkesan. Selama hidup bersama lelaki ini bukannya Nadin tidak pernah memperhatikannya, gadis itu bahkan memperha
Baca selengkapnya
Bab 34
Ketika Zaki sudah melangkah ke lobi kantor, Fahmi datang terburu-buru dengan buket bunga di tangannya."Kok lama banget, sih? Memangnya kau cari buket bunga di mana?" ujar Zaki dengan nada kesal."Maaf, Bos. Tadi ban mobil sempat pecah karena masuk lubang, jadi aku mengganti ban mobil dulu dengan ban serep.""Ya, sudah. Sini buket binganya, ini bunga palsu kan?""Sesuai pesanan, Bos.""Kalau bunga asli pasti mahal, mana mampu suami miskin sepertiku membelinya."Zaki melangkah menuju ke parkiran motor sambil membawa sebuket bunga tanpa menghiraukan Fahmi lagi "Bos, mau diantar nggak? Bawa buket seperti itu kalau naik motor buketnya bisa rusak," seru Fahmi.Zaki mengehentikan langkahnya, benar juga, lagian dia punya beberapa mobil kenapa malah hidupnya jadi susah begini?"Ya, ayo. Cepetan, sudah jam berapa ini?""Oke, mari, Bos." Fahmi berjalan duluan sambil membukakan pintu depan mobil untuk bosnya."Kau sudah reservasi untuk makan siang kan?""Sudah, Bos. Untuk kalian berdua saja, ka
Baca selengkapnya
Bab 35
"Nadin, selamat, ya?"Sebuah suara yang sangat familiar menggema di ruangan yang ramai itu, semua mata terkesima melihat dua orang pria tengah berdiri di dekat lorong, Nadin terkejut melihat kedatangan mereka, mungkin saking larut dalam keramaian dia tidak menyadari keberadaan mereka yang sudah berdiri sambil memegang buket bunga.Nadin memang mengharapkan lelaki itu untuk datang mendukungnya, namun dia sadar jika harapan itu hanyalah hanya harapan semata, dia sendiri tidak akan berani berharap yang muluk-muluk, melihat tingkah Zaki selama ini yang acuh tak acuh membuat Nadin membuang semua harapaannya yang dirasa sia-sia.Nadin hanya melongo beberapa detik melihat lelaki dengan buket bunga plastik di tangannya, di sebelahnya Fahmi tidak membawa apapun, lengannya bahkan dimasukkan ke dalam saku. "Nadin!" seru Shintia menguncang tangan gadis itu sehingga kesadaran Nadin kembali lagi."Mas? Kamu datang?" Nadin segera menyusul ke arah suaminya.Suasana yang begitu riuh, tiba-tiba henin
Baca selengkapnya
Bab 36
Nadin dan teman-temannya sudah masuk ke rumah makan Padang, karena sikap Fahmi yang humble dan ramah, lelaki itu bisa mencairkan suasana. Zaki yang cenderung kaku hanya duduk dipojokan tentu saja ditemani oleh Nadin. Sebelum masuk ke rumah makan tersebut, Nadin menerima pesan dari Firman bahwa lelaki itu tidak bisa bergabung dengan Nadin karena ada pekerjaan. Nadin tentu saja tidak percaya begitu saja alasan Firman, tetapi dia merasa lega jika Firman tidak ikut, setidaknya itu bisa mengurangi rasa canggung bersikapnya kepada Zaki. Teman-teman Nadin, kecuali Sintia tentunya sangat antusias mengenal Fahmi, apalagi Nabila. Nabila juga teman Nadin satu SMP dan SMA ketika di kampung dulu, namun gadis itu mengambil jurusan bahasa Indonesia, lain fakultas dengannya, namun dia tetap setia kawan dengan Nadin, walaupun dia sudah selesai duluan sidang skripsi, tinggal menunggu wisuda bersama. "Nanti siapa yang akan membayar makanannya?" bisik Nadin kepada Zaki "Tenang saja, ada Fahmi." "Ng
Baca selengkapnya
Bab 37
