All Chapters of Menantu Hina Yang Dihormati: Chapter 171 - Chapter 180
188 Chapters
Season 2 Bab 41
"Sialan! Dia sudah lenyap, lalu bagaimana aku bisa keluar dari dimensi ini?" gumamnya kesal. Austin melangkah dengan gontai sambil menatap telapak tangan yang baru saja menyerap permata pemberian naga hitam. Lalu ia menoleh pada tongkat naga yang dimilikinya."Hei! Apakah kau tahu cara keluar dari dimensi ini?" tanya Austin seolah tongkat bisa diajak berbicara. "Bodoh! Tentu dia tidak bisa menjawab pertanyaanku," gumamnya lagi merutuki kebodohannya. Austin melihat pohong berbuah lebat, sama seperti buah yang ada di desa Tuan Aldrik. "Apakah aku harus bertapa di sana? Sepertinya iya, karena aku tidak melihat adanya kolam di sekitar sini," gumamnya tanpa melepaskan tatapannya dari pohon. Ia mengambil langkah lebar, lalu duduk bersila di bawah pohon rindang. Tubuhnya menjadi lebih segar lagi, seolah pohon memberikannya energi lebih. "Entah kekuatan apa yang aku miliki sekarang, aku tidak pernah membayangkan memiliki kekuatan seperti ini," gumamnya sambil menggelengkan kepala. Austi
Read more
Season 2 Bab 42
"Apakah kau baik-baik saja selama aku pergi?" tanya Austin. "Ya, aku baik-baik saja. Semua warga di sini sangat baik padaku. Hanya saja aku sedih tidak bisa mengjak mereka semua memasuki goa," balas Kenny tertunduk sedih. Austin mengembuskan napasnya. "Kau tidak salah, kau sudah membantu mereka dengan kemampuanmu," ucap Austin menenangkan sang istri. Ia menarik tubuh Kenny dan merangkulnya. Sang anak pun seolah paham dengan kesedihan sang Ibu. Ia bergerak-gerak di dalam gendongan Austin dan meminta digendong oleh ibunya. "Ada apa? Apakah kau haus?" Tanya Kenny saat bayinya menyentuh dua gentong ASI miliknya. Austin terkekeh saat melihat ekspresi bayinya. Ia mengelus puncak kepala bayi itu dan mengecupnya. "Susuilah, sepertinya dia sedang haus," balas Austin memberi perintah. Kenny menganggukkan kepalanya dan mulai menyingkap pakaiannya. Jiwa kelelakian Austin terpana saat melihat perbedaan aset kembar sang istri. Ia teringat adegannya degan Alana yang saat itu menyamar menjadi i
Read more
Season 2 Bab 43
'Astaga aku lupa kalau ada Kenny di sini,' batin Austin terkejut saat mendengar pertanyaan Kenny. Ia langsung menegapkan tubuhnya, lalu menoleh ke samping. Kenny sudah bersedekap dada dan menghapus air matanya dengan kasar. 'Gara-gara Kakek ini,' batin Austin. Sedangkan Tuan Arthur dan Nyonya Aldrik pergi meninggalkan mereka. Bahkan Tuan Arthur memberikan semangat pada sang cucu melalui tepukan di bahunya. "Jawab! Jangan diam saja? Enak ya mesra-mesraan sampai bergairah gitu?" tanya Kenny dengan nada sinis. "Sayang, bukan begitu. Tubuhnya memang indah, tapi lebih indah tubuhmu. Aku tak melihat seluruh tubuhnya, hanya meliihat saat dia menyusui anaknya. Dan yang mengejutkan wajah anak iblis itu juga menyerupai wajah anak kita," balas Austin menerangkan. Kenny menganggukkan kepalanya. "Pantas saja saat aku menyusui kau bertingkah mesum seperti itu. Pasti kau mengingat tubuh wanita itu kan?" tanya Kenny dengan kekesalannya. "Tidak, aku tidak mengingatnya. Sayang, jangan berbicara a
Read more
Season 2 Bab 44
