Semua Bab Istri Konglomerat yang Dicampakkan: Bab 11 - Bab 20
160 Bab
Bab 11 Menyambut Baik
"Arrgh!"Keesokan harinya, di Minggu pagi, Damian berseru kaget saat mendapati dirinya yang tidur telentang tanpa busana sehelai pun. Dia membelalak lebar, bola mata bergerak kesana kemari, berusaha sangat keras mengingat apa yang sebenarnya terjadi.Namun yang ada, justru kepalanya makin pening, efek dari alkohol yang belum seratus persen hilang. Maka, Damian buru-buru mengenakan pakaian, kemudian berjalan gontai menuju dapur karena perutnya sudah meronta minta diisi.Dia kembali linglung, celingukan ke setiap arah, karena suasana rumah yang sangat sepi. Bahkan, Tasya dan Fiona yang sering terlihat bercanda di dapur pun tidak ada. Hanya semangkok sup dingin dan beberapa lauk. Damian pun segera membawa mangkok sup itu ke dalam microwave untuk dipanaskan.“Tasya?” teriak Damian, memanggil Tasya.Namun, bukan Tasya yang menyahut, tapi justru Fionalah yang keluar perlahan dari kamar Tasya. Wanita muda itu menunduk saat melihat Damian, namun ekspresinya tidak seperti biasa. Wajah Fiona
Baca selengkapnya
Bab 12 Ancaman Serius
“Kalian ngapain di sini?!” Annie mengulangi pertanyaannya, dengan tubuh sempoyongan dan bola mata bergerak tak aturan.Jantung Damian serasa mau copot, namun saat melihat polah Annie, Damian mulai sedikit lega. Dia berjalan hati-hati mendekati istrinya, berusaha menarik aroma alkohol ke dalam hidungnya. Aroma menyengat itu membuat penciuman Damian muak. “An, kamu mabuk?!” tanya Damian kesal, sambil melepas sepatu dan jaket yang dikenakan Annie.Annie yang terus bicara tak jelas, seketika roboh saat tubuhnya menyentuh kasur. Damian kesal, berkacak pinggang memandangi tubuh lunglai istrinya dengan nafas memburu. Damian bergegas menemui Fiona di kamar Tasya, saat Fiona sedang mengganti kompres di kening Tasya. “Ada yang perlu saya bantu, Pak Damian?” tanya Fiona.“Fi, tolong ganti semua baju Annie. Aku tak sanggup, dia bau alkohol,” pinta Damian, menggeleng putus asa. “Biar aku yang jaga Tasya,”Fiona menganggu
Baca selengkapnya
Bab 13 Dinding Pertahanan
“Fi, apa yang kamu lakukan di sini?” tegur Damian, enggan melepaskan ikatan tangannya dari tangan Fiona.Fiona bergegas menghentikan langkah, menepis pelan tangan Damian.“Maaf, Pak Damian,” ujarnya.“Kamu sedang melayat siapa?” tanya Damian, memelankan nada bicaranya agar Fiona tak salah paham.Gina kemudian menatap nanar pemakaman yang ada di belakangnya, tak berniat menjawab, hanya kembali melanjutkan langkah. Apakah ini memang saatnya Damian harus tahu?Damian tak berpikir dua kali untuk membuntuti Fiona di belakang, ikut menyusuri satu demi satu makam tertata baik itu. Kemudian Fiona berhenti pada sebuah makam yang nampak baru, dengan buket mawar putih  yang telah mengering.Fiona lantas mengganti bunga itu dengan mawar baru yang dia pegang. Ada satu hal yang aneh yang membuat Damian mengernyitkan kening ketika memandang makam itu.“Ini siapa, Fi?” bisik Damian.
