All Chapters of Menjadi Istri Milyuner : Chapter 51 - Chapter 60
95 Chapters
51. Kenyataan pahit
Baik Rieka maupun Edwin langsung lemas seketika mendengarnya. Apa ini? Apakah sesuatu yang tidak bagus? Berbahaya kah untuk perkembangannya? Something wrong with Baby Bee? "Ukuran janin Anda terlalu kecil untuk usia kehamilan anda." Edmoon mulai menjelaskan kecurigaannya, disodorkan hasil print out USG tadi kepada Rieka dan Edwin. Ditunjuknya ukuran yang ditunjukkan oleh pemeriksaan yang dilakukannya. "Memang usia kehamilan menurut hitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) dan menurut USG biasanya berbeda. Selisihnya bisa sampai dua mingguan, dan yang di USG lebih lambat. Tapi untuk usia kehamilan anda yang seharusnya sudah sembilan Minggu ini, janin anda masih di posisi enam minggu." Deg! Jantung Rieka terasa melorot beberapa centi demi mendengar penjelasan Edmoon ini. Rieka yang sesama dokter tertu mengerti apa maksud dari perkataan Edmoon ini. Bagaimana mungkin hal ini terjadi padanya. Kenapa harus terjadi pada Baby Bee?
Read more
52. Keputusan Rieka
Baik Edwin ataupun Rieka sama-sama tak sanggup menjawab. Sangat sesak rasanya. Keduanya hanya bisa saling berpegangan tangan semakin erat dan saling meremas tangan satu sama lainnya. Berbagi kesedihan dan ketidakberdayaan yang sama. "Bagaimana kemungkinan terburuknya?" Edwin memberanikan diri untuk bertanya.  Untuk menyiapkan mentalnya jika memang hal ini harus terjadi. Karena Edwin tahu Rieka lah yang paling bersedih dan terluka jika sampai hal benar terjadi. Dan sebagai suami dirinya harus bisa tetap berdiri tegak memberikan tempat bersandar serta terus mendukung dan menghibur istrinya itu. "Ada tiga pilihan tindakan yang bisa dilakukan. Yang pertama menunggu sampai keguguran alami terjadi. Kedua, mengkonsumsi obat untuk merangsang peluruhan embrio. Dan yang terakhir adalah dilatasi dan kuretase yang merupakan prosedur medis untuk menghilangkan jaringan plasenta dari rahim." "Meski bisa jadi pilihan, menunggu keguguran alami memiliki risiko bes
Read more
53. Menanti Nasib
Setelah kejadian tragis malam itu, Rieka menginap di kamar VVIP 4 Rumah Sakit Hartanto Medika. Selama tiga hari Rieka menghabiskan waktunya hanya dengan bed rest total di kamar mewah itu. Sama sekali tidak turun dari ranjang kecuali untuk urusan toilet. Itu juga harus dilakukan dengan sangat perlahan, bagaikan gerakan Putri Keraton solo. Edwin memutuskan untuk tidak berangkat ke kantornya sejak Rieka masuk rumah sakit. Bertekad untuk menjadi suami siaga yang selalu menemani Rieka sampai benar-benar pulih keadaanya. Alhasil sebagian besar pekerjaannya dipindahkan dengan mode online atau by phone. Baru jika ada hal yang mendesak para pegawainya yang akan menghampiri ke rumah sakit. Setelah tiga hari berlalu, keadaan Rieka sudah jauh lebih stabil. Emosinya juga sudah tidak se-drop waktu awal masuk rumah sakit. Memang masih sedih dan sering menangis diam-diam juga tapi sudah lebih legawa dan pasrah dalam menerima kenyataan.  Apalag
Read more
54. Keputusan Yang Sulit