"Hem, kau semakin menjadi perayu unggul," balas Kenny sambil mencebikkan bibirnya. "Yang kurayu hanya dirimu, apakah kau tidak merindukanku?" tanya Austin. "Tentu saja, tapi sekarang aku mencemaskan kesehatan Kakek dan Nenek. Aku masih belum tenang jika belum melihat mereka," balas Kenny. "Kau benar, aku juga mencemaskan mereka. Itu rumah sakitnya, sebentar lagi kita akan melihat keadaan mereka, semoga kesehatan mereka sudah membaik." tunjuk Austin pada rumah sakit yang ada di hadapannya. Austin mengambil alih bayi yang ada digendongan istrinya, begitu sampai Kenny langung berlari mencari ruang rawat Kakek dan neneknya. "Aku pikir kau sudah melupakan keluarga ini setelah menjadi menantu orang kaya raya," sindir Dora yang ada di ambang pintu ruang rawat. "Mana Nenek dan Kakek?" tanya Kenny mengabaikan sindiran Dora. "Ada di dalam," balasnya ketus, lalu pergi menjauh dari Kenny. Ia pun melirik bayi yang ada digendongan Austin, juga memberikan tatapan sinis pada pria itu. Pria ya
Read more
Season 2 Bab 45
"Palmer mulai menyerang perusahaan lagi, aku dan timku sudah mengetahui identitas mereka," balas Peter. "Siapa dia sebenarnya? Apakah ada orang hebat dibelakangnya?" tanya Austin memburu. Wajahnya sudah mulai terlihat serius, ia mengambil langkah maju dan menjauh dari ruang rawat Nyonya Thomson. Tak ada kelembutan diwajahnya saat mendengar kabar tentang Palmer yang sudah mengacaukan kehidupan keluarganya. "Ya, kau benar. Ada orang hebat di belakangnya, bahkan orang hebat itu adalah ayahnya sendiri. Nick Perneco Palmer, orang itulah ayah palmer, dan aku dengar dari mata-mataku jika ia baru saja membakar habis sebuah desa," balas Peter menjelaskan. "Berengsek! Ternyata benar apa yang Tuan Aldrik katakan, Perneco akan kembali dan membalaskan dendamnya pada kami. Sekarang aku mohon jaga Kakek Jacob di mansion, aku akan mengurus urusanku di sini lebih dulu," pinta Austin dengan nada tegasnya. "Baiklah, semoga Tuan dan Nyonya Thomson lekas pulih," balas Peter. Austin langsung menutup
Read more
Season 2 Bab 46
"Apa yang kau lakukan? Mengapa kau memukulinya?" tanya Austin tanpa melepas maskernya. Pria yang tak lain direktur keuangan itu menatap Austin dengan tatapan tidak suka. Ia berkacak pinggang dan memberikan tatapan tajam padanya. "Jangan ikut campur urusanku? Tahu apa kau tentang pekerjaan? Siapa yang mengizinkanmu masuk dengan pakaian seperti ini?" balas direktur keuangan dengan kesombongannya. Saat ini Austin hanya mengenakan kaos biasa juga celana pendek miliknya. Ia menyeringai di balik masker yang digunakannya. Bahkan kini Austin bersedekap dada menatap kesombongan pria di hadapannya. "Siapa aku? Itu tidak penting, lepaskan pria itu," perintah Austin. Direktur keuangan semakin marah dengan pengaturan yang Austin berikan, ia masih menginjak tangan bawahannya dengan kuat. "Argh, ampun Tuan. Ampun," rintih pria di bawahnya. Tanpa menunggu lama Austin menendang tubuh pria angkuh itu, hingga tubuhnya terhantuk dinding lift. "Berengsek! Berani kau menyentuhku?!" marahnya sambil
Read more
Season 2 Bab 47
"Kita akan penjarakan dia, aku pun tak menyukai pria itu," balas Austin. Hery yang masih berada di ruangan yang sama dengan mereka hanya terdiam. Menunduk dan menunggu perintah selanjutnya dari sang atasan. Tak berselang lama para direktur tiba dengan map di masing-masing tangannya. Sebagian direktur berwajah masam dan juga ketakutan, sebagian lagi berwajah tenang dan masuk dengan percaya diri. "Tuan, ini laporan kami semua selama satu tahun ini," ucap salah satu direktur. "Aku mau kalian persentasikan semua itu di hadapanku saat ini juga," pinta Austin. "Tapi bagaimana mungkin Tuan? Pasti akan memakan waktu yang lama, sebentar lagi klien baru perusahaan kita akan tiba. Dan aku harus menemuinya," balas salah satu direktur dengan wajah tegang. 'Berengsek! Untuk apa anak muda ini kembali mengurusi perusahaan ini? Kalau begini bagaimana dengan rencanaku?' batin salah satu direktur. 'Syukurlah dia sudah kembali, aku sudah muak melihat sikap angkuh mereka. Aku harap dia bisa mengemb
