Suami Kontrak Pura-Pura Miskin

Suami Kontrak Pura-Pura Miskin

Oleh:  Nainamira  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.8
33 Peringkat
184Bab
136.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Menikahlah denganku! Kalau kau bersamaku, lumayan kan bisa mengirit uang kontrakan." Nadin membeku mendengar perkataan lelaki asing di depannya, lelaki yang baru ditemuinya dua kali ini. Menikah palak lu! Demi membayar kontrakan dia harus menikah dengan lelaki ini? Miris sekali. "Menikah? Kau pikir menikah itu cuma mainan rumah-rumahan kayak bocil? Maaf, aku masih bisa mengusahakan cari kontrakan sendiri, tanpa harus menikah denganmu!" "Aku yang gak bisa, aku butuh bantuanmu, kalau kita menikah, kita bisa berbagi tempat tinggal tanpa harus digrebek warga." Pelipis Nadin berdenyut nyeri, kenyataan hidupnya yang sangat melelahkan dan kacau balau ini tidak bisa dia tutupi, dia memang kekurangan uang. Selalu kekurangan, untuk makan sehari tiga kali saja dia kesulitan dan dalam waktu dua puluh empat jam dia harus angkat kaki dari kost-an karena harganya dinaikkan dua puluh persen.

Lihat lebih banyak
Suami Kontrak Pura-Pura Miskin Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
tri sadari mulatsih
ceritanya bagus, tp sayangnya cerita blm selesai udh ga ada kelanjutannya lg
2023-11-02 08:14:34
0
user avatar
Tri S
cerita yang bagus banget, wajar saja dapat juara. god job author, kutunggu cerita selanjutnya
2023-09-12 16:02:06
0
user avatar
Floraze Gift
konfliknya makin melebar yaa kak, semoga ga terlalu lama larut ke konflik pengungkapan pembunuhannya aja..
2023-07-30 23:18:58
0
user avatar
Floraze Gift
kak, kok gaa ada update lagii? huhu
2023-07-26 12:59:31
0
user avatar
Husniismail
kenapa TDK di up hari ini
2023-07-21 19:16:18
2
default avatar
Amirul Abdul
Bagus karya novelnya
2023-07-19 22:36:38
0
user avatar
bundaLin
semangat thor,ditunggu updatenya
2023-07-18 16:32:38
0
user avatar
Floraze Gift
yah kok cuma 2 bab kaak updatenya? huhu
2023-07-11 15:29:50
1
user avatar
Floraze Gift
ceritanya seruu!
2023-07-10 11:24:19
1
user avatar
Floraze Gift
yang banyaak dong kaaak update bab nyaa hehehe
2023-07-10 11:23:45
2
user avatar
Veni N
ceritanya bagus
2023-07-09 16:28:22
1
user avatar
naim abyyu
ceritanya sangat bagus ,buat pembaca penasaran ,dan gereget
2023-07-06 12:44:42
2
user avatar
Me Nana
hmm.. thor sepertinya beberapa harini agak telat yaa update bab seterusnya ......
