All Chapters of Nona Badut itu Ternyata Istri Mafia: Chapter 51 - Chapter 60
118 Chapters
51. Pernikahan Berdarah.
"Saya terima nikah dan kawinnya Raline Raharjo Soeryo Sumarno binti Adjie Raharjo Soeryo Sumarno dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Axel mengucap ijab kabul dengan lantang dalam satu tarikan napas. Raline yang duduk di samping Axel menghembuskan napas lega. Sedari tadi ia memang menahan napas. Ia takut kalau Axel salah mengucapkan namanya. Ternyata ketakutannya tidak beralasan. Axel bisa juga mengucapkan nama lengkapnya dengan lancar jaya seperti jalan tol bebas hambatan.Sejurus kemudian terdengar kata sah yang menggema di seantero ruangan. Raline menangis haru. Akhirnya ada juga laki-laki yang mau menikahinya. Merasa tidak percaya, Raline mencubit lengan kirinya. Sakit! Itu artinya ia tidak bermimpi. Dirinya benar-benar sudah menjadi istri orang sekarang alhamdullilah. "Lo ngapain, istiku0? Kok nyubit diri sendiri?" Axel mengelus lengan Raline, saat istrinya itu mendesis kesakitan setelah mencubit diri sendiri. Ada-ada saja."Kagak ngapa-ngapa. Gue cuma meyakinkan diri send
Read more
52. Penghianat.
Raline diam. Namun sesungguhnya ia merasa aneh. Saat ini semua orang panik. Air muka maupun bahasa tubuh bodyguard-bodyguard lain semua dalam keadaan tegang. Namun bodyguard di sebelah kanan Axel yang bernama Calvin, begitu santai alih-alih siaga satu. Feeling Raline tidak enak. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi. Hanya saja instingnya mengatakan bahwa ia harus melindungi Axel. Kecurigaannya terbukti tatkala ia melihat Calvin merogoh sesuatu dibalik jasnya.Sebilah belati! Sepertinya Calvin berniat menusuk punggung Axel dalam posisi tiarap. Raline ingin berteriak memperingati Axel. Namun ia khawatir kalau peringatannya akan terlambat. Lebih baik ia segera beraksi saja. "Jangan!" Raline merebut belati yang siap dihujamkan Calvin di punggung Axel. Akibatnya cukup fatal. Raline merasa daging telapak tangannya teriris karena menggenggam belati dengan erat. Anehnya ia tidak merasa sakit. Ia hanya merasakan ada cairan hangat yang mengalir melalui jari jemarinya."Bajingan!"Krak!Raline
Read more
53. Tuan Putri.
Raline membuka mata perlahan. Seketika ia kembali menutup mata saat ruangan terasa berputar. Apa ada dengan dirinya? "Masih pusing, Tuan Putri?" Tuan Putri?Suara bariton yang rasanya familiar di telinga, membuat Raline kembali memaksa membuka mata. Apalagi mendengar panggilan tuan putri ini. Satu-satunya orang yang memanggilnya tuan putri di dunia ini adalah Teguh Hartawan. Kakak kelasnya yang culun namun pintarnya luar biasa."Lo kok bisa di sini sih, Guh?" Raline keheranan. Dugaannya benar. Orang yang memanggilnya tuan putri adalah Teguh. Raline nyaris tidak mengenali Teguh yang sekarang terlihat tampan nan rupawan. Hanya saja saat Teguh tersenyum, Raline langsung mengingatnya. Senyum khas Teguh tetap sama seperti dulu. Yaitu tersenyum hingga ke matanya. Raline tidak bisa mendeskripsikannya dalam kalimat. Tapi yang jelas, setiap kali Teguh tersenyum, matanya menyipit hingga terlihat seperti tersenyum juga. "Ya, bisalah. Kan gue sekarang dokter. Jadi gue bisa ada di mana pun, sel