Read more
Season 2 Bab 48
"Dia ibumu, Julie," balas Tuan Edward. "Mommy? Apakah luka bakar yang disebabkan Kakek Arthur tidak bisa dipulihkan?" tanya Austin. "Banyak dokter yang belum bisa menyanggupi. Jika ingin wajahnya kembali seperti semula ibumu harus melakukan operasi plastik, tapi sampai sekarang dia tidak menginginkannya," balas Tuan Edward. "Semenjak kepergianmu dan Kenny ibumu selalu mengurung diri di rumahnya. Bahkan untuk keluar pun dia tidak mau. Baru kali ini dia berani keluar untuk melihat orangtuanya," sambung Tuan Edward. Austin mengembuskan napas tanpa melepaskan tatapannya pada sang Ibu mertua. Ia menatap kasihan pada Julie yang memiliki wajah buruk. Perlahan ia mendekat dan menyapa Julie layaknya seorang anak. Tapi Julie seolah takut saat menatap Austin dan terus menundukkan wajahnya. "Mom, ini aku anakmu? Apakah kau tidak ingin menganggapku sebagai anakmu?" sapa Austin. Julie masih terdiam, ia meremas tangannya cemas, kejadian saat Tuan Arthur membakar wajahnya terus menghantuinya. Hi
Read more
Season 2 Bab 49
"Bukannya begitu, aku hanya tidak ingin dia tertular penyakitku. Aku akan menggendongnya setelah aku sembuh," balas Tuan Thomson. Nyonya Thomson bernapas lega, ia pikir sang suami memang menolak kehadiran Max di tengah keluarga. Ternyata sang suami memiliki sisi berlebihan dalam menyikapi penyakit yang dideritanya. "Tuan, penganyakit yang anda derita tidak akan mempengaruhi kesehatannya. Gendonglah, pasti cicit anda juga ingin digendong oleh Kakek buyutnya," timpal Nyonya Aldrik yang mengetahui penyakit Tuan Thomson. Tuan Thomson menoleh ke arah Nyonya Aldrik, ia mengerutkan kening karena tidak memahami siapa wanita tua di hadapannya. "Kau siapa? Apakah kau dokter yang menanganiku saat ini?" tanya Tuan Thomson. Nyonya Aldrik tersenyum, tapi bukan dia yang membalas keingin tahuannya, melainkan Tuan Arthur. "Dia istri mendiang sahabatku, dia juga yang membantu para dokter untuk mengobatimu juga istrimu," timpal Tuan Arthur saat memasuki ruangan.Tuan Thomson kembali menoleh menata
Read more
Season 2 Bab 50
"Benarkah mereka mengikuti kita sampai ke sini?" tanya Kenny cemas ambil membekap Max yang masih menatap ke arah jendela. Austin mengangguk, tak menutupi apa yang baru saja ia lihat. Pria itu langsung keluar melompati jendela dan melihat penyusup yang baru saja meregang nyawa. Austin melihat pergelangan tangan mereka, dan benar saja, inisial P ada di sana. "Perneco tidak main-main dengan dendamnya," gumam Austin. "Pengawal!" teriak Austin memanggil pengawalnya yang berjaga. Paraengawal berlarian ke arahnya, lalu tercengang melihat dua musuh yang sudah tak memiliki nyawa. Mereka menunduk, meminta maaf pada sang Tuan karena kelalaian yang mereka lakukan. "Maafkan kami Tuan, kami sangat ceroboh," ucapnya memohon ampunan. Mereka masih menundukkan wajah sebelum Austin memberikan pengampunanya. "Berjagalah, Perneco pasti akan datang lagi, bereskan mayat ini. Beruntung anakku menyadari kedatangannya," balas Austin lalu pergi dari hadapan mereka. "Baik, Tuan," balas mereka bersamaan.
Read more
PREV
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status