2023-07-06 11:50:16
2
user avatar
Imgnmln
Hallo Kakak, mohon maaf sebelumnya .... Mampir juga di novelku yaa^^ Istri Sah, sang Presdir Dingin. Terima Kasih<3
2023-07-05 21:55:03
1
user avatar
Titik Nawangsari
ayo semangat thor kami nunggu lanjutanx, ceritanya greget2 gemesh juga,ayo update lg
2023-07-05 06:16:16
1
  • 1
  • 2
  • 3
184 Bab
Bab 1
"Apa yang kau lakukan, Nadin!" teriak Mala, ibu tiri sekaligus bibinya.Nadin tidak peduli dengan teriakan semua orang, dia tetap menumpahkan semua makanan ke lantai, sepanci rendang, sambal belut dan gulai kacang panjang sudah tumpah ruah di lantai.Rasanya lelah hati, perasaan dan tubuh Nadin selama ini hanya dijadikan babu gratisan untuk keluarga ini, tapi apa balasan mereka? Mereka malah menyakitinya terus menerus, sudah waktunya Nadin memberontak, tidak akan dia biarkan ibu tiri dan saudara tirinya itu menginjak-nginjaknya lagi, ayah kandungnya yang selama ini dia harapkan dapat melindunginya ternyata juga lebih membela anak tirinya dari pada dia yang notabene anak kandungnya sendiri.Plakk"Dasar anak tidak tahu diri, pergi kau dari sini! Dasar anak durhaka!"Nadin mengelus pipinya yang merah karena tamparan keras lelaki paruh baya itu, mata Nadin menyalang, dadanya naik turun menahan amarah, begitu juga dengan keadaan lelaki paruh baya itu."Jadi ini? Ayah menyuruhku pulang, me
Baca selengkapnya
Bab 2
"Sintia!" panggil Nadin.Benarkan, Sintia berada di tempat favorit mereka, di salah satu sudut baca di perpustakaan ini. Mereka menyukai tempat itu karena dari sana, petugas perpustakaan tidak mendengar jika mereka tengah ribut bergosip."Nadin! Kenapa ke sini? Kau tidak kerja? Ini sudah sore loh?"Sintia cukup terkejut sahabatnya ini datang menemuinya di sini, biasanya jam segini Nadin tidak bisa diganggu gugat karena akan pergi mencari nafkah."Aku dipecat!""Apa? Dipecat? Kok bisa? Kamu melakukan apa sampai dipecat?" Sintia jelas terkejut, soalnya di cafe tempat Nadin bekerja, gadis itu karyawan paling rajin dan penuh semangat."Yah, mau bagaimana lagi. Sejak mbak Marini meninggal dunia, cafe tidak bisa berjalan lagi, semua keuntungan dan modal sudah disetor ke rekening mbak Sintia, jadi cafe terpaksa tutup.""Kalau gitu, namanya tempat usahanya yang bangkrut, bukan kamu dipecat. Padahal kamu sudah janji sama Bu Rumintang mau bayar kost dua hari lagi kalau gajian," keluh Sintia."
Baca selengkapnya
Bab 3
Kebisuan mereka dipecahkan oleh suara pemuda itu, Sintia dan Nadin terkejut mendengar pemuda itu berbicara, bukan karena dia berbicara tapi ajakan pemuda itu yang cukup membuat Nadin syok "Menikahlah denganku! Pertimbangkan penawaranku ini." Nadin membeku mendengar perkataan lelaki asing di depannya, lelaki yang baru ditemuinya dua kali ini. Menikah palak lu! Demi membayar kontrakan dia harus menikah dengan lelaki ini? Miris sek "Menikah? Kau pikir menikah itu cuma mainan rumah-rumahan kayak bocil? Maaf, aku masih bisa mengusahakan cari kontrakan sendiri, tanpa harus menikah denganmu!" "Aku yang gak bisa, aku butuh bantuanmu, kalau kita menikah, kita bisa berbagi tempat tinggal tanpa harus digrebek warga." Pelipis Nadin berdenyut nyeri, kenyataan hidupnya yang sangat melelahkan dan kacau balau ini tidak bisa dia tutupi, dia memang kekurangan uang. Selalu kekurangan, untuk makan sehari tiga kali saja dia kesulitan dan dalam waktu dua puluh empat jam dia harus angkat kaki dari kost
Baca selengkapnya
Bab 4