Setelah istirahat beberapa jam, alarm yang sengaja Zaki pasang berbunyi jam setengah sembilan malam, lelaki itu bergegas mengambil kunci mobil dan berjalan sesuai arahan google map, tidak sampai dua puluh menit dia sudah sampai di cafe tempat Nadin bekerja.Zaki turun dengan perasaan gusar, ternyata cafe tempat Nadin bekerja pernah dia datangi bersama Assyifa beberapa hari yang lalu, jadi tim pengembangnya memesan makan siang di sini? Apa semua yang mereka pesan itu masakan Nadin? Karena gadis itu bilang dia jadi koki di cafe ini.Dengan langkah sedikit tahu Zaki memasuki cafe, suasana sudah begitu sepi, hanya ada satu meja yang diisi oleh dua pelanggan yang tengah berbincang-bincang serius."Selamat datang, apa ada yang bisa kami bantu, Pak?" Seorang pelayan pria datang menghampiri."Jam berapa cafe ini tutup?""Jam sebelas sepuluh, Pak.""Saya ke mari mau jemput istri saya Nadin. Katanya dia pulang jam sembilan?""Oh iya, kalau Mbak Nadin pulangnya memang jam sembilan, karena biasan
Baca selengkapnya
Bab 38
"Mas? Kenapa kau menyetujui untuk datang? Aku tidak mau datang?" protes Nadin. "Kenapa kau tidak mau datang? Tidak mau bertemu mantanmu itu? Kau masih menyimpan perasaan pada Adam? Sehingga tidak sanggup melihatnya bersanding dengan wanita lain?" cecar Zaki dengan perasaan kesal. "Mas? Apa maksud perkataannya itu? Aku memang masih ada perasaan pada Adam, yaitu perasaan benci. Bukan hanya pada Adam, tapi juga pada Chika dan juga pada mamanya! Bahkan aku juga mulai membenci ayahku sendiri. Aku ini anak kandung lelaki itu, tetapi Akau malah diperlakukan lebih buruk dari anak tiri. Aku pikir Adam itu berbeda, lelaki itu selalu ada untuk menghibur para di hati ini, tetapi dia malah lebih kejam dari siapapun. Kau mungkin tidak pernah tahu bagaimana rasanya dikhianati oleh orang yang paling kamu cintai dan kami percayai, percayalah ... Rasa sakitnya itu tidak akan hilang seumur hidup, walaupun lukanya tidak berdarah, tetapi rasanya sudah mau mati saja." Nadin tak dapat menahan bulir bening
Baca selengkapnya
Bab 39
Dasar sial, begini nasib jadi orang miskin! Zaki mengeluh dalam hati, angan-angannya hari ini ke kampung halaman istri mengendarai Pajero sport, ternyata malamnya Nadin bilang dia sudah memesan tiket bus ke kampungnya. Dan sekarang, beginilah nasib lelaki itu, untuk tersenyum saja rasanya sangat berat dan menyiksa. Mereka naik bus bukan bus kelas bisnis atau eksekutif, tapi mini bus kelas ekonomi yang tidak ada AC nya, bangkunya sempit dan kondisinya berjubel, tidak kebayang bau yang terkuat dari dalam kendaraan kotak ini, apek, asam dan gado-gado bau tak sedap. Lelaki itu melirik ke arah Nadin dengan tatapan datar dan sebal, tetapi yang ditatap senang malah senang saja, gadis itu malah sibuk bercengkrama dengan penumpang di sebelahnya dengan wajah ramah dan sumringah, sedangkan Zaki yang berada di dekat jendela hanya mendengus kesal, dia hanya mengeluarkan ponselnya mengecek beberapa email yang masuk. "Mas, lihat sini!" seru Nadin Ceklek Gadis itu mengarahkan ponselnya ke arah m
Baca selengkapnya
Bab 40
"Mas!" pekik Nadin dengan terkejut.Namun Zaki tidak peduli, dia perlu merilekskan otak dan tubuhnya yang dipaksa bekerja keras untuk menerima keadaan ini, sehingga secara agresif lelaki itu terus melumat bibir ranum gadis itu, terasa begitu nikmat dan kenyal. Galau di hati lelaki itu seketika membaik, berubah keceriaan dan kesenangan yang tidak bisa disesuaikan dengan kata-kata, ternyata bahagia itu sederhana, tidak perlu fasilitas mewah atau uang yang banyak. Zaki baru melepas pagutannya ketika Nadin mulai kehabisan napas, dahi keduanya saling menempel dan napas mereka memburu dan terengah-engah. Ketika napas Nadin mulai stabil, lelaki itu kembali mendekatkan bibirnya ke arah bibir gadis itu, namun belum sempat menyentuh bibir ranum itu, sebuah tangan menghalangi laju bibirnya untuk mendekat. "Mas ....""Kenapa?" "Ini tidak benar, bukankah diperjanjikan kita tidak ada kontak fisik?""Itu jika kau tidak mengijinkannya.""Apa aku mengijinkannya?""Kau tidak menolaknya.""Bagaimana
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
19
DMCA.com Protection Status