Jantung Audrey seketika terasa berhenti berdetak, darahnya beku. Di sana, di balik meja kayu yang mahal, berdiri sosok yang sangat ia kenal, Denzel Shaquille. "Selamat datang, Audrey," sapa Denzel, senyum miringnya muncul. Senyum yang sama persis seperti saat ia mencium Audrey di koridor. "K-kamu... Denzel?" Audrey tergagap, mundur satu langkah. "K-kamu... CEO perusahaan?" "Terkejut?" Denzel melangkah mendekat, matanya berkilat penuh kemenangan. "Aku sudah bilang, aku akan menemukan mu. Dan aku tidak akan membiarkan kamu melarikan diri dariku, Audrey." "Ini... ini tidak mungkin," bisik Audrey, ia mencoba lari, tapi kakinya kaku. "Aku harus pergi." "Duduk," perintah Denzel, suaranya rendah dan dalam, membuat Audrey tanpa sadar mematuhinya. Ia berjalan ke belakang meja, menuju kursi CEO yang besar. Denzel menepuk pangkuannya. "Di sini." "Denzel! Apa-apaan ini?! Ini kantor! Aku sedang bekerja!" seru Audrey, menahan diri. "Sekarang kamu bekerja untukku," Denzel menyeringai, l
Last Updated : 2025-09-19 Read more