"Selamat sore Dokter Rieka bagaimana keadaannya?" tanya Edmoon menyambut Rieka dan Edwin dengan senyuman ramahnya yang membuat mata sipitnya hanya berbentuk seperti garis saja. "Baik Dok, perdarahannya juga sudah berhenti sejak keluar dari rumah sakit." Rieka menjawab. "Syukurlah, semoga hasilnya bagus ya." Edmoon mempersilahkan Rieka untuk berbaring di bed pemeriksaan USG. "Bagaimana dengan nyeri perut atau kram? Pernah terjadi?" tanya Edmoon lagi saat Rieka sudah berbaring dan perawat asisten poli Obgyn sudah melakukan tugasnya untuk mempersiapkan posisi Rieka. "Aman, tidak ada keluhan." Edmon mengangguk mengerti mendengar jawaban Rieka. Kemudian bersiap melakukan pemeriksaan USG pada perut Rieka. Tak lupa Edmoon meminta ijin kepada Edwin sebagai suami Rieka sebelum melakukan tindakan. Serta meminta Edwin untuk mendekat dan melihat sendiri hasil pemeriksaan di layar yang terhubung dengan alat USG itu. Edmoon menggerak-gerakkan alatny
Read more
55. Keguguran
Sehari, dua hari, tiga hari berlalu begitu saja dengan kesibukan monoton di rumah. Rieka dengan bed rest dan pembatasan gerakannya. Serta Edwin yang masih bekerja dari rumah tanpa pergi ke kantornya. Setia menemani Rieka, tak ingin melewatkan satu kali pun kesempatan untuk menjaganya.Namun pada hari keempat Bambang mengabari bahwa perlu diadakan rapat internal dengan para pimpinan direksi. Karena Edwin sudah terlalu lama absen, sepuluh hari berturut-turut. Waktu yang bahkan lebih lama daripada saat dirinya honeymoon plus sakit beberapa bulan yang lalu.Akibat dari absennya Edwin ini sangat mempengaruhi performa kerja karyawan. Tempo dan semangat kerja mereka menjadi sedikit kendur. Ditambah lagi banyaknya tender dan kerjasama dengan pihak perusahaan lain. Dan tentunya Bambang sendiri tidak bisa untuk menindaklanjuti dan membuat keputusan yang mewakili Edwin. Harus keluar perintah langsung dari atasan dulu baru dirinya bisa bertindak."Mas Edwi
Read more
56. Emergency
Buru-buru Edwinmengangkat dan menggendong tubuh Rieka, keluar dari kamar dan berteriak-teriak meminta pertolongan. Joko yang mendengar teriakan Edwinlangsung berlari menghampiri dan membantu Edwinuntuk menuruni tangga dengan mengendong tubuh Rieka. Memastikan bosnya itu bisa sampai ke lantai satu dengan selamat.Yogi sudah berlari menyuruh sopir menyiapkan mobil untuk mengantar ke rumah sakit. Sedangkan Heny dengan cekatan dan inisiatif menghampiri Ijah dan mengajaknya untuk mempersiapkan keperluan menyusul mereka ke rumah sakit.Betapa kaget dan sedihnya kedua wanita itu saat melihat bercak darah di kasur. Pantas saja Edwinterlihat sekalut dan sepanik itu tadi. Jelas saja kalau dia mendapati Rieka yang mengalami perdarahan sebanyak ini, apalagi dalam kondisi kehamilannya."Ke UGD Rumah Sakit Hartanto Medika, San." Perintah Edwinpada Hasan saat mereka sudah menaiki mobil."Baik, Pak." Hasan menurut dan langsung melajukan mobilnya dengan sa
Read more
57. Pasrah
"Baby Bee tidak bisa diselamatkan ... " Edwin mulai membuka mulutnya, bercerita pada Sari dengan tatapan nanarnya."Aku tahu," Sari memberikan tanggapan."Mungkin seharusnya aku merelakan dia lebih cepat. Mungkin jika kami memutuskan untuk mengambil dia waktu itu, Rieka gak akan sampai begini ... ""Mbak Rieka itu kuat, Mas ... ""Iya dia sangat tangguh. Justru aku yang gak kuat, aku yang gak sanggup melihat dia menderita begitu!""Aku yang membuat dia menderita, Sar ... Dia kesakitan, dia sudah minta tolong padaku. Tapi aku terlambat untuk datang kepadanya..."Sari tertegun mendengar perkataan Edwin. Memang wajar si kalau mengingat betapa sibuknya kegiatan Edwin sebagai seorang CEO perusahaan besar begitu. Jikalau pun setelah mendapat kabar, Edwin langsung bergegas juga pasti masih butuh waktu kan?Kemudian suasana menjadi hening. Edwin kembali memejamkan matanya dan menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan dinding. Terl
