All Chapters of Sayembara Cinta Sang Pangeran: Chapter 21 - Chapter 30

53 Chapters

Akibat Pulang Larut Malam

Setelah ikan besar dari danau yang dibakar oleh Willy matang, mereka berdua dan Jeffrey Ross makan malam dengan menu yang begitu alami itu. Namun, tetap terasa lezat di lidah.Tanpa terasa hari telah beranjak petang dan langit yang cerah di angkasa bertabur bintang-bintang nampak cemerlang. Bayangan rembulan purnama terpantul di permukaan danau yang tenang. Diiringi bunyi air terjun serta binatang malam bersahutan."Wow, suasana alam bebas di petang hari sungguh menakjubkan, Willy. Ini kali pertama aku menikmati kencan dengan cara yang tidak biasa. Kurasa ada sekumpulan katak yang bernyanyi bersama entah tersembunyi dimana itu," tutur Lady Amelia sambil tertawa riang.Sang pangeran pun ikut tertawa lalu menyahut, "Mungkin mereka sedang mengiringi pesta dansa kerajaan katak, Amy. Nada suara mereka tidak boleh sumbang pastinya!""Hahaha. Selera humormu bagus, Willy! Kalau begitu akan ada pangeran katak dan puteri katak yang sedang berdansa saat ini di antara semak buluh yang ada di dana
Read more

Taruhan 100 Lira

Pagi itu Lady Amelia Stormside memang mengenakan baju seragam sekolah Drakenville Senior Highschool saat berangkat dari kediaman Stormside. Namun, dia sudah meminta izin kepada wali kelasnya untuk membolos hari ini. Dia harus berangkat ke turnamen ketangkasan 5 tahunan untuk mengikuti babak kedua yaitu memanah.Jeffrey Ross meminjamkan pakaiannya dan juga menyediakan abu arang untuk penyamaran nona mudanya. Gadis itu bersiap-siap di dalam kereta kuda yang terparkir tak jauh dari tembok gerbang istana Wisteria Kingdom, tempat dilaksanakan turnamen babak kedua.Setelah merasa penyamarannya sempurna, Lady Amelia pun turun diam-diam dari kereta kudanya. Dia bertanya kepada kusirnya, "Jeff, apa penampilanku sudah seperti Alexander Banning saat babak pertama yang lalu?""Hahaha. Yap, seperti pemuda jelata samaranmu kemarin, Alex! Kudoakan untuk kesuksesanmu kali ini. Pergilah," jawab Jeffrey Ross menepuk-nepuk bahu sobat sekaligus majikannya itu."E—ehm! Terima kasih, Jeff," sahut Lady Ame
Read more

Mendadak Dijodohkan

Tengah hari sesuai jam pulang sekolahnya, Lady Amelia yang hari ini membolos bersekolah untuk mengikuti turnamen ketangkasan 5 tahunan babak kedua mulai merasa gelisah. Dia pun berkata kepada Willy, sesama peserta turnamen itu yang tak lain adalah sang pangeran Wisteria yang menyamar di balik kumis dan cambangnya, "Will, aku ada keperluan mendesak siang ini. Sampai ketemu di babak ketiga, oke? Aku pergi duluan!"Pemuda kerempeng itu bergegas menghilang di balik pepohonan dimana kereta kuda keluarga Stormside terparkir dengan Jeffrey Ross yang menunggunya. "Miss Amy, apa turnamennya sudah selesai?" tanya Jeff spontan dari bangku kusir kereta."Hanya tersisa pengumuman peserta yang lolos ke babak selanjutnya, Jeff. Kurasa aku pasti lolos karena bidikan anak panahku keempatnya tepat sasaran dengan jitu. Mamaku mengultimatum agar aku pulang sekolah tepat waktu jadi kita harus bergegas!" jawab Lady Amelia lalu naik ke dalam kereta kuda. Dia berganti pakaian dengan baju seragam sekolahnya
Read more

