All Chapters of Bersinar Usai Bercerai: Chapter 11 - Chapter 20
49 Chapters
Bab 11 : Sumpah Serapah Keluarga
"Kakak mau ngomong, kalau Kakak udah nikah siri sama Natasha. Sambil nunggu akta cerai kita, baru diresmikan. Jadi, Keenan udah punya mama baru. Kakak mau kenalin Natasha sama Keenan boleh? Kalau secara agama kan kita udah sah cerai dari pas kamu pulang ke rumah orangtuamu. Jadi, Kakak sama Natasha udah tinggal bareng kayak yang kamu lihat tadi. Kakak boleh kenalin Natasha ke Keenan enggak?" Bagai disambar petir, pesan whatsapp dari Rafi sukses membuat mata Davika kembali berair. Bisa-bisanya mereka menikah dalam keadaan seperti ini? Hei Bung! Istrimu baru saja meninggalkan rumah selama 10 hari dan kamu entengnya mengatakan sudah menikah lagi dengan gadis lain tanpa ada beban sama sekali. Freak! Saiko! Rafi benar-benar tidak waras! Davika merutuki Rafi dalam hati. Untung saja, saat pesan itu datang Erna sedang keluar untuk mencari makan malam sehingga wanita itu tak perlu melihat putrinya kembali menangis terluka akibat ulah Rafi.  Davi
Read more
Bab 12 : Resmi Berpisah
Usaha keluarga besar Davika untuk mengembalikan senyum di wajah wanita muda itu berhasil. Semua silih berganti menghibur Davika yang diselimuti lara. Tanpa terasa kepergian Davika dari apartemen Rafi sudah berjalan selama satu bulan lamanya. Berkas-berkas perceraian pun sudah masuk ke pengadilan tinggal menunggu nomor antrean untuk menjalankan sidang kembali. Dalam kasus perceraian Rafi dan Davika, keduanya sama-sama mengajukan gugatan cerai. Rafi sebagai pemohon mengajukan permohonan cerai talak ke pengadilan agama/mahkamah syariah. Pada pemeriksaan sidang pertama, hakim berusaha mendamaikan keduanya. Sayangnya, usaha hakim tidak berhasil karena Rafi bersikukuh ingin berpisah dari Davika, pun sebaliknya. Davika juga tidak membela diri atau pun menolak gugatan yang dilayangkan oleh Rafi.  Hakim pun mewajibkan keduanya menjalani proses mediasi. Sama seperti sebelumnya, upaya hakim tidak berjalan dengan lancar. Karena hal tersebut, pemeri
Read more
Bab 13 : Perasaan Terpendam
"Vik, bangun! Udah sampe depan rumahmu." Devanno membangunkan Davika dengan lembut. Namun, wanita berhijab peach itu masih tertidur dengan pulas dan nyaman di dalam mobil. "Kalau tidur gini, kamu terlihat tenang dan tanpa beban, Vik." Jari tangan Devanno mengusap pipi mulus Davika dengan penuh sayang. Lelaki beralis tebal dan berhidung mancung itu melengkungkan senyum di bibir tipisnya. Karena sentuhan tangan Devanno, Davika sedikit menggeliat membuat Devanno refleks menarik kembali jarinya. "Vik? Kamu udah bangun?" Pertanyaan Devanno menguap bersamaan dengan Davika yang masih tertidur pulas. Ternyata Davika hanya menggeliat dan tidak menyadari sentuhan dari jari tangan Devanno. Lelaki itu bingung, apakah ia harus menggendong Davika dan menidurkannya di dalam rumah ataukah ia tunggu saja sampai wanita itu terbangun dengan sendirinya? Devanno menghela napas panjang. Jantung lelaki itu memompa darah dengan kecepatan tinggi
Read more
Bab 14 : Wawancara Bisnis
"Vik, siapa laki-laki yang mengantarmu pulang? Apa dia partner kerja yang merangkap menjadi kekasihmu? Dia kan yang membuat kamu tak mengacuhkan Kakak?" Mata Davika membulat sempurna. Dari mana Rafi mengetahui nomor ponselnya? Mendadak kepala wanita itu terasa nyeri. Davika memijit-mijit keningnya beberapa kali. Ia tertegun di depan cermin kamarnya. Kenapa setiap ada hal yang berhubungan dengan Rafi respons tubuhnya seperti ini? Apa trauma masa lalunya belum benar-benar sembuh? Apa sisa-sisa luka itu kembali menganga hanya karena tubuhnya berhadapan dengan Rafi?  Ah, Rafi kenapa dia tak bosan-bosannya mengganggu hidup Davika? Selama hampir 10 tahun ini hidup wanita berhidung bangir itu sudah cukup tenang dan bahagia. Mengapa Rafi harus datang mengusik ketenangannya? Davika menatap pantulan wajah ayunya di cermin. Rasanya ia sudah cukup tegar selama ini. Bagaimana mungkin ketegaran itu goyah hanya karena pertemuannya dengan Rafi?