"Nadin! Nadin! Keluar kamu, Nadin!"Tiba-tiba ada seseorang yang menggedor pintu sambil memanggil-manggil namanya, Nadin dan Sintia spontan terkejut, Nadin tahu dengan jelas siapa yang menggedor pintu kamarnya, makanya mentalnya kini benar-benar terpukul.Seorang wanita paruh baya dengan tubuh tambun dan bibir bergincu merah membara sudah membuka pintu dengan kasar, karena pintu kamar juga tidak terkunci. "Nadin, ini sudah batas akhir pembayaran kost kamu. Sekarang cepat bereskan semua barangmu. Kau pikir aku tidak butuh makan? Aku darimana lagi punya uang buat makan kalau bukan dari pembayaran kost kalian? Sekarang cepat keluar dari kost ini, kamar ini sudah ada yang menyewa, orang itu bahkan sudah membayar biaya sewa selama satu tahun. Tempat ini bukan tempat tinggal gratisan ya, sekarang kukasih waktu setengah jam untuk membereskan barangmu, sejam lagi yang nyewa mau menempati kamar ini!" Wanita itu berbicara dengan lugas dan sinis, kedua tangannya bahkan bertengger di kedua pingg
Baca selengkapnya
Bab 5
"Apa? Kau serius? Jadi kita hanya nikah kontrak? Kau tahu ajaran agama nggak sih? Nikah kontrak itu haram hukumnya!" Nadin menatap lelaki itu dengan serius, tetapi lelaki itu justru menaggapinya dengan acuh tak acuh. "Menikah kontrak itu haram karena mereka tujuannya hanya untuk berhubungan badan, nah hubungan badan itulah yang haram. Kalau kita kan cuma mencari legalitas hidup bersama, kamar kita juga terpisah, kita buat juga surat perjanjian bahwa kita tidak akan berhubungan badan, bagaimana?" Nadin hanya mencebikkan bibir, pernikahan macam apa yang akan dia lalui nanti? Sungguh tidak bisa dia bayangkan. "Mau berhubungan badan atau tidak, setelah pernikahan ini selesai tetap aku yang dirugikan, aku akan menyandang gelar janda, gelar yang sangat kontroversi di kalangan masyarakat." "Bukan cuma kamu saja yang bergelar janda, aku juga bergelar duda. Percayalah, asal kau masih perawan, masih banyak pria yang berminat denganmu." Nadin hanya melirik lelaki itu sekilas dengan muka ma
Baca selengkapnya
Bab 6
"Hei, jadi ini kendaraanmu? Apa ini masih bisa jalan?" Di parkiran itu, motor Zaki paling jadul dan paling jelek, sebuah motor merk Legenda yang sudah begitu tua, mungkin usia motor itu lebih tua dari usianya. Lelaki itu mengeluarkan motornya dari parkiran, mengengkol dengan kaki kanannya berulang-ulang, tetapi mesin motor itu belum menyala juga. Lelaki itu turun dari motornya dan memeriksa busi motor, mencabut dan mengelap pakai baju kemejanya, memasangnya kembali. Sekali engkol motor itu menyala dengan suara yang sangat nyaring k inihas motor butut. "Ayo, naik!" ujar lelaki itu dengan gerakan kepalanya. Nadin ragu-ragu duduk di boncengan, dia memegang pegagang besi yang ada di belakangnya dengan kuat, motor itu hanya suaranya yang nyaring, lajunya sangat lambat. Mungkin jika Nadin berlari dapat menyalip motor tersebut, Nadin tidak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa mengelus dada, melapangkan hati, biarlah hidup lelaki ini miskin, semoga hatinya tidak miskin. Nadin jadi teringat p
Baca selengkapnya
Bab 7
Selesai membersihkan rumput dan semak belukar di halaman rumah depan, belakang dan samping, Zaki memasang tali dan timba di sumur yang terletak di bagian depan, rumah ini tidak memasang air PDAM namun ada sumur yang airnya cukup banyak, namun juga cukup dalam. Lelaki itu menimba air dan mengisinya ke dalam sebuah ember yang didapati di dalam rumah. "Ini airnya, coba di pel rumahnya, disiramkan saja airnya lalu disapu, setelah itu baru dilap pakai kain pel," ujar lelaki itu."Baik," jawab Nadin langsung menyiramkan air tersebut dari ruang kamar.Kemudian Nadin menggosok setiap lantai memakai sapu lantai dan menyapu airnya, sementara Zaki terus menimba air dan menyiramkan air di setiap lantai. Ketika dirasa semua lantai sudah basah terkena genangan air, lelaki itu membersihkan kamar mandi dan mengisi bak dengan air.Hingga siang hari pekerjaan mereka baru selesai, rumah sudah bersih dan siap untuk dihuni, Zaki meminta Nadin menunggu sebentar, sementara dia pergi keluar dengan motornya.