Read more
54. Cemburu (Lagi).
"Mas Axel, gue udah sadar. Sini cepet, gue mau liat keadaan lo. Gue mau ngecek sendiri, lo baik-baik aja apa kagak?" seru Raline lega. Untung saja Axel tidak kenapa-kenapa."Heh, terbalik, Tuan Putri. Axel yang seharusnya melihat keadaan lo. Bukannya lo yang mengecek dia." Teguh menggelengkan kepala seraya membuka pintu kaca. Axel pun segera menyerbu masuk ke ruang periksa."Mas, lo nggak apa-apa? Lo bikin gue jantungan aja!" Raline menarik Axel mendekat. Memeriksa keadaan Axel menyeluruh melalui tatapan matanya. Syukurlah suaminya dalam keadaan baik-baik saja. Tetap gagah, tampan dan rupawan seperti biasanya."Dark banget tuturnya. Udah manggil Mas eh pake lo lagi." Teguh berdecak."Gue nggak apa-apa istriku. Yang harusnya khawatir itu gue, bukan lo." Axel mengelus sayang puncak kepala Raline. Ia tidak bisa mengelus rambut ikal istrinya. Soalnya rambut istrinya sedang di sanggul."Bener-bener dark. Udah manggil istriku, eh pake lo juga." Teguh benar-benar terkesan dengan tutur pasang
Read more
55. Ketakutan Tidak Beralasan.
Raline memandangi langit-langit kamar. Saat ini ia tengah menunggu Axel yang sedang membersihkan diri di kamar mandi. Axel mengatakan bahwa tubuhnya terasa lengket oleh keringat dan debu sepulang dari kantor polisi tadi. Di kantor polisi mereka diperiksa nyaris tiga jam lamanya. Axel ditanyai macam-macam dengan pertanyaan yang berulang. Belum lagi Axel mengobrol dengan beberapa temannya yang berprofesi sebagai polisi. Di antaranya KomJen Badai Putra Alam, Kombes Fatah Antariksa dan AKBP Orlando Atmanegara. Jadi semakin lama saja pulangnya.Raline refleks menarik selimut hingga menutupi kepala saat mendengar pintu kamar mandi yang dibuka. Axel pasti sudah keluar dari kamar mandi. Raline malu. Sungguh ia tidak percaya diri saat harus menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri. Masalahnya tentu saja karena ia sudah tidak perawan. Ia bahkan sudah pernah mengandung. Ia takut kalau Axel akan memandang rendah padanya."Ngapain lo kerukupan begitu, istriku? Lo kedinginan?" Axel menyibak s
Read more
56. Lelaki Sejati.
"Sini, Sayang." Axel merangkul bahu tegang Raline. Lihat, punggung istrinya seketika sekaku papan. Kasihan. Akan halnya Raline. Dipeluk lengan telanjang Axel membuatnya merinding. Jantungnya juga mendadak jumpalitan tidak karuan. Raline takut kalau Axel bisa mendengar debaran jantungnya dari luar."Dengar, Sayang. Menjaga kesucian itu tentu saja penting. Tapi kehilangannya pun tidak menjadian dirimu tidak bernilai. Mengenai laki-laki selalu ingin menjadi yang pertama, itu benar. Kalau... dengar ya, kalau dirinya adalah laki-laki yang sempit pemikirannya. Yang mainnya kurang malam dan pikniknya kurang jauh. Laki-laki dewasa, tidak menjadikan selaput dara sebagai goals utama. Melainkan hati lo, jiwa lo dan keutuhan keseluruhan lo. Dan kebetulan gue adalah laki-laki yang terakhir itu. Gue nggak mempermasalahkan urusan taik kucing begitu." Axel mengelus-elus bahu Raline yang seketika mencelos. Raline tampak lebih rileks."Gue... gue... nyesel, Mas. Gue sungguh-sungguh nyesel kenapa waktu
Read more
57. Musuh Mulai Bergerilya.
"Si Fandy ini licik sekali, Boss. Dia mulai mendekati musuh-musuh Boss untuk berkolaborasi."Raline yang baru saja tiba di depan pintu ruang kerja Axel, menghentikan langkahnya. Sedianya ia akan menawarkan sarapan pada Axel. Namun setelah mendengar keluhan Erick, Raline mengurungkan niatnya. Ia ingin tahu masalah yang sedang dihadapi Axel. Oleh karenanya ia memutuskan untuk menguping di depan pintu yang kebetulan tidak tertutup rapat."Gue tau, Rick. Dia sadar kalau dia sendirian, pasti akan kita gilas. Makanya dia mulai mengumpulkan amunisi dari para barisan sakit hati. Dasar banci!" Ayah Randy mulai beraksi rupanya. "Masalahnya rencana si Fandy ini berjalan mulus, Boss. Selain membuat kolega-kolega potensial Boss panas, mereka juga sudah mulai menguasai pasar. Sebagian pelanggan kita sudah termakan lobby-lobby cantik maupun fitnah-fitnah keji yang Fandy tebar. Akibatnya omzet kita turun drastis minggu ini. Oh ya, si Fandy ini berjanji akan memasok barang sedikit lebih murah dari h
