Semua Bab Dendam Pewaris Yang Terpendam: Bab 101 - Bab 110

Bella dan Alvin pun bersiap untuk melempar buket bunga yang ada di genggaman tangan mereka berdua. Sedangkan Sultan, ia pun terpaksa berbaris di jajaran para gadis yang juga ingin menangkap buket itu. Bahkan sampai bergesekan dengan mereka semua, soalnya dia berada ditengah-tengah para gadis heboh itu."Ahhh, ya ampun. Aku dekat dengan pemimpin perusahaan Velopmant Group," jerit salah satu gadis yang mengenakan pakaian mini dan mengekspos buah dadanya. Membuat Sultan malah memalingkan pandangan. "Wah, aku yang ingin dekat dengan Pak Sultan." "Ih, Pak Sultan gagah banget. Wajah yang diukir dengan pahatan yang sempurna. Begitu tajir dan tampan.""Andai aku bisa dekat dengannya. Pasti aku akan pingsan meleleh akan ketampanannya." Teriakan dan jeritan yang memuji Sultan membuatnya tidak nyaman. Namun, apa boleh buat karena itu sudah menjadi kenyataan kehidupannya sekarang.'Dulu aku selalu dihina dan dicaci, sekarang semua orang ingin dekat dan mengejarku,' dalam batin Sultan bermonolo

Menginjak pedal gas dengan tatapan yang fokus mencari ke arah kiri dan kanan. Sultan berusaha untuk menemukan dimana gadis yang tadi sempat ia lihat dan hendak dilecehkan oleh orang lain."Bagaimana ini?" Srettt ….Tiba-tiba saja ada yang menyalip mobil dia dan Sultan tidak asing dengan plat mobil yang barusan menyalipnya. Kelihatannya mobil itu adalah mobil yang tadi membawa gadis itu. Sultan pun langsung mencoba untuk mengejarnya. Terjadilah aksi kejar-kejaran, sehingga membuat pria itu merasa heran karena mobilnya dikejar. Lalu, dia pun menghentikan mobilnya.Sultan menginjak pedal rem, dan sampai kepalanya terbentur stir. Dia melihat ke depan dan rupanya pria itu keluar dari mobil. Keadaan sedang hujan begini Sultan pun mau tidak mau harus basah kuyup terkena oleh air hujan.Suara sayup terdengar saat pria itu menggedor dan mengetuk kaca mobil Sultan. Lalu, Sultan pun menurunkan jendela mobilnya hingga tampaklah wajah pria tadi."Ada apa? Kenapa kamu mengejarku?" teriaknya ke

Sementara itu, Bi Ina pamit untuk segera pergi ke kota Angkita dan menemui Sultan. Niatnya hanya ingin tinggal di desa Kemuning hanya satu hari. Namun, rupanya ia sampai tinggal beberapa hari karena keponakannya selalu ingin ditemani. "Bibi harus pulang, sekarang kan kondisi kamu sudah lebih baik," ucap Bi Ina kepada Tanti. "Ya sudahlah kalau begitu, Bi. Hati-hati di jalan, ya. Terima kasih karena mau menemani aku seminggu ini." Di Tempat lain ada Mahira yang sedang melamun sendirian. Memikirkan nasib putranya kini, ia tidak bisa untuk pergi ke kota dan mengatakan bahwa bayinya itu adalah putra dari Sultan."Waktu itu saja Sultan tidak ingin mendengar penjelasan dariku, jadi kalau aku tiba-tiba saja mengatakan bahwa bayiku ini adalah putranya. Mustahil kalau dia akan percaya," gumam Mahira pilu dan penuh kebimbangan.Saat ini dia sedang menggendong putranya dan duduk di depan teras rumah. Joko datang dan langsung duduk di samping Mahira, "Bapak tidak menyangka kalau suamimu itu t

Anara, Wisnu, Bi Ina dan yang lainnya sedang berbincang di dalam ruang tamu. Mereka bergurau dan bercanda tawa bersama. "Sultan pasti sedang menikmati masa bulan madunya. Tidak terbayang jika kita akan segera mendapatkan seorang cucu ya kan, Pa?" ucap Anara kepada Wisnu. Tidak ada yang tahu tentang Sultan saat ini. Padahal Sultan sedang bermabuk-mabukan disana, bukan seperti yang mereka pikirkan saat ini. "Ya, Ma. Papa juga memang sebenarnya sangat mendambakan seorang cucu. Semoga saja pas mereka pulang nanti, mereka langsung memberikan kabar yang membahagiakan," balas Wisnu. Saat ini perusahaan Velopmant Group itu dijalankan oleh Wisnu disaat Sultan menikmati masa bulan madunya. Anara tertawa, "bahkan putramu itu ingin mengambil cuti selama satu bulan full, Pa. Pasti karena ingin memuaskan diri untuk selalu dekat dengan Rapika." Bi Ina hanya senyum-senyum kecil, bersyukur juga karena Sultan sudah melangkah dan melupakan Mahira. "Bi, kok dari tadi diem saja?" tanya Anara kepad

Rapika menelan salivanya saat melihat makanan yang ada di depan mata. "Rapika, kalau kau tidak suka jangan memaksakan diri untuk memakan makanan sederhana ini," ucap Sultan saat melihat raut wajah yang tidak enak di wajah Rapika. Rapika tersenyum simpul, "tidak apa, aku akan memakan ini." Anara dan Bi Ina pun menoleh ke arah Rapika. Mereka lupa kalau ada orang baru di keluarga ini. "Maafkan Mama Rapika. Mama lupa kalau ada kamu disini."Anara pun langsung memanggil maid untuk membuatkan makanan spesial untuk Rapika. "Hufth, untung saja gak dipaksa makan makanan itu. Aku alergi dengan telur," gumam Rapika pelan. Sultan pun memakan masakan buatan Anara dengan cepat. "Rasanya enak, sama enaknya dengan masakan Bi Ina," ujar Sultan di tengah -tengah mengunyah makanan.Wisnu pun jadi tidak sabar untuk mencicipi makanan sederhana ini, "Papa juga tidak sabar untuk mencicipi masakan sayur bayam dan telur ceplok ini. Dulu sih kami sering menemukan makanan seperti ini pada saat kami di k