Baca selengkapnya
Bab 14 Harus Berakhir
Meskipun suasana di depannya cukup redup dan santai, namun degup jantung Ajeng bisa dirasakan sedang bertalu-talu saling sahut menyahut, tak mau tenang. Ajeng sudah membulatkan tekadnya untuk datang menemui Nona seorang diri, meski sebelumnya Jeslyn menawarkan diri untuk menemani. Namun bagi Ajeng, dia ingin menemui klien besarnya ini seorang diri demi menaikkan reputasinya."Mohon maaf, ada yang bisa kami bantu?" salah seorang pelayan datang menghampiri Ajeng."Saya ada janji bertemu dengan Nona … ""Nona?" Pelayan itu menyela dengan cepat, seakan tahu lanjutan dari kalimat Ajeng. Setelah mengangguk dengan staf yang lain, pelayan itu segera membawa Ajeng ke ruang privat yang berada di paling belakang dari restoran, cukup menjauh dari kerumunan meja-meja tamu reguler.Maka ketika Ajeng telah sampai di ruangan yang dimaksud, si pelayan mempersilahkan Ajeng untuk segera masuk, karena Nona sudah menunggu. Sesaat setelah
Baca selengkapnya
Bab 15 Berhak Dicintai
Tok, tok!!"Masuk," suruh Annie ketika mendengar pintu ruangan kerjanya diketuk dengan keras.Masuklah sesosok pria besar yang tersenyum lebar menyeringai ke arah Annie. Pria itu segera menutup pintu ruangan Annie, menguncinya. Annie yang terperanjat ingin memprotes, namun pria besar itu sudah lebih dulu menarik tubuhnya, mengangkatnya naik ke atas meja kerjanya sendiri. Annie berteriak berontak, namun si pria justru makin bersemangat dengan aksinya."H-hentikan, Steve! Ini di kantor! Jangan gila," cegah Annie, sebisa mungkin menghindari Steve."Katamu, kemarin malam kamu akan menemuiku, tapi aku tunggu sampai jam 2 pagi, kamu nggak datang," protes Steve, masih berusaha keras membobol pertahanan Annie."Aku tahu kamu bermesraan dengan Damian, kan?" tebak Steve."Dia suamiku, Steve!""Suami?" Steve mendadak berhenti, hanya untuk tertawa. "Sejak kapan kamu menganggapnya suami?" tanya Steve, menatap lamat-lamat ke
Baca selengkapnya
Bab 16 Kejutan untuk Annie
Emma membukakan pintu kamar hotel untuk Gina, setelah membungkuk hormat dan mempersilahkan majikannya itu untuk masuk ke dalam.Hari ini keluarga Chase berlibur ke luar kota, sehingga Gina punya kesempatan untuk kembali pada kehidupan aslinya. Termasuk menemui Emma untuk membahas segala rencana mereka.“Saya mendapatkan informasi tentang orang ini,” Emma menyerahkan selembar foto hasil bidikannya diam-diam tempo hari.“Namanya Steve. Dia adalah dokter spesialis kulit dan kelamin. Selingkuhan Annie Chase,” terang Emma.Gina memperhatikan foto pria itu dengan seksama.“Dia … pria kurang ajar,” gumam Gina.“Apakah dia melecehkan Nyonya Gina?!” Nada bicara Emma sedikit naik.Gina menggeleng. “Dia sepertinya curiga padaku,” tebak Gina. “Dia merasa ada sesuatu yang kututupi, jadi kemungkinan dia akan mencari tahu,”Emma mengangguk.“Bagaimana pertemuanmu dengan Ajeng?” tanya Gina mengganti topik.“Sa
Baca selengkapnya
Bab 17 Kecemasan Gina
"Kurang ajar … " Annie meremas seluruh lembaran foto itu.Secepatnya dia menghilangkan seluruh barang bukti sebelum Damian tahu. Bahkan nafas Annie saling memburu, merasakan ketegangan dan amarah menjadi satu.Tegang, takut Damian memergoki foto-foto itu. Dan marah, karena ada seseorang yang berniat mengancamnya.Annie memikirkan seribu kemungkinan siapa saja orang-orang yang mempunyai dendam padanya. Meski, dia yakin bahkan sepuluh jarinya pun tak kuasa untuk menghitung banyaknya orang-orang itu.Annie tahu, pekerjaannya membuat dia dibenci. Tapi dia mencintai pekerjaannya."Fiona!!" Annie berteriak sangat lantang.Demi menekan amarah, dia melampiaskannya pada Fiona."Siapkan aku air hangat," pintanya setelah Fiona tergopoh-gopoh masuk ke dalam kamar."Tapi saya baru saja menyiapkannya, Bu,""Siapkan lagi! Air itu kurang hangat!" seru Annie tak mau tahu.Tak ada yang bisa Fiona lakukan selain
