Semua Bab Pelakor Kesayangan Tuan CEO: Bab 51 - Bab 60
100 Bab
Cara Jitu?
"Pakai lagi bajunya, Mas!" seru Aleena dengan wajah merona.Antara malu dan mau melihat aksi nekat Arfa di depannya.Pria itu tidak hanya melenggak-lenggok di depannya, bak super model pakaian dalam tapi juga melakukan gerakan nyeleneh lainnya seperti push up, salto, jungkir balik dan kayang."Kau malu? Atau mau melihatnya, sayang ... lihatlah--wajahmu bersemu merah saat ini," goda Arfa.Aleena seketika memalingkan wajahnya ke sudut lain. Tidak dapat di pungkiri jika dirinya juga sangat ingin menyentuh tubuh Arfa saat ini. Tapi gengsinya lebih besar, mengalahkan hasrat yang mulai muncul di benaknya."Lihatlah, sayang ... jangan abaikan suamimu yang sudah gila dan butuh kasih sayang ini," rengek Arfa."Suamimu ini sudah tidak punya apa-apa lagi selain tongkat sakti-nya ini. Tapi kau tidak perlu kuatir, tongkat saktiku ini mampu membuatmu terbang sampai ke langit tujuh, gratis. Kau akan di buat mendesah nikmat, bermandi peluh, hingga kau men—""Stop!" Aku benar-benar tidak menginginkann
Baca selengkapnya
Menggali Informasi
"Pak Arfa memanggil saya?" Pria itu mengangguk, lalu mempersilahkan Bayu untuk duduk di depannya."Saya ingin kamu menyelidiki sesuatu buat saya," ucap Arfa dengan wajah serius."Menyelidiki sesuatu buat Pak Arfa?" ulang Bayu. Arfa mengangguk. "Dan kamu harus mendapatkannya," kata Arfa."Apa ini masalah pekerjaan, Pak?" terka Bayu."Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Ini masalah pribadi saya," jawab Arfa."Lalu apa yang harus saya selidiki, Pak?" Bayu kembali bertanya dengan antusias."Cari informasi dan selidiki tentang kecelakaan maut empat tahun lalu, yang melibatkan CEO Arhadhita Group," jawab Arfa.Bayu sejenak terdiam, seolah sedang memikirkan sesuatu."Maksud Bapak, kecelakaan tragis yang Pak Arfa alami sendiri?" tebak Bayu. Arfa mengangguk sembari menghela nafas panjang."Memangnya Pak Arfa tidak ingat dengan kejadian itu? Bukannya Pak Arfa sendiri yang mengalaminya?" tanya Bayu dengan wajah heran."Kalau aku ingat, aku tidak perlu repot-repot menyuruhmu mencari in
Baca selengkapnya
Sebuah Kenyataan
"Karna Alisya adalah aku."Hampir saja kalimat itu meluncur dari mulut Aleena, jika saja tidak terdengar suara panggilan dari ponsel Arfa yang membuat pria itu menegakkan tubuhnya untuk meraih ponsel di atas meja.'Mama' Itulah nama yang tertera di layar benda pipih tersebut.Aleena hanya diam, melihat reaksi Arfa yang malas-malasan mengangkat panggilan telepon tersebut. Arfa sengaja mengaktifkan pengeras suara di ponselnya agar Aleena ikut mendengarkan apa yang akan dibicarakan oleh mamanya."Aku mau ke kamar mandi dulu," ujar Aleena sengaja ingin menghindar. Ia tidak ingin melihat Arfa bersikap tegas hanya karna ada dirinya saat ini.Wanita itu lantas turun dari pangkuan Arfa, kemudian melangkah menuju kamar pribadi Arfa.[Hallo, Arfa] sapa nyonya Miranda.[Iya, Ma. Ada apa?] tanya Arfa dengan nada datar.[Laura sudah di izinkan pulang, apa kamu bisa menjemputnya sekarang?] tanya nyonya Miranda.[Memangnya wanita itu siapa? Sampai mama menyuruh aku yang menjemputnya?][Arfa, dia itu
Baca selengkapnya
Bimbang
