Semua Bab Mencari Suami Bayaran: Bab 41 - Bab 50
108 Bab
41. CCTV
Sepekan kemudian.Malam sebelum besoknya pesta pernikahan Risti dan Munos berlangsung. Bambang sudah berada di hotel tempat acara akan berlangsung. Tak tanggung-tanggung, Bu Sundari memberikan dua kamar suit untuk Bambang, Fani, dqn juga kedua adik kembarnya. Lala dan Lulu tentu saja gembira, walau tersirat rasa sedih, karena Risti akan menikah. "Kalau udah mau nikah gitu, bisa digagalin gak sih, Lu?" tanya Lala pada Lulu saat mereka sedang tidur. Bambang dan Fani masih berbincang di depan kamar hotel."Ngaco, kamu! Ya, gak mungkin. Emangnya sinetron," timpal Lulu sambil menggelengkan kepala."Kali aja, kayak di TV, bisa digagalkan," sahut Lala masih tak yakin dengan komentar Lulu."Udah bukan jodoh Mas Bambang. Sekarang kita berdoa, agar Mas Bambang diberikan jodoh yang tepat. Teh Annisa anaknya Ustadz Salman juga manis," kata Lulu sambil membayangkan rona teduh milik Teh Annisa."Iya, sama siapa aja sih yang penting perempuan dan solih, serta gak mata duitan kayak kita, ha ha ha...
Baca selengkapnya
42. Terbongkar
Dada bu Sundari berdebar, tangannya gemetar, kuat digenggamnya tangan suaminya, air dipelupuk matanya hampir tumpah, kekacauan yang sangat memalukan sudah dibuat oleh anak lelaki kebanggaannya. Tak kalah kecewa, terlihat jelas diraut wajah pemilik enam hotel mewah di Jakarta dan Australia Ahmad Karim ayah dari Munos. Lengannya mengepal, rahangya mengeras, dengan tajam ditatapnya laporan CCTV dan beberapa berkas, serta foto Munos bersama seorang wanita. Berulang-ulang Bu Sundari memutar video tersebut untuk memastikan siapa wanita yang sepertinya dia kenal.Terlihat seorang wanita berseragam resepsionis hotelnya rapi dan manis sambil membawa map bening. Mungkin berisi beberapa berkas penting, mengetuk ragu pintu kamar Munos. Setelah beberapa lama pintu terbuka Munos dalam keadaan mabuk, berbicara dengan seorang wanita itu di depan pintu kamarnya, terlihat Munos membentak wanita tersebut sehingga map berkas tadi jatuh berhamburan, saat wanita itu hendak membereskan kertas yang berantaka
Baca selengkapnya
43. Dua Pasang Pengantin
Suasana ballroom hotel mendadak riuh, tamu-tamu yang hadir kebingungan karena di pelaminan ada dua pasang pengantin yang harus mereka beri selamat. Ada yang menarik dari atas pelaminan sana, pasangan pengantin yang satu berwajah gembira dan selalu menyunggingkan senyumnya, sedangkan pada pasangan satunya yang lain berwajah ketat dan menyeramkan.“Akhirnya... Terima kasih sudah menerimaku kembali,” bisik Bambang di telinga Risti. Diikuti wajah Risti yang mendadak bersemu merah.“Setelah sekian tahun akhirnya kita bisa bersama lagi, meskipun dadakan,” Bambang tertawa kecil, merengkuh tubuh istrinya. “Terima kasih, aku mencintaimu,” bisik Bambang lagi. Risti memalingkan wajahnya yang bersemu tidak ada sahutan apa pun yang keluar dari mulutnya.“Kenapa istriku tidak menjawab, ya?” Bambang menyolek lengan Risti. Risti masih bersikap cuek pura-pura tidak mendengar. Sambil melanjutkan menyalami para tamu undangan satu per satu. Bambang tidak mau patah semangat. Mulutnya masih saja komat kami
Baca selengkapnya
44. Malam Pengantin
