All Chapters of Mencari Suami Bayaran: Chapter 51 - Chapter 60
108 Chapters
51. Kisah Risti
Flash backSudah lima hari Bambang di Bandung, membereskan semua urusan percetakan yang akan dia pindahkan ke Jakarta. Tidak mungkin dia tetap bekerja di Bandung, sedangkan istrinya tinggal di Jakarta. Untuk itu, setelah berdiskusi panjang lebar dengan Risti, Bambang memutuskan untuk memindahkan usaha percetakannya ke Jakarta. Lokasi baru untuk usahanya sudah ia temukan, tidak terlalu jauh dari kompleks perumahan yang ditinggali olehnya. Sekarang tinggal membenahi semua berkas dan urusan yang telah ia tunda selama sebulan.Ya, sebulan menikah. Baru kali ini, Bambang kembali ke Bandung. Mempersiapkan kepindahannya. Lala dan Lulu sudah terlebih dahulu pindah ke Jakarta, menempati rumah baru abang dan juga kakak iparnya. Mereka bahkan sudah sekolah kembali, di sekolah baru yang dicarikan oleh Risti. Bahkan keduanya sangat senang dengan sekolah yang baru karena memiliki halaman yang sangat luas dan sangat keren, kata mereka. Sedangkan, untuk urusan percetakan, ada karyawan yang membantun
Read more
52. Jujur Lebih Baik
Dua hari telah berlalu sejak Risti jujur pada suaminya, perihal musibah yang ia alami di awal pernikahan mereka. Bambang sudah terlihat seperti biasa, bisa menerima keadaan yang sudah terlanjur terjadi pada istrinya. Hanya saja, Bambang masih sering murung. Apabila mengingat musibah yang dalam sepekan ini bertubi-tubi menimpa dirinya dan juga keluarganya. Bambang juga sudah dua hari ini bolak-balik ke polres, guna membereskan persoalan berkaitan dengan musibah kebakaran.Siang ini, Risti memberi ASI pada Ais di kamarnya. Sedangkan Salman baru saja pulas. Dengan suara merdu, Risti menyenandungkan selawat pada puteri kecilnya. Sesekali Risti mencium gemas pipi Aish yang gaya menyusunya sangat konyol, kadang disedot, lalu tiba-tiba dilepas. Seperti hanya ingin bermain-main saja. Namun, jika ditaruh maka bayi cantik itu akan menangis kencang, hingga wajahnya berubah menjadi biru.“De, Aish. Nennya, yang benar, dong!” Ujar Risti pada bayi cantiknya, bayi itu seakan mengerti ucapan bundany
Read more
53. Pria Misterius
Lelaki misterius itu mengirimkan alamat yang harus Risti datangi. Bambang pun membacanya dan mencari tahu melalui google map . Alamat ini adalah sebuah bangunan tua yang sudah tidak terpakai. Risti menelan salivanya saat membayangkan seaindainya ia tidak memberitahukan hal ini pada suaminya, jika ia terlalu berani datang ke tempat yang diminta sendirian. Risti tak sanggup membayangkannya, berkali-kali kepalanya menggeleng, mulutnya pun terus saja memohon ampun, beristighfar.Om Yuda yang sejak Subuh berada di rumah Risti bersama kedua anak buahnya tengah serius berdiskusi dengan Pak Hermawan. Bambang baru saja keluar dari kamar dan langsung ikut bergabung bersama mereka. Om Yuda menjelaskan cara agar pelaku tidak tahu bahwa Bambanglah yang datang ke sana, bukan Risti.Akhirnya, saat ini Bambang didandani oleh Risti di depan cermin. Memakai gamis besar istrinya, berikut dengan khimar yang bercadar. Memang, sesekali Risti memakai cadar saat bepergian, belum bisa konsisten. Namun, untuk
Read more
54. Kejutan untuk Risti