Pria itu menatap tidak berkedip beberapa foto yang ada di tangannya, tatapannya fokus tertuju pada mata wanita yang ada di dalam foto tersebut."Warna dan bentuk, serta sorot matanya--mengapa begitu sama dengan Aleena? Tidak hanya itu, suara mereka juga nyaris sama hanya wajah mereka saja yang sangat jauh berbeda."Arfa kembali memijit pelipisnya untuk sekedar menghilangkan rasa pusing di kepalanya. Berbagai pertanyaan dan praduga silih berganti menghampirinya, hingga membuat kepalanya berdenyut sakit."Aku yakin, ini pasti ada hubungannya dengan Aleena atau jangan-jangan ...." Arfa menjeda ucapannya dengan perasaan tidak menentu. "Tdak tidak. Itu tidak mungkin!"Jantung Arfa berdetak lebih cepat saat pria itu berhasil menarik satu kesimpulan dari beberapa persamaan yang di miliki Alisya dan Aleena."Aku harus berhasil menemukan orang-orang yang terlibat dalam menangani kasus kecelakaan itu, agar aku bisa segera membuktikan sangkaanku terhadap Aleena. Aku yakin, jika memang ada sesuat
Baca selengkapnya
Ada Penyusup
Sebelum sampai ke kantor Arfa, Bayu terlebih dulu membeli makan siang untuk sang bos dan juga dirinya. Tentu saja setelah Aleena memberi tau apa saja makanan kesukaan Arfa."Selamat siang, Pak Bayu," sapa kedua pengawal yang berjaga di depan pintu ruangan Arfa, saat melihat kedatangan Bayu."Selamat siang," balas Bayu dengan ramah."Ini, buat makan siang kalian berdua." Bayu mengulurkan kotak makan siang untuk kedua pengawal tersebut."Terima kasih, Pak Bayu," ucap kedua pengawal itu.Bayu mengangguk, lalu segera melangkah ke dalam ruang kerja Arfa.Melihat Arfa yang masih tertidur lelap, pria itu memilih duduk di kursi yang ada di depan meja kerja Arfa.Bayu menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi, lalu menaikkan kedua kakinya ke atas meja dengan santai.Pria itu mulai sibuk menggerakkan jari-jarinya di atas keyboard laptop yang ada di atas pangkuannya.Sangking fokusnya, sampai-sampai ia tidak menyadari jika Arfa sudah terbangun dari tidurnya, menatap tidak suka ke arah kaki Bayu di
Baca selengkapnya
Alat Penyadap
Bayu memperhatikan dengan seksama rekaman video CCTV di laptop Arfa. Pria itu menyeringai lebar, lalu melangkah menuju ke meja sofa.Bayu membungkuk di samping meja, tangannya terulur meraih sesuatu yang menempel pada bagian bawah meja.Sebuah alat penyadap suara berhasil ia temukan.Seringai di wajah Bayu semakin lebar, pria itu kemudian melangkah menuju ke kamar mandi sambil membawa laptopnya.Arfa yang menyaksikan hal tersebut semakin di buat heran dengan apa yang akan di lakukan Bayu. Pria itu hanya bisa menduga jika Bayu pasti akan melakukan hal konyol."Selamat menikmati," ucap Bayu dengan nada mengejek sembari melangkah keluar dari kamar mandi lalu menutup pintunya.Benar dugaan Arfa, Bayu memutar film dewasa lalu meletakkan alat penyadap yang masih aktif itu di samping laptopnya. Dapat di pastikan jika orang yang menyuruh memasang alat penyadap itu saat ini sedang mendengarkan suara desahan dan erangan orang yang sedang bercinta dari laptop Bayu."Ada seseorang yang ingin men
Baca selengkapnya
Titik Terang
Bayu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, melewati jalan setapak memasuki wilayah terpencil yang sangat asing bagi Arfa."Kau akan membawaku ke mana?" tanya Arfa, yang sejak tadi sudah menahan rasa penasarannya di dalam hati."Saya akan membawa Pak Arfa ke sebuah tempat rahasia yang sangat menyenangkan," jawab Bayu tersenyum lebar."Kau pikir aku sedang bercanda?"tukas Arfa serayak mendengus kesal."Tentu saja tidak, dan kali ini saya juga sedang tidak bercanda, Pak Arfa," sahut Bayu dengan wajah serius."Jangan membuatku bertanya dua kali," ujar Arfa dengan penuh penekanan. Mata elang itu menatap tajam ke arah Bayu yang sedang mengemudi di sampingnya.Bayu memutar lehernya ke samping, begitu pandangannya bertemu dengan Arfa, Bayu langsung tersenyum lebar sambil mengangguk hormat berulang kali, seperti calon menantu yang bertemu dengan calon bapak mertuanya saja."Kita akan bertemu dengan orang-orang yang mengetahui tentang kejadian yang menimpa Pak Arfa dan bu Alisya beberapa t
