Semua Bab Tetangga Meresahkan: Bab 11 - Bab 20
37 Bab
BAB 11
Tetangga Meresahkan BAB 11Setelah menggunting selang Bu Darmi. Bu Sulis hendak masuk kerumahnya. Tiba-tiba baju Bu Sulis ditarik dari belakang, oleh Bu Darmi, yang sudah sadar dari terkejutannya. Karena baju Bu Sulis ditarik dari belakang mengakibatkan Bu Sulis terjengkal kebelakang. "Masih berani melawan Saya!"ucap Bu Sulis lantang sambil bangkit."Bu Sulis pikir Saya takut!"jawab Bu Darmi lantang. "Jadi mau Kamu apa!"tanya Bu Sulis. "Ganti selang Saya! yang sudah Kamu gunting. "ucapnya dengan lantang. "Bayar dulu air yang sudah Kamu alirkan kerumahmu, baru Ku ganti selangmu!"ucap Bu Sulis tak kalah lantang. "He... ingat gak Kamu. ketika anakmu terkunci dikamar, siapa yang menolong Suamiku kan? air seuprit saja minta dibayar."ucapnya emosi. "Apa, kamu lupa? bukankah habis dobrak pintu kamar. Kalian minta uang seratus ribu sebagai tanda terima kasih."jawab Bu Sulis."Ya wajarlah, Kamu pikir dobrak pintu itu gak sakit apa."ucap Bu Darmi nyolot. "Lha. waktu itu apa hanya Su
Baca selengkapnya
BAB 12
Tetangga Meresahkan BAB 12Pak Rt seperti tersinggung dengan ucapan Bu Darmi. "Pak Dodi maaf, Saya tidak sanggup berbicara kepada Bu Darmi, silahkan Bapak selesaikan masalah keluarga Bapak, Saya pamit Pak."ujar Pak Rt berlalu pergi. Pak Rt menyuruh warga untuk bubar. Ketika Kami hendak bubar. Anak kedua mereka datang. "Bu, Pak ini ada apa sebenarnya?"tanya Rahayu bingung. "Ini lho Yu, Kakakmu."ucap Pak Dodi sambil menunjuk Laras. "Memang ada apa sama kakak Pak?"tanyanya semakin bingung. Lalu Pak Dodi bercerita semua yang terjadi kepada Rahayu. "Bu, Mau sampai kapan Kami akan menjadi korban keegoisan Ibu!"ucap Rahayu bertnya. "Kamu itu ngerti apa!"jawab Bu Darmi. "Ibu itu sadar gak sich Bu? dengan apa yang Ibu lakukan?"tanyanya lagi dengan sedikit emosi. "Ibu ya sadar Yu, Kamu pikir Ibu sudah gila. "ucap Bu Darmi emosi. "Kalau Ibu sadar. mengapa Ibu tidak mengijinkan Kakak menikah?"tanyanya. "Kamu itu diam saja, Mana uang yang Ibu minta?"ujarnya dengan nada tinggi. "Ib
Baca selengkapnya
BAB 13
Tetangga Meresahkan BAB 13Setelah masuk kedalam rumah. Aku dan Dimas langsung bergegas mandi karena sebentar lagi Mas Andi pulang.Setelah mandi. Aku menyuapi Dimas makan.ketika sedang menyuapi Dimas, Mas Andi pulang.Tok..tok...tok...Suara ketukkan pintu. Aku yakin itu Mas Andi.Aku segera membukakan pintu."Dek, Kok sayurnya tidak dibawa masuk?"tanyanya."Sayur??"tanyaku bingung."Ini lho Dek."ujarnya sambil mengangkat plastik berisi sawi, terong, dan cabe."Oalah dasar tetangga ajaib."ujarku."Apa Dek?"tanyanya bingung."Itu tadi sayur yang ditawarkan Bu Darmi tapi Adek gak mau beli, karena kan Mas gak bisa makan sawi."ucapku kesal."Iya sudah Dek, Besok bayar saja, jangan ribut malu."ucapnya enteng sambil berjalan masuk dan langsung kekamar mandi."Malu? Kenapa harus malu, memang aku tadi sudah menolaknya, jadi ya jangan salahkan aku jika sayuran itu tidak aku bayar." jawabku sedikit jengkel dengan penuturan mas Andi. "Dek... Kita ini pendatang disini. Jadi kita harus lebi
Baca selengkapnya
BAB 14