Fani masih terduduk di atas ranjang besar, suasana khas pengantin baru menyeruak ke seisi kamar yang sangat besar menurutnya. Setelah memutuskan mandi dan berganti pakaian, Fani hanya bisa menunggu pintu kamar itu. Ada yang mengetuk atau yang membuka, namun sampai pukul delapan malam tidak ada tanda-tanda seseorang akan masuk.“Sayang,” panggil Bu Sundari mertuanya.“Iya, Mah ” sahutnya buru-buru berjalan ke arah pintu lalu membukanya.“Wah... menantu Mamah sudah mandi, jadi kelihatan tambah seger dan cantik,” puji Bu Sundari tulus sambil menelisik Fani dari kepala hingga ujung kaki.Fani tersenyum menunduk malu. “Ayo kita makan dulu, Nak!” Bu Sundari menarik Fani keluar kamar tidurnya lalu berjalan bersama ke arah meja makan, di sana sudah ada Pak Karim, mertua lelakinya. Matanya tidak berani lancang memandang sekeliling karena takut bila tatapannya bertemu dengan mata elang Munos. Fani mengangguk hormat pada Pak Karim lalu menyunggingkan senyum manis.“Ayo, makan yang banyak, ya, F
Baca selengkapnya
45. Malam Pengantin bag. 2
Sementara itu suasana romantis di dalam kamar Risti dan Bambang. Mereka berpelukan, saling berhadapan saling mencurahkan kerinduan yang membuncah, dahi dan hidung mereka bertemu.“Aku mencintaimu,” bisik Bambang. Wajah Risti pun merona. Ia tidak menyangka dengan takdir yang ada di hadapannya saat ini. Suaminya. satu-satunya lelaki yang pernah menyentuhnya, mengambil seluruh hidup dan kebahagiaanya di masa lalu, kini sudah kembali bersamanya.“Katakan kau juga mencintaiku,” desak Bambang.“Gak mau!” jawab Risti sambil merenggangkan tubuhnya menjauh dari Bambang, lalu memunggungi Bambang. Bambang keheranan mendekati Risti, dagunya diletakkan di puncak pundak istrinya. “Hei... Ada apa, Sayang.” “Gak papa,” Risti sedang tersenyum di dalam sana, dia mau mengerjai Bambang.“Trus kok berbalik?” “Apa aku salah bicara? Maafkan, ya, Sayang. Kalau ada kata-kataku yang salah,” ucap Bambang benar-benar memelas.“Takut khilaf,” ucap Risti.“Maksudnya, Yang? Khilaf apaan?” Bambang masih penasaran.
Baca selengkapnya
46. Romantika Pengantin Baru
Sepertinya Pak Bambang habis mengerjakan sesuatu yang terlalu berat, benar begitu Bu?” tanya dokter Lukman pada Risti yang hanya bisa tersipu malu. “Ya ampun, kenapa gue banyak banget bikin kissmark di badan Bambang, sih?Argh... Malunya... Ya ampun, itu di dadanya, di perut sama di leher banyak banget, ih...”gerutu Risti kesal dengan dirinya sendiri.Risti baru tersadar saat dokter menaikkan baju Bambang, hampir saja dokter Lukman tertawa dengan keras, namun ditahannya, karena terlihat otot rahangnya mengeras. “Ih... Dok, mmmm.... pengantin baru,” cicitnya sangat pelan, menahan malu yang luar biasa.“Ohh... Jadi begitu, yang pasti, lebih dari sekali, benar?” tanya dokter memaksa.“Empat, Dok. Yah... empat kali,” jawab Risti dengan polosnya tidak berani menatap wajah Dokter Lukman. Dan jangan bayangkan wajah Risti seperti apa, sudah pasti seperti kepiting rebus.“Begini, Bu. Berhubungan intim yang berlebihan dapat mengakibatkan cedera pada bagian organ intim, nyeri punggung, dan kele
Baca selengkapnya
47. Ngidam
Bambang duduk di teras rumah, menikmati udara pagi sambil menyesap teh manis hangat yang baru saja dihantarkan oleh Lala. Matanya memandang pohon nangka dan jambu air merah yang kini telah tumbuh bunga serta bakal buah, tanda tidak akan lama lagi akan berbuah. Sisa gerimis tadi Subuh, membuat udara terasa sangat sejuk. Sekali lagi, Bambang menyesap tehnya. “Ayo, Pah!”ajak Risti yang sudah bersiap dengan celana kaus serta baju kaus panjang, lengkap dengan jilbab sorong bewarna biru tua. Bambang menoleh pada istrinya, perutnya yang semakin membesar, dengan kulit putih glowing, tubuhnya yang semakin bulat, pipi menjadi lebar, membuat Bambang begitu takjub dengan istrinya yang kini tengah hamil sembilan bulan, sepekan lagi masuk HPL. Namun istrinya ini semakin gusar.“Jangan diliatin terus, nanti tambah bucin!” celetuk Risti saat mengetahui suaminya menatapnya dengan intens. Bambang terkekeh, lalu bangun dari duduknya, sembari membetulkan letak sarungnya yang hampir saja melorot. Keduany