Read more
Bab 15 : Tamu Tak Diundang
"Waduh, Bibi enggak kenal, Bu. Tamunya laki-laki, ganteng tapi enggak seganteng Tuan Devanno." Mendadak hati Davika tak enak, apa mungkin tamu itu Rafi?  "Tamunya enggak disuruh masuk, kan, Bi?" tanya Davika was-was. Wanita itu menggigiti kuku-kuku di jari kanannya. "Enggak, Bu. Bibi suruh tunggu di kursi luar," sahut Bi Marni. Wanita paruh baya itu merasa ada yang aneh dengan sikap majikannya. Tak biasanya sang majikan bersikap parno seperti hari ini. Ia ingin bertanya, tetapi sungkan. Akhirnya ia hanya menyimpan tanda tanya besar dalam hatinya.  "Bagus Bi, pokoknya kalau ada tamu laki-laki yang datang ke rumah ini saat Keenan enggak ada. Jangan pernah diizinkan masuk ya Bi, kecuali Kak Aldo, Irvan, atau saudara-saudaraku yang udah Bibi kenal. Kalau enggak kenal, Bibi minta tunggu di luar aja." Lagi, keringat dingin mulai mengucur di pelipis wanita cantik itu. "Siap, Bu. Ini Bibi buatkan m
Read more
Bab 16: Memberanikan Diri
"Vik, sakit di perut kamu enggak keterusan, kan?" tanya Devanno lewat saluran pesan whatsApp. "Vika, are you okay?" Lagi, satu pesan whatsApp kembali muncul di layar ponsel Davika 30 menit kemudian. "Davika, jangan bikin khawatir. Kamu enggak kenapa-kenapa kan?" Satu jam kemudian setelah pesan ketiga, lalu muncul pesan-pesan lainnya dari Devanno. "Vika, please jawab. Aku enggak bisa tenang kalau kamu tanpa kabar begini."  "Davika? Serius nih aku kepikiran sama kesehatan kamu. Kamu baik-baik aja, kan?"  "Vika, please kabari aku." "Vik ...." "Vika? Kamu udah tidur ya?" "Kalau kamu baca WA ini, segera bales ya, Vik. Aku bener-bener enggak bisa tidur sekarang." Davika yang selesai melaksanakan Salat Subuh baru saja membaca pesan-pesan dari Devanno yang sudah dikirimkan sejak pukul 19.30 samp
Read more
Bab 17 : Mencoba Meluluhkan Hati Davika
"Vanno? Ngapain ke rumah pagi-pagi?" tanya Davika pada Devanno yang berdiri membelakangi wanita itu. Lelaki itu berbalik dan tersenyum manis. "Jemput kamu," jawabnya.  Hari ini Devanno terlihat lebih casual dengan kaos lengan panjang berbahan rajut tipis berwarna cream dengan motif garis-garis halus. Ia menaikkan kedua lengan bajunya menjadi 3/4. Di lengannya melingkar jam tangan fossil berwarna silver berdiameter 38 mm dengan tali tangan berwarna cokelat. Rambutnya yang hitam kecokelatan terlihat lebih maskulin dengan gayanya hari ini. Lelaki itu mengenakan tapered fit jeans berwarna biru muda dan sepatu kets berwarna cream senada dengan kaosnya. "Jemput? Ngapain dijemput Van? Aku kan bisa berangkat sendiri." Davika menaikkan satu alisnya dan menunjukkan kunci mobil di tangannya pada Devanno. Dengan sigap Devanno merebut kunci mobil milik Davika. "Van, balikin kuncinya!" pinta Davika, tetapi le
Read more
Bab 18 : Ungkapan Cinta