Strategi Jitu Pangeran William

Derap langkah kuda putih memasuki istal istana Wisteria Kingdom terdengar. Petugas pemelihara kuda kerajaan bergegas membantu Pangeran William Lancester mengurus Snow Flake. "Terima kasih, Tuan Randall. Sepertinya Snow Flake lapar setelah di luar seharian," ujar sang pangeran seraya turun dari pelana kudanya."Baik, Your Grace. Akan segera saya urus Snow Flake," jawab pengurus kuda berusia 50 tahunan itu. Dia menuntun Snow Flake ke kandangnya lalu melepaskan pelana dan juga tali kekang dari badan kuda putih itu.Segera saja Pangeran William meninggalkan istal menuju ke Pavilliun Phoenix. Dia ingin mandi dan beristirahat setelah beraktivitas di luar istana. Hari ini dia merindukan Lady Amelia karena tidak bekerja di Kedai Bronson, mereka tak dapat bertemu, pikir sang pangeran.Namun, di depan pintu masuk pavilliun, Letnan Dapal Sanderson sedang menunggu kedatangannya. Maka Pangeran William pun menyapanya sekaligus menanyakan keperluannya, "Selamat sore, Letnan. Apa kau sengaja menungg
Read more

Tugas Penting Di Malam Hari

Berita bahwa Pangeran Ares Kincaid akan segera meresmikan pertunangan dengan Lady Amelia menyebar bak api yang melahap hutan kering di musim panas. Segalanya seolah dibesar-besarkan dan merebak dengan begitu cepat sehingga sulit dipadamkan.Pagi harinya saat ia sampai di Drakenville Senior High School, setiap murid yang berpapasan dengan Lady Amelia saling berbisik rahasia sembari menatap gadis itu. Maka dia pun hanya bisa mendesah lelah dalam diam hingga dia bertemu Queenta Larson di kelas mereka."Apa aku harus mengucapkan selamat untukmu, Amy? Kau akan segera menjadi calon ratu Drakenville selanjutnya bukan?" ucap Queenta dengan senyum jahil tersungging di bibirnya.Lady Amelia memutar bola matanya seraya berkata sebelum melanjutkan menyalin pelajaran saat kemarin dia membolos di buku tulisnya, "Tolonglah ... kupikir kau sobatku, Queenta. Kita harus bersikap tenang. Itu masih wacana—bahkan aku berharap rencana itu dibatalkan. Atas dasar apa Pangeran Ares memilihku? Dia butuh seoran
Read more

Di Balik Rumpun Mawar Perancis

Sebuah apel hijau yang ranum diambil oleh Pangeran William Lancester dari puncak tumpukan buah di keranjang yang seharusnya dibawa oleh Jenderal Sebastian Dalio sebagai buah tangan untuk perdana menteri dan istrinya."Kuambil satu untuk puteri mereka, Jenderal," ucap pangeran seraya mengedipkan sebelah matanya. Sang jenderal muda berdehem lalu menjawab, "Tentu saja, Your Grace. Saya pamit untuk berangkat sekarang!"Dia pun menyahut, "Silakan, Jenderal Sebastian." Pangeran William juga melepas kepergian Letnan Dapal yang seharusnya membawa Lady Amelia menemuinya tak lama lagi.Mereka bertiga berpencar di pintu depan Pavilliun Phoenix ke tempat tujuan yang seharusnya. Letnan Dapal menunggang kuda menuju ke kediaman keluarga Stormside. Sedangkan, Jenderal Sebastian Dalio naik kereta kuda pinjaman sang pangeran karena membawa keranjang buah yang cukup berat. Sang jenderal mengamati isinya yaitu buah apel hijau, jeruk berwarna oranye, anggur merah, markisa, dan plum. Semuanya nampaknya
Read more

Tertawan Di Pavilliun Phoenix

"Amy, ikutlah denganku!" pinta Willy sembari menggenggam kedua telapak tangan mungil gadis di hadapannya.Sedikit kebingungan dengan ucapan Willy, maka Lady Amelia pun bertanya, "Ikut kemana, Willy? Jangan lakukan sesuatu yang berbahaya. Rumahku penuh dengan penjaga di bagian depan menuju ke pintu keluar.""Tidak lewat sana tentunya, percayalah ini aman!" sahut sang pangeran lalu memberi kode kepada Letnan Dapal Sanderson dengan tangannya agar mengawal mereka berdua menuju ke Pavilliun Phoenix lewat kebun buah yang bersebelahan dengan kediaman Stormside.Gadis itu tidak mengerti bagaimana Willy bisa menuju ke sana. Dia tentu saja tahu bahwa itu mengarah ke tempat tinggal pangeran Wisteria Kingdom. Dia pun berhenti berjalan dan menahan Willy yang menggandeng tangannya dengan erat."Jangan bertindak bodoh, di depan rumahku sarang buaya dan di belakang rumahku sarang macan. Kau cari mati dengan mendatangiku, Willy!" omel Lady Amelia panik menatap puncak atap Pavilliun Phoenix yang berben
Read more