Tetangga MeresahkanBAB 14Sore hari Mas Andi pulang.Namun ketika aku membuka pintu aku melihat Mas Andi seperti sedang menunggu seseorang."Kok gak masuk Mas?"tanyaku."Oh ya nanti dulu Dek, Mas lagi nunggu teman Mas,"jawabnya sambil matanya menatap jalan raya."Ya sudah, Aku masuk dulu ya Mas, mau mandiin Dimas."ujarku sambil beranjak masuk kedalam rumah.Sepuluh menit kemudian terdengar suara mobil berhenti, Mungkin teman Mas Andi sudah datang pikirku.Aku langsung membuatkan teh setelah selesai membuat teh, aku bawa nampan yang berisi dua cangkir teh dan menyuguhkan kepada mereka. "Ini tehnya diminum Mas."ucapku."Iya Dek."jawab Mas Andi.Aku langsung ijin kepada Mas Andi dan temannya untuk masuk kedalam, karena mau menyuapi Dimas.Setelah selesai menyuapi Dimas, Aku menyalakan televisi agar Dimas bisa menonton film kartoon kesukaannya.Setelah Dimas serius menonton, aku keteras untuk bergabung bersama Mas Andi dan temannya.Mereka ngobrol kesana kemari, aku hanya bisa menjadi p
Baca selengkapnya
BAB 15
Tetangga Meresahkan Bab 15 Bu Darmi sepertinya sudah bisa menguasai rasa gelisahnya. Karena wajahnya terlihat mulai sedikit tenang."Memang apa yang Saya lakukan?"ucapnya pura -pura tenang. "Eeehhhmmmm... Yang bener Bu Darmi tidak tahu,"ucapku mengejek. "Ya kalau Saya tahu, untuk apa saya bertanya sama kamu!"jawabnya ketus "Wah... Sepertinya Bu Darmi sudah amnesia ya... Sampai lupa apa yang telah diperbuat," ejekku"Kamu itu kalau ngomong yang sopan!"hardiknya"Saya mah orangnya sopan kepada siapa saja, asalkan orang itu juga sopan terhadap saya,"jawabku "Kamu itu lebih baik diam jika hanya omong kosong!"ucapnya dengan nada ketus "Saya mah tidak pernah omong kosong Bu Darmi, apa bu Darmi mau saya buktikan?"jawabku sedikit mengancam. Bu Darmi diam sejenak sambil menatap tajam kearahku. "Iya silahkan saja jika memang bu Sara punya bukti."ucapnya lantang. "Yakin? Bu Darmi tidak akan menyesal?"ucapku lagi "Tidak akan, karena saya tahu jika bu Sara hanya menakuti saya saja." jawa
Baca selengkapnya
BAB 16
Tetangga Meresahkan BAB 16Ucapan Pak Rt sangat tegas. Pak Rt tidak pernah membedakan warganya. Bu Darmi sangat senang, karena berpikir jika Pak Rt menuruti permintaannya untuk mengusir aku dari kampung ini. Pak Rt menyuruhku untuk pulang dan nanti setelah magrib aku disuruh datang kerumahnya bersama Mas Andi. Aku menghargai apa yang Pak Rt perintahkan. Jadi aku langsung pulang, sebelum pulang aku menjemput Dimas dirumah Bu Dina. Sore hari. Mas Andi pulang, Setelah menyiapkan teh hangat, aku menyuruh Mas Andi untuk makan karena Mas Andi pasti lapar. Setelah makan aku ajak Mas Andi untuk duduk diruang tamu. Aku menceritakan semua yang terjadi siang tadi. Mas Andi sangat marah dan kecewa kepadaku."Dek! Apa Kamu tidak malu ribut terus? "tanyanya."Masak aku harus diam saja Mas jika selalu direndahkan oleh Bu Darmi!"ucapku marah. "Terus apa untungnya Kamu ribut?"tanyanya dengan mimik wajah serius. "Ya... Setidaknya bisa ngasih pelajaran kepada Bu Darmi, agar lain kali mulutnya
Baca selengkapnya
BAB 17
Tetangga MeresahkanBAB 17Pak Rt menatap tajam kearahku. "I-iya Pak."ucapku sedikit ragu. Bu Darmi melotot kearahku."Bisa Bu Sara jelaskan!"ucapnya lagi. Aku melihat kearah Mas Andi untuk meminta persetujuan.Mas Andi mengangguk tanda Dia setuju. "Begini Pak. Saya pernah memergokin Bu Darmi dan Pak Dodi jam sebelas malam mengalirkan air dari kran belakang rumah Saya tanpa ijin terlebih dulu. Dan beberapa hari yang lalu Bu Sulis juga mergokin Bu Darmi mengalirkan air tanpa ijin dari rumahnya."ucapku sedikit ragu, Karena tahu karakter Bu Darmi pasti akan mencari alasan agar bisa terhindar dari masalah. "Bu Sara sudah dong jangan menambahi masalah buat Saya!"bentak Bu Darmi."Lho, yang Saya katakan memang kenyataan lho Bu."jawabku. "Bu Sara sebenarnya punya dendam pribadikan sama Saya, Makanya selalu mencari kesalahan Saya!"ujarnya marah."Maaf iya Bu Darmi, gak ada dalam sejarah hidup Saya dendam dengan orang."jawabku santai. "Lha. ini buktinya, seenaknya Bu Sara mengatakan j