"Ya Allah, ternyata kamu Vika? Ini aku Devanno, Kakak tingkat yang pernah ngerjain kamu waktu ospek dulu." "Ternyata Bapak masih ingat pada saya, iya Pak, saya Davika, adik tingkat yang diminta untuk bernyanyi di depan orang banyak hanya untuk mendapatkan tanda tangan Bapak." Davika ikut tersenyum. "Jadi kamu udah kenal aku duluan nih ceritanya?" selidik Devanno. Lelaki itu tidak mengira jika pada akhirnya ia akan bertemu kembali dengan mantan cinta pertamanya saat masa kuliah dulu. "Tentu saja. Bapak kan sudah merintis Shop.id sejak kuliah dulu, tidak mungkin saya tidak mengenal Bapak." Davika masih berusaha bersikap formal meski Devanno sudah berbicara non formal layaknya bertemu teman lama. "Kok kamu enggak ngomong sih kalau kita satu almamater? Tahu gitu aku kan enggak usah sok formal di depan kamu tadi." Devanno menggulung lengan kemejanya agar lebih terlihat santai di hadapan Davika. 
Read more
Bab 19 : Mantan Meresahkan
"Maaf, Bu. Ada tamu lelaki yang memaksa ingin bertemu dengan Ibu di kantor. Katanya, dia calon suami Ibu." Mendengar pernyataan Raissa, jantung wanita itu serasa dipukul dengan palu. Davika sangat yakin tamu itu adalah Rafi. Ah, Rafi kenapa lelaki itu tak berhenti mengganggu hidup wanita berhidung bangir itu? "Usir aja, Sa. Saya tidak punya calon suami," pinta Davika seraya menghirup napas jengah. Mendengar pernyataan Davika, Devanno refleks menoleh dan meminta penjelasan dengan ekspresi wajah yang menyiratkan tanya, "Siapa yang mengaku sebagai calon suamimu?" Namun, bukannya menjawab Davika hanya memberi kode tangan pada Devanno untuk menunggunya selesai berbicara dengan sekretarisnya. "Sudah kami usir berkali-kali, Bu, tapi orangnya ngeyel tetep pengen ketemu dulu sama Ibu. Orangnya masih nunggu di lobi kantor, Bu," jelas Raissa. "Yasudah, abaikan saja, Sa. Saya masih di perjalanan menuju kantor. S
Read more
Bab 20: Perkenalan Calon Ayah Keenan
"Anda tenang saja. Keenan tidak merindukan sosok ayah kandungnya karena dia memiliki ayah lain yang siap mencintainya. Perkenalkan Devanno, calon ayah Keenan."   Mata Rafi dan Davika membulat sempurna mendengar pernyataan Devanno. Apalagi setelah Devanno tiba-tiba saja merangkul bahu Davika dengan sangat posesif menggunakan tangan kirinya. Mata wanita itu mengerjap beberapa kali berusaha menetralkan kekagetannya karena ulah Devanno barusan.   Devanno mengulurkan tangan kanannya pada Rafi. Namun, uluran tangan Devanno mengambang di udara begitu saja karena diabaikan oleh Rafi. Jelas lelaki itu merasa terganggu dengan kehadiran Devanno saat ini. Apalagi Devanno dengan seenaknya merangkul bahu Davika, membuat hati lelaki itu terbakar habis.   "Mantan enggak mau salaman rupanya. Sorry, Sayang, aku balik lagi soalnya hape kamu ketinggalan di mobilku." Devanno menyodorkan ponsel Davika. Davika yang masih bingung hanya menatap
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status