Baca selengkapnya
Bab 18 Tulisanmu
Gina menelan ludah terpaksa, saat melihat Ajeng tersenyum licik di depannya. Wanita itu tiba-tiba datang, di malam hari saat keluarga Chase baru saja pulang dari berlibur.“Ada yang bisa saya bantu?” Gina memberi isyarat mata pada Ajeng untuk bersikap biasa, seakan tidak terjadi apa-apa diantara mereka.Sebagai seorang pengacara handal, Ajeng tak perlu berpikir dua kali untuk mengartikan isyarat Gina.Dia hanya menyerahkan sebuah amplop coklat besar pada Gina.“Nona menyuruhku menyerahkan ini secara langsung padamu,” ujar Ajeng.Gina melebarkan pandangannya. “Apa?” Dia sama sekali tidak mendapat informasi dari Emma. Kenapa Emma menyuruh Ajeng melakukan sesuatu yang beresiko membuatnya ketahuan?“Nona ingin aku memberikan ini secara langsung, agar kita bisa bertemu,”‘Oh, jadi begitu,’ tukas Gina dalam hati. Emma memang selalu punya jalan pikiran yang kadang sulit ditebak oleh Gina.“Aku tidak bisa memp
Baca selengkapnya
Bab 19 Kejutan Tambahan
“D-Damian?” Hanya itu kata yang bisa keluar dari mulut Gina, sesaat setelah Damian melepaskan kecupannya di bibir Gina.Kesenduan yang tadi nampak di kedua mata Damian, perlahan mulai pudar. Tergantikan oleh tatapan teduh.“Maafkan aku, Fi. Aku … Aku tidak bisa menahan perasaanku,” ucap Damian. “Perasaan apa?” Gina bisa menebak jawabannya–dia tetap ingin memastikan.Meskipun hal ini adalah hal yang diinginkan Gina demi melancarkan balas dendamnya, namun dia tidak menyangka jika ada perasaan nyaman saat Damian menyentuh tubuhnya.Perasaan yang aneh, dan Gina tidak bisa menghindarinya.“Aku tidak tahu apakah ini cinta. Tapi aku senang kamu ada di dekatku,” aku Damian. “Setelah ada kamu, entah kenapa, aku mulai bisa membangkitkan inspirasi untuk menulis,”Gina ikut tersenyum. “Aku senang jika kehadiranku membuatmu semakin maju, Damian,” ucap Gina pelan.“Maafkan aku, Fi,” “Kenapa kamu terus meminta maaf?
Baca selengkapnya
Bab 20 Keganjilan Damian
Langkah Emma mantap pagi ini. Sembari memegang erat sebuah amplop coklat di depan dada, dia berjalan lantang memasuki ruang kerja Wijaya–setelah mengetuk pintu.“Apa yang kamu dapatkan?” tanya Wijaya, terus fokus pada berbagai lembaran dokumen di depannya.Banyak yang harus dia tanda tangani, meski hari ini adalah hari libur.Emma tidak menjawab. Dia hanya bergerak menyerahkan amplop coklat itu ke hadapan Wijaya.“Apa ini?” Wijaya memandang amplop itu keheranan.“Saya mendapatkan sesuatu yang akan sangat menguntungkan Anda, Tuan,” jawab Emma dengan senyum licik.Wijaya tampak ragu. Sambil mengelus dagu, dia mempertimbangkan perihal isi dari amplop coklat itu.“Kalau aku tidak menerimanya?”“Tidak masalah, Tuan,” Emma menunduk. “Saya hanya memberikan ini, dan Tuan bebas melakukan apapun,”Mendengar jawaban Emma yang tampak meyakinkan, membuat Wijaya segera menyambar amplop itu. Dia membukanya tak sabar.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
16
DMCA.com Protection Status