Setahun kemudian.Udara sore hari sangat cerah. Bambang mengajak anak-anak dan istrinya bersepeda keliling perumahan tempat mereka tinggal. Kakinya yang kini pincang tidak menyurutkan semangatnya untuk selalu menghadirkan kebahagiaan dan senyum anak istrinya. Bambang menaiki sepeda lipat bewarna abu-abu yang memiliki duduk boncengan di belakangnya dan diberi sandaran penyangga. Risti juga menggunakan sepeda lipat bewarna merah, yang juga memiliki duduk boncengan. Mereka sengaja membeli sepeda seperti itu agar dapat membawa si kembar bersepeda keliling kompleks perumahan. Tawa riang balita kembar mampu mengisi hari-hari mereka lebih bewarna.“Main di lapangan, yuk, Pa!" ajak Risti yang masih mengayuh sepeda mendekati sebuah taman di dalam perumahannya.“Ayo!” Bambang juga ikut mengarahkan kayuhannya menuju taman tersebut. Sudah banyak anak-anak seusia si kembar sedang bermain bersama orang tua mereka. Lingkungan asri, bebas polusi, dan sangat jarang kendaraan bermotor melewati area ta
Read more
55. Bollywood
Dengan perasaan gembira, ia mulai menyusun pakaian yang akan dibawa. Sepertinya satu koper besar pakaian dia dan suami. Satunya lagi pakaian si kembar. Lala dan Lulu baru saja mengetahui bahwa abang dan kakak iparnya akan jalan-jalan, raut wajah mereka cemberut. Kenapa mereka tidak diajak? Risti dan Bambang memberi pengertian dan berjanji akan membawakan oleh-oleh yang banyak untuk keduanya. Akhirnya, saat ini Lala dan Lulu yang membereskan pakaian si kembar di dalam koper.“Ada ransel lama papa di dalam koper itu, Bun. Papa bawa itu aja!” Risti kemudian, membuka koper lama suaminya. Mencari ransel yang dimaksud."Ini, Pa? Udah butut begini, masih mau dipakai?" tanya Risti dengan nada tidak yakin. Ia mengangkat tas ransel tersebut dan menunjukkannya pada suaminya.“Eh, iya, ya. Udah jelek banget. Ya udah, buang, deh. Kayaknya sobek juga itu, Bun.”Risti memeriksa isi tas tersebut, di dalamnya ada dua buah kaos polos dan satu celana bahan bewarna hitam. Saat Risti melipatnya kembali,
Read more
56. Epilog
Suara halus mesin mobil sedan keluaran terbaru memecah keheningan pagi di salah satu sudut ibu kota. Tepatnya, mobil tersebut baru saja keluar dari pelataran apartemen elite di kawasan Jakarta Selatan. Mobil melaju pelan, berbaur bersama kendaraan yang lain. Suara saling sahut klakson kendaraan begitu nyaring terdegar.Suasana cukup padat pada jam kerja, tidak menyurutkan niatnya untuk berangkat pagi ini ke kantor. Ada banyak masalah yang harus segera ia selesaikan, berkaitan dengan perusahaan ekspedisi dan properti yang saat ini dibawah naungannya. Sesekali wanita cantik itu melirik spion, memastikan riasannya sempurna untuk menjalani padatnya agenda hari ini. Ponselnya bahkan tidak berhenti berdering sepanjang perjalanan, ia hanya melirik sekilas, lalu mengabaikannya.Siapa, sih? Berisik! Gumamnya tanpa melirik ponsel yang berdering dari dalam tas merk H****S keluaran terbaru miliknya. Ia masih fokus menatap jalanan padat di depannya. Memberikan jalan bagi seorang lelaki muda pejal
Read more
57. Season 2 Fani dan Munos
Mata sayu itu mencoba dengan kesusahan membuka kelopaknya, seakan ada batu besar tertimbun di sana, berat dan menyakitkan. Tak hanya matanya yang terasa berat, namun seluruh tubuhnya menegang, urat sarafnya seakan hampir putus menahan sakit yang luar biasa di sekujur tubuhnya, terutama di area intimnya. Sekali lagi, suaminya mendatanginya dalam keadaan mabuk dan berlaku kasar. "Yah, dalam keadaan mabuk dia baru akan menyentuhku, saat kesadarannya sempurna, maka melirikku pun seakan sangat menjijikkan." Mata sayu itu mengembun, bulir-bulir air bening menetes tanpa bisa ditahan. Entah kapan semua ini berakhir, karena ini saja baru dimulai.Di sinilah ia, Fani Fadillah menjadi seorang istri yang tak diinginkan suami, setiap ku membuka mata, ku berharap kepedihan ini hanyalah mimpi, namun takdir masih ingin menaungiku dengan air mata yang tak berkesudahan.Tuk!Tuk!Pintu kamar diketuk."Permisi Nyonya, ini saya Bik Ina, membawakan sarapan," suara bik Ina memanggil Fani dari balik pintu k