Baca selengkapnya
BAB 18
Tetangga MeresahkanBAB 18Pak Dodi terperanjat mendengar penuturan istrinya. "Apa Bu!"ucapnya lantang. "Santai aja kali Pak!"ucap Bu Darmi. "Coba Ibu ulangi lagi ucapan Ibu!"ucap Pak Dodi marah "Ibu mau Bapak tutup kembali sumur ini!"perintahnya tanpa dosa. "Ibu benar-benar membuat Bapak habis kesabaran ya! Ibu kenapa sich selalu bertindak sesuka hati!"ucap Pak Dodi marah. "Ya makanya Bapak itu kalau ada apa-apa ijin dulu sama Ibu jangan main gali begitu,"ucap Bu Darmi ketus. "Kalau Bapak ijin sama Ibu yang ada sumur ini gak jadi digali dan sudah pasti usulan Pak Rt Ibu tolak mentah-mentah, "ucap Pak Dodi prustasi. "Ya iyalah Pak! Pasti Ibu tolak, mereka itu mau bantu kita gali sumur karena menganggap kita ini miskin! Ibu tidak mau dipandang rendah seperti itu."ucap Bu Darmi lantang. "Bu! Kamu itu waras gak sich!"bentak Pak Dodi. "Ya waras dong Pak!"jwabnya ketus. "Kalau Ibu waras tidak mungkin Ibu itu merasa kita ini kaya! Kita ini memang benar orang miskin jika kita kaya
Baca selengkapnya
BAB 19
Tetangga Meresahkan BAB 19Pak Rt dan beberapa warga tertawa mendengar perkataan Bu Darmi. "Iya yang penting Bu Darmi pulang saja dulu."ucap Pak Rt sopan. "Awas ya kalau Pak Rt sampai bohong semua warga disini saksinya."ucap Bu Darmi. Pak Rt mengangguk. Pak Dodi langsung menarik tangan Bu Darmi lalu mereka pulang. Pak Rt meminta warga untuk bubar. Kamipun pulang kerumah masing-masing. Setelah ada sumur dirumah Bu Darmi, tak ada lagi warga yang mengeluh kecurian air, namun warga sering mendengar omelan Bu Darmi ketika menimba sumur. "Pak, coba sana tagih pak Rt, kapan mau beli sanyonya, ibu capek kalau nimba begini,"ucapnya kepada sang suami "Sabar dong Bu... Pak Rt masih belum punya uang, nanti kalau sudah ada pasti dibelikan,"jawab pak Dodi menenangkan sang istri "Iya, kapan? kalau gak ditagih nanti pak Rt ingkar janji lho Pak,"ucapnya lagi "Jangan selalu berpikir buruk sama orang Bu tidak baik,"jawabnya "Ah bapak ini sekarang gak asyik,"protes bu Darmi.Keluhan dem
Baca selengkapnya
BAB 20
Tetangga Meresahkan BAB 20 Bu Darmi sangat terkujut atas apa yang telah suaminya lakukan. Dengan memegang pipinya. Bu Darmi bangkit dari duduknya. "Pak!!! Kamu tega menampar Ibu hanya gara-gara kuli itu!"ucap Bu Darmi dengan lantang. "Bukan karena Pak Andi! Tapi karena sudah waktunya Ibu itu sadar bahwa apa yang Ibu lakukan selama ini menyakiti hati orang!!"jawab Pak Dodi tak kalah lantang. "Ibu itu selalu benar! Ibu tidak pernah salah!"bentak Bu Darmi. "Ibu itu harus sadar diri, kita ini sudah banyak dibantu oleh warga disini, bukan berterima kasih tapi Ibu selalu merendahkan mereka!"ujar Pak Dodi marah. "Yang butuh bantuan mereka siapa? Ibu tidak butuh!"jawabnya ketus. "Ibu itu manusia yang sangat munafik. Selalu mengatakan tidak butuh bantuan mereka, tapi Ibu selalu menghalalkan segala cara agar bisa mendapatkan apa yang Ibu butuhkan!"ucap Pak Dodi masih dengan nada tinggi. "Bapak itu kalau ngomong coba dipikir dulu! kapan Ibu menerima bantuan dari mereka! cuuuiiiiihhh na
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status