Sebuah Kejutan Di Pagi Hari

Ketika sinar matahari menyusup dari tirai putih tipis yang menutupi jendela besar sebelah timur kamar pangeran, Lady Amelia mulai membuka matanya yang berat. Sepasang lengan kokoh itu melingkari perut rampingnya dari belakang dan tungkai kaki kiri yang panjang itu menindih pahanya. Sedikit kebingungan dengan apa yang harus dia lakukan sementara calon raja Wisteria Kingdom itu masih tertidur pulas sembari memerangkap tubuhnya, Lady Amelia terdiam dan menunggu pria itu terbangun. Tadi malam mereka mengobrol dan bercumbu, tetapi tidak melakukan hal yang melanggar batas. Sang pangeran begitu baik dan menahan dirinya dari dosa yang mengintip di balik pintu. Setiap sentuhan terasa menggetarkan baik dari bibir maupun tangan pemuda itu hingga mereka berguling-guling bergantian di atas ranjang berbagi kemesraan sampai kelelahan melanda raga."Hmmphh ... Amy," gumam Pangeran William sembari menyusuri lekuk leher gadis yang dicintainya dan mengeratkan dekapannya."Selamat pagi, Your Grace. Apa
Read more

Indahnya Bianglala Di Rainbow Fairy Lake

Babak selanjutnya dari turnamen ketangkasan 5 tahunan adalah berkuda cepat sesuai rute yang diberikan oleh panitia. Hanya 100 peserta yang pertama memasuki garis finish yang akan lolos ke babak keempat dan semakin dekat dengan hadiah utama acara yang diselenggarakan oleh kedua kerajaan yaitu Wisteria dan Drakenville.Sesungguhnya Lady Amelia Stormside masih belum fasih menunggang kuda, dia bingung menghadapi babak ketiga turnamen itu besok pagi. Maka dia pun meminta Jeffrey Ross untuk mencarikannya kuda tunggang yang jinak, tetapi dapat berlari kencang. Mereka berdua diam-diam meninggalkan kediaman Stormside sepulang sekolah dan berkuda tandem menuju ke Mayflower Village dimana jalanannya cukup sepi untuk latihan berkuda.Jeffrey Ross melompat turun dari punggung kuda dan membiarkan nona mudanya naik kuda sendirian. "Miss Amy, apa kau yakin bisa mengendalikan Lizbeth sendirian?" tanya Jeff sedikit ragu. "Ini pasti bisa kupelajari, Jeff. Turnamen babak ketiga itu besok, tak ada banya
Read more

Wanita-wanita Cantik dan Ksatria Idamannya

Akhir-akhir ini Jenderal Sebastian Dalio memang sangat sibuk aktivitasnya terkait dengan kudeta sayap kiri kerajaan yang ingin menggulingkan tahta Raja Alderan Lancester. Selain itu dia bersama Jenderal Jason Oliviera juga menjadi ketua panitia turnamen ketangkasan 5 tahunan kerajaan Wisteria dan Drakenville. Pagi ini sebelum dia berangkat ke lokasi berkumpul peserta turnamen babak ketiga, Jenderal Sebastian Dalio harus mengganti kasa perban dan juga mendapat suntikan obat antibiotik long acting setiap 3 hari sekali. Perawat cantik yang diutus oleh tabib istana pun berkunjung ke Pavilliun Elang."Permisi, Jenderal Sebastian. Saya akan membuka pakaian Anda sebentar—" Suster Diandra Richer meraih ujung kerah jubah tidur sang jenderal muda dan tangannya digenggam oleh pria tersebut.Dengan wajah merona karena malu Jenderal Sebastian berkata, "Haruskah Anda melihat tubuhku seperti ini?"Wanita muda itu tersenyum sekilas memperlihatkan lesung pipitnya lalu menjawab, "Ini bagian dari prose
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status