Read more
58. Mual
Dua pekan lagi, usia kehamilan Fani memasuki empat bulan. Rasa mual dan pusing yang dirasakannya di awal-awal kehamilan, saat ini perlahan berkurang. Makannya juga lebih berselera, apalagi sudah dua hari ini Munos keluar kota, begitu juga dengan Bu Sundari dan Pak Karim. Fani benar-benar merasa rileks dan tenang."Non Fani nanti siang mau makan apa, Non?" tanya Bik Ina saat menghampiri Fani yang tengah duduk di taman belakang."Mmm..makan apa ya Bik?" alisnya bertaut memikirkan menu apa yang kiranya menggugah selera makannya."Bibik bisa masak sambel goreng kentang hati sapi ga?" tanya Fani kemudian diikuti senyum hangatnya."Wahh, gampang itu mah Non, itu kan makanan kesukaan tuan muda Munos," jawab Bik Ina tanpa memperhatikan raut wajah Fani yang berubah sendu.Fani terdiam, seketika perutnya bergejolak dan bayangan sambal goreng kentang hati tadi pupus sudah. Tak sudi juga rasanya makan makanan kesukaan drakula labil itu."Oh gitu yaa..," sahut Fani malas."Baik Non, saya ke dapur
Read more
59. Menyedihkan
Seminggu sudah Fani tak sadarkan diri sejak insiden yang menimpanya. Fani bahkan kehilangan i kembar buah hatinya yang baru berumur hampir enam belas minggu. Kejadian mengenaskan yang menimpa Fani, membuat Bu Sundari dan pak Karim stres, bahkan bu Sundari harus dirawat empat hari di rumah sakit yang sama, karena serangan jantung. Hampir tak percaya mendengar ucapan dokter mengenai kondisi Fani saat dilarikan ke UGD.Flashback" Maaf, keluarga ibu Fani," panggil dokter memanggil. Bu Sundari dan Pak Karim masuk ke dalam ruangan yang tertutup tirai, sedangkan Munos berada di balik tirai dengan wajah pucat pasi dengan aksesoris lebam biru di pipi kanan dan kirinya, papanya telah memukulinya di rumah sakit, hingga babak bekur, jika tidak dipisahkan security tentu Munos bisa mati saat itu juga."Saya sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi dengan anak ibu, yang jelas lebam bekas pukulan di tubuhnya cukup banyak, bibirnya juga harus dijahit, organ intimnya juga terlihat ..." dokter menarik na
Read more
60. Dijenguk Bambang dan Risti
"Sayang, kalau masih pusing ga usah ikut ke rumah sakit," ucap Bambang pada istrinya yang saat ini sedang bersiap-siap menjenguk Fani."Ga papa Mas, aku mau ikut, jujur aku sedih Fani dan Munos kehilangan calon bayi kembarnya," ujar Risti dengan tatapan sayu. Yah, kabar yang beredar adalah menantu keluarga Karim mengalami keguguran setelah terjatuh dari tangga, namun Bambang dan Fani masih kurang percaya dengan kabar yang beredar."Ya sudah, Mas tunggu di bawah ya, jangan kelamaan dandan, kalau terlalu cantik dandannya, bisa-bisa semua pasien rumah sakit nanti jatuh cinta sama kamu, Yang," goda Bambang sambil mengecup pipi istrinya."Siap Bos," jawab Risti membalas kecupan Bambang.Mereka sudah sampai di ruang perawatan Fani, setelah mengetuk pintu dan mengucapkan salam, tak ada tanda-tanda orang di dalamnya. Bambang membuka pintu, lalu masuk dengan perlahan, diikuti oleh Risti.Bambang dan Risti menatap miris kondisi Fani, masih terlihat bekas jahitan di pinggir bibir kanan dan kirin
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status