Baca selengkapnya
Antara Alisya dan Aleena
Arfa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Tidak perduli dengan umpatan pengemudi lain yang terpaksa menyingkir karena menghindarinya.Yang ada di benak Arfa saat ini adalah segera sampai di apartemen dan bertemu Aleena. Sedangkan Bayu ia tinggal begitu saja membereskan masalah dengan orang-orang yang sudah di tangkap dan di sekapnya di bangunan tua itu.Arfa berdiri di depan pintu apartemennya, menarik nafas panjang serayak memejamkan kedua matanya sebelum menekan pin untuk membuka pintu apartemennya.Pria itu melangkah pelan memasuki apartemennya, langkah kaki membawanya ke arah dapur di mana ia mendengar ada aktivitas di sana.Arfa mematung di tempatnya tatkala melihat sosok Aleena yang sedang berdiri memunggunginya di depan wastafel cuci piring.Pria itu terus memperhatikan sang istri yang belum menyadari kedatangannya."Siapa kau sesungguhnya, Aleena? Apakah kau adalah Alisya? Kau kah Alisya istriku? Lalu mengapa selama ini kau memilih diam dan menyembunyikan identitasmu?"
Baca selengkapnya
Jangan Halangi Aku
"Hal yang sama, yang mereka lakukan kepadaku membekap kakek dengan menggunakan bantal hingga kakek menghembuskan nafas terakhirnya," terang Aleena dengan mata berkaca-kaca.Tubuh Arfa luruh ke lantai. Pria itu meremas rambutnya dengan kedua tangan, air mata sudah tidak dapat di bendung lagi, mengalir begitu saja.Hatinya kali ini benar-benar hancur. Ia benar-benar tidak menyangka jika sosok mama tiri yang selama ini menyayanginya ternyata tidak lebih kejam dari pada iblis."Apa yang sebenarnya mama inginkan? Mengapa ia tega melakukan semua itu di belakangku," gumam Arfa masih tidak percaya dengan kenyataan yang ada.Bagaimanapun juga, hati kecilnya masih ingin menyangkal jika mama tirinya itu telah tega berbuat kejam. Itu sangat bertolak belakang dengan apa yang di lihatnya dan di rasakannya selama ini, selama nyonya Miranda menjadi ibu sambungnya."Wanita tua itu terlalu tamak dan serakah pada harta kekayaan, berharap ia akan menjadi penguasa tunggal di keluarga Pratama, namun nyatan
Baca selengkapnya
Merasa Rapuh
Lagi, Aleena kembali duduk bersimpuh di depan ruang ICU. Ruangan yang sama, yang dulu di gunakan untuk merawat Arfa saat pria itu terbaring koma.Tapi kali ini, Arfa koma bukan karena berusaha mengingat ingatannya yang hilang, tapi karena cedera berat di kepalanya oleh pukulan benda tumpul."Nona, bangunlah. Sudah sejak tadi anda duduk bersimpuh di depan pintu ini." Nora berusaha membujuk atasannya, yang sejak tadi duduk bersimpuh tanpa bergerak sama sekali.Raya tidak bergeming, hanya menoleh sekilas ke arah Nora, lalu kembali fokus menatap ke arah daun pintu di depannya."Tidak ada yang akan berubah dengan anda duduk berlama-lama di sini. Lebih baik kita cepat bergerak mencari siapa pelakunya dan meneruskan semua rencana kita," lanjut Nora yang terdengar tidak sabar.Aleena masih terdiam. Namun jauh di lubuk hatinya wanita itu membenarkan apa yang di katakan oleh Nora, asistennya.Wanita itu lalu bangkit, kemudian duduk di kursi tunggu pasien yang ada di depan ruangan tersebut."Min
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status