Baca selengkapnya
48. Pelengkap Kebahagiaan
Bambang tidak henti-henti mengusap air matanya yang terus saja mengalir deras di pipinya. Ia juga dengan gemas menciumi wajah wanita yang telah berjuang keras melahirkan buah cinta mereka. Betapa rasa haru dan gembira kini mengisi ruang hatinya. Memiliki istri cantik, kaya, salihah. Sekarang, memiliki dua bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. “Terima kasih, Sayang!” Ucapan itu berkali-kali ia layangkan untuk istrinya.Kini, Risti sudah ditempatkan di kamar perawatan VVIP. Ia tengah tertidur lelap setelah mampu melahirkan secara normal sepasang bayi kembar yang sangat menggemaskan. Kedua bayinya masih berada di dalam ruang inkubator. Berat badan lahir yang tergolong kecil, membuat keduanya harus di masukkan ke dalam ruang inkubator terlebih dahulu.Bambang melangkah masuk ke dalam kamar perawatan istrinya. Kedua tangannya menenteng bungkusan berisi teh hangat dan nasi aneka kue basah yang ia beli di kantin rumah sakit. Pelan ia membuka pintu, tampilan wajah polos ist
Baca selengkapnya
49. Biduk Rumah Tangga
Risti masih menyusui Salman dan Aishwarya secara bergantian. Kedua bayi kembar itu seolah-olah tidak kenyang menyusu asi bundanya. Baru saja diletakkan di dalam box, keduanya sudah menangis ingin menyusu lagi. Risti cukup kewalahan karena ia ibu baru, langsung dapat kembar pula. Tentu saja masih banyak bingungnya dalam hal mengurus bayi kembar. Beruntungnya ia memiliki suami seperti Bambang, yang juga ikut andil mengurus bayi mereka. Bahkan, sepekan setelah istrinya melahirkan, Bambang belum juga masuk ke kantornya. Ia masih betah bermain dengan si kembar yang wajahnya merupakan duplikat dirinya. Membantu mengganti popok bekas kencing, memandikan bayinya, serta ikut bergadang menemani istrinya.Sementara ini, mereka tinggal di rumah ayah Risti, Pak Hermawan. Itu adalah permintaan ayahnya karena sekarang ayahnya sudah susah berjalan, apalagi bepergian. Pak Hermawan ingin sekali dekat dengan cucu kembarnya. Bayangkan, betapa bahagianya hati lelaki paruh baya itu, memiliki cucu kembar y
Baca selengkapnya
50. Sedikit Merajuk
Pagi ini, Bambang mulai masuk ke kantor. Seperti biasa, Risti selalu menyempatkan dirinya untuk mengurus segala keperluan suaminya. Baju kemeja bergaris dan celana jeans favorit suaminya telah ia siapkan di atas ranjang. Salman masih terlelap, sedangkan adiknya Aishwarya sudah bangun dan bersiap untuk mandi.Bambang keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggangnya. Risti yang duduk di kasur sambil menggendong Ais memperhatikan suaminya dengan saksama. Entah bagaimana Allah membolak-balikkan hatinya saat itu. Hingga dia bisa benar-benar cinta dengan lelaki berondong di depannya ini. Bambang mengelap tubuhnya yang basah, dengan memunggungi Risti. Aish yang tadinya berada di pangkuan bundanya kini sudah berpindah tempat ke dalam box bayi. Bersebelahan dengan abang Salman.“Kok, diam saja, sih, Pa?” Risti memeluk suaminya dari belakang. Harum sampo dan sabun yang biasa dipakai suaminya begitu segar melewati indera penciuman Risti. Bahkan ia kini mengendus punggung dan rambut s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status