Baca selengkapnya
Bab 8
Nadin sudah mengangkut semua barangnya di rumah barunya, barang yang hanya tiga kardus itu dia letakkan di kamar belakang, biarlah kamar depan dipakai oleh Zaki. Zaki yang semula akan mengantarnya menjemput barang-barangnya tidak jadi karena dia tiba-tiba ditelpon oleh Fahmi agar segera ke kantor.Nadin yang tidak tahu menahu dengan urusan Zaki hanya membiarkan lelaki itu pergi setelah mengantar ke kost, Nadin membawa barang-barang itu dengan bantuan ojek. Setelah masuk ke kamarnya dia juga bingun barang-barang ituau disusun di mana, dia tidak memilik lemari ataupun rak, dia juga tidak memiliki alas untuk tempat tidurnya. Dengan tergesa, hari sudah jam empat sore, Nadin keluar dengan jalan kaki, sepertinya di jalan utama yang berjarak tiga ratus meter ada toko kelontong yang menyediakan barang-barang yang dia butuhkan.Benar saja, di toko itu dia bisa membeli tikar plastik dan sebuah bantal dan menghabiskan uang tujuh puluh ribu rupiah, uangnya kini tinggal tersisa seratus delapan pu
Baca selengkapnya
Bab 9
"Siapa yang peduli?""Lah itu, kamu membeli semua barang itu untuk gadis itu, kan?""Sembarangan, tentu saja untukku sendiri, siapa yang akan betah tinggal di rumah sejelek itu tanpa fasilitas apapun. Walau sederhana, setidaknya aku harus tinggal di rumah yang layak huni, dengan barang-barang yang masih bisa dipakai."Fahmi hanya menghela napas mendengar alasan lelaki di hadapannya ini, setelah berkunjung ke rumah Nadin tadi siang, lelaki ini dengan arogan menyuruhnya mencari barang-barang kebutuhan rumah tangga bekas yang layak pakai dan harus dibeli dalam waktu dua jam, tentu saja Fahmi yang belum faham daerah ini kelimpungan mencari di setiap sudut pasar, memantengi market place di facebook hingga dia menemukan toko barang-barang bekas tersebut dan meminta pemilik toko mengantarkan ke alamat dan langsung memasangnya."Jadi barang apa yang belum bisa kau dapatkan?" tanya Zaki lagi."Kipas angin dan sofa, di toko itu tidak ada barangnya.""Aish, kenapa pakai kipas angin, ada nggak AC
Baca selengkapnya
Bab 10
"Ayah, aku akan menikah. Jadi tolong kewajiban terakhir Anda harus ditunaikan, sebagai wali nikahku. Aku tidak masalah menikah dengan wali hakim, tetapi di sini aku masih memikirkan harga diri dan martabatmu sebagai seorang ayah. Aku tidak ingin Ayah dicap sebagai ayah yang tidak bertanggung jawab, jika ibu pulang, bagaimana rendahnya Ayah dipandangan wanita itu," jawab Nadin dengan nada tegas."Jadi kau mau menikah, Nadin? Menikah sama siapa? Kapan?" ujar Suhendri terkejut sehingga nada suaranya meninggi."Besok jam dua siang aku akan melaksanakan akad nikah di kantor KUA, jika ayah mau menjadi wali segeralah datang, jika tidak bersedia biar hakim saja yang mewakili.""Kau?" Suhendri berhenti sejenak menahan gejolak amarah di dadanya "Kapan kau mengurus surat menyurat di kelurahan? Bukankah nikah di KUA itu berarti nikah resmi?" "Aku sudah mengurusnya di sini, KTP ku sudah pindah domisili, jadi aku warga sini sekarang," jawab Nadin dengan berbohong, biarlah, dia tidak mau menambah
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status