Read more
58. Aksi Raline-Entin.
"Ponsel saya disita ayah, Kak. Ini saya meminjam ponsel Pak Asep. Kak, saya sudah tahu siapa Kakak sebenarnya dari hasil menguping. Saya cuma mau memperingatkan Kakak, agar Kakak lebih hati-hati lagi menjaga diri. Ayah sudah tahu kalau yang menolong Om Axel kemarin dulu itu Kakak, bukan saya. Anak-anak jalanan yang kebetulan bertemu dengan Kakak itu yang memberitahu ayah. Ayah marah sekali, Kak. Apalagi sekarang ayah juga tahu kalau Kakak sudah menikah dengan Om Axel dari Bang Calvin.""Oh, jadi si Calvin sialan itu anak buah ayahmu?""Iya, Kak. Nah saya juga ada satu berita penting untuk Om Axel. Ayah dan Om Riswan berencana akan menjebak Om Axel nanti malam di Astronomix.""Gimana... gimana... coba ceritakan pelan-pelan, biar Kakak paham." Raline celingukan. Mencari-cari ruangan yang aman sebelum meneruskan pembicaraan dengan Randy. Ketika menemukan sebuah dinding bermotif hexagonal di lorong yang mengarah ke dapur, Raline menyandarkan punggungnya. Tepat ketika punggungnya menyentu
Read more
59. Waktunya Beraksi.
Raline memeluk pinggang Entin erat-erat. Saat ini Entin tengah mengebut entah berapa kilometer perjam. Yang jelas Raline merasa tubuhnya terpental-pental walaupun ia sudah memeluk pinggang Entin erat-erat. Raline tidak menyangka kalau Entin jago membalap juga."Lo bawa motornya jago amat, Tin. Udah berapa lama lo bisa naik motor, Tin?" Raline mengeraskan suaranya. Deru angin yang kencang membuatnya harus berteriak saat berbicara."Belum lama-lama amat sih, Non. Saya teh bisa naik motor paling tiga bulanan. Ini saya ngebut modal menarik gas aja. Pokoknya semakin dalam gas ditarik, semakin kencanglah motor ini berlari." Entin menjawab dengan berteriak keras juga.Raline meringis mendengar penjelasan Entin dengan logat Sundanya yang khas. Ia khawatir mereka keburu masuk rumah sakit, atau amit-amit, kuburan kalau saja Entin salah dalam berkendara. Menarik gas padahal harusnya mengerem misalnya. "Memangnya kenapa Non bertanya begitu? Non terpesona dengan kepiawaian saya mengebut ya?" Enti
Read more
60. Berhasil!
Kerasnya musik membuat semua orang harus berteriak apabila berbicara. Setelah mengenakan gelang bernomor yang diberi oleh kasir, Raline mengajak Entin menuju bar. Mereka harus mencari dulu perempuan yang bernama Vera. Itu artinya mereka akan duduk cukup lama untuk mengamati. Supaya tidak terlihat mencurigakan, tentu saja mereka harus memesan minuman dan berbaur dengan pengunjung lainnya."Cocktail dua." Raline memesan dua seloki cocktail pada Bartender. Raline mengangkat dua jarinya saat bartender tidak mendengar jelas suaranya. Sejurus kemudian dua seloki cocktail dengan warna cerah menggoda disajikan bartender di hadapan masing-masing."Lo duduk di sini aja ya, Tin? Gue ke toilet sebentar buat ganti baju. Terus, ini minuman mengandung alkohol walau sedikit. Jadi nggak usah lo minum. Ini cuma akting doang agar rencana kita nggak ketahuan.""Oke. Selama Non ke toilet saya akan mengamati perempuan dengan ciri-ciri yang Pak Asep bilang." Entin mengangguk. Ia semangat sekali membantu Ral
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status