Read more
58. Mengantar Kepergian
Keesokan harinya saat keadaannya sudah benar-benar sehat dan stabil, Rieka diijinkan untuk pulang dari rumah sakit. Tak lupa Edmoon sebagai dokter penanggung jawab Rieka memberikan sedikit advice kepada pasiennya. Tak perlu banyak-banyak saran karena Rieka juga seorang dokter yang tentunya sudah sangat paham tentang kesehatan."Karena dinding rahim Dokter Rieka telah dilakukan kuretase, jadi memerlukan beberapa waktu untuk proses penyembuhan. Sebaiknya ditunda dulu rencana kehamilan berikutnya sampai rahimnya benar-benar pulih." Edmoon mulai memberikan sarannya."Ditunda sampai berapa lama, Dok?" Edwin bertanya dengan penasaran."Minimal tiga bulan. Pastikan hormonnya stabil dan siklus menstruasinya normal dulu baru bisa program kehamilan lagi.""Baik Dok, saya mengerti." Rieka menjawab."Tunggu-tunggu, jadi saya harus puasa lagi selama tiga bulan kedepan?" Edwin menanyakan sesuatu yang mengganjal di kepalanya. Berhubungan dengan hajat hidup si Boy ini, jadi harus dipastikan sejelas m
Read more
59. Keluarga Wijaya
Sore harinya pasukan huru hara dan peramai suasana tiba di kediaman Wijaya. Siapa lagi kalau bukan formasi lengkap dari keluarga inti Wijaya. Mama Kartika dan Papa Erwin, kedua orang tua Edwin. Laras adik kedua Edwin bersama Mahes Hartanto, suaminya dan Rangga putra mereka yang sudah mulai doyan lari-larian gak jelas tanpa tujuan. Linggar adik bungsu Edwin juga ikutan hadir dengan membawa Ditha Sampoerna, tunangannya.Edwin menyambut para tamunya sendirian sementara Rieka masih beristirahat di kamar atas. Kelelahan karena terlalu banyak menangis setelah acara penguburan Baby Bee tadi siang. Dan Edwin tidak ingin mengganggu tidur istrinya itu. Biarkan saja dia tidur untuk beristirahat dan melupakan kesedihannya.Semua orang memeluk dan memberikan ucapan simpati serta penyemangat pada Edwin satu persatu. Mama Kartika bahkan sudah menitikkan air mata saat memeluk putranya itu. Tak tega melihat ekspresi wajah Edwin yang jelas bersedih dan kehilangan.Padahal sejak awal dari rumahnya tadi
Read more
60. Keluarga Wijaya (2)
Edwin menurut saja dan segera beranjak ke kamarnya di lantai dua untuk membangunkan Rieka. Tapi ternyata si putri tidur sudah terbangun saat Edwin memasuki kamar. Rieka bahkan sudah duduk di meja riasnya dan mengeringkan rambutnya yang masih setengah basah. Sepertinya habis mandi dan keramas dia.Edwin menghampiri istrinya itu dan memeluknya dari belakang. Menciumi aroma wangi shampo di rambut dan sabun tubuh Rieka sekaligus. Sudah lama sekali rasanya tidak bermanja-manja begini pada istrinya itu. Setelah segala ketegangan, kepenatan serta tekanan dan kesedihan yang melanda, rasanya menyenangkan sekali untuk melepaskan segala bebannya begini. "Hei, lagi ngapain kamu Hubby?" sapa Rieka sambil tersenyum simpul. Mengamati tingkah manja Edwin dari cermin yang memantulkan bayangan mereka."Charging ... " jawab Edwin sambil melanjutkan ulahnya. Membenamkan wajahnya ke bagian tengkuk Rieka, mengendus dan menciumi Rieka disana.
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status