10 tahun pasca diceraikan hanya karena status instagram, tiba-tiba saja Davika kembali bertemu dengan Rafi, mantan suaminya. Dengan entengnya, Rafi menginginkan Davika kembali setelah melihat pesona yang terpancar dari wanita berusia 35 tahun itu, padahal ia masih memiliki istri. Mungkin Rafi lupa, bagaimana dulu ia dengan teganya melepaskan Davika dan memilih wanita lain yang secara fisik lebih cantik daripada istrinya itu. Padahal luka itu masih jelas terekam dalam ingatan. Di sisi lain, partner kerja Davika bernama Devanno juga setia menanti hati Davika terbuka sudah hampir lima tahun lamanya. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Akankah Davika menerima Rafi kembali atau Davika memulai lembaran baru bersama Devanno? Benarkah Rafi sudah berubah atau hanya rasa penasaran saja dengan sosok Davika sekarang yang ternyata lebih bersinar setelah lama ia tinggalkan? @anquindienna
View MoreChapter one(the night stand)
Sapphire's Point Of View: “Drink up, Girl. It's my birthday!" Tiara, my best friend, shouted, her voice barely heard as the music was blasting from the speakers loudly. I nodded, clashing my glass against hers. I gulped it before letting out a sigh as it burned down my throat. She poured me another shot and was pouring hers when she immediately halted. She beat my arm repeatedly as her gaze was fixed behind me, her jaw hanging in the air. I slapped her hand off me before turning my neck, only to see three guys stepping in. They were triplets and I needn't lie, they were absolutely hot but not just my type. They seemed like the arrogant type which was exactly what I hated. “Oh. My. God!" Tiara squealed, getting a groan from me. I returned my gaze back to her, rolling my eyes. "Don't tell me you're drooling over these ones again. You literally crush on every single guy you set your eyes on! Know your worth and stop chasing these roaches!” I shouted, frowning before drinking the shot she just poured me. She frowned back, crossing her arms, “What do you mean by roaches?! These guys went to the same highschool as us back then, remember?” She asked. I shook my head, looking uninterested. She gasped, “How could you have forgotten so easily? The Hudson triplets! They're millionaires! They're famous actors!” “Are they one of Marvel stars? Or DC? Fucking No! Then knock it off and let's get through this birthday party!” I groaned, snatching the bottle of alcohol from her to pour myself another shot. She scoffed, “I see why you'll never have fun. Having a billionaire as a boyfriend is so special, huh? I guess that's why you won't find millionaires fascinating.”. I rolled my eyes for the nth time that day. She got up from the chair. Passing through the dancing crowd, she approached the guys. “You still haven't told me where you got the forty thousand dollars you used in renting this luxurious hotel event sp-”. I paused. “Aah, it's of no use." I let out in a sigh when I saw she was already engaged in a conversation with the triplets. I brought the bottle straight to my lips, taking huge gulps of the alcohol. I kept drinking until suddenly, the alcohol disappeared from my grasp and I looked up to see a guy with the bottle in his hand. He smirked at me before drinking straight from the bottle also. Okay, ew! “Hey there, pretty.” He said, smirking as his enchanting green eyes pierced into me. I groaned in irritation, getting up on my feet and shoving him aside as I walked away. This was a birthday party, not an assholes gathering. Why did everyone seem to be assholes? How many people does Tiara even know? The event space was filled with up to three hundred assholes for fuck's sake. How?!! I staggered through the passage, the alcohol taking its effect on me as I headed for the elevator, but I halted when I spotted a room's door left ajar. I looked in and saw a man, a handsome one to be precise, laying on the bed. Now, that's my type of man. Obviously elegant but wouldn't inscribe the pride on his face! His gaze traveled to where I was standing. My heart leaped when he locked eyes with me. I felt the urge to leave but somehow, I couldn't, my legs were glued to the ground as he pierced me with his ice blue eyes. He got up from the bed, exposing his astonishing chest. I swallowed as I took a step back, yet I couldn't take my eyes off his. He pushed the door open, coming out of the room and pulling me in swiftly. My chest heaved up and down as I watched him slam the door behind him. “You're here." He spoke, his voice raw and cold. I didn't know if it was the alcohol that was having its effect on me or if it was just me who couldn't really pull myself together. My knees fell weak and I collapsed, hitting my back against the soft bed. I looked up at the magnificent figure hovering over me. He let down the towel wrapped around his waist, unleashing his hard cock. “Courage, gorgeous. Didn't he tell you about it?” He spoke, smirking devilishly. He pulled both my arms and pinned them on top of me as he undressed me slowly. I was left shocked as I didn't even know what on earth was going on, who he was, and why I was just lying down there instead of pushing him off. It was as if he charmed me. Each movement he made set my heart ablaze, and each second he spent made my soul flutter. ~ My eyes fluttered open to the bright sun rays. I rolled back and forth, flinging my right hand. My hand landed on a smooth surface that didn't feel like my sheets. I rose up, rubbing my eyes. A gasped escaped my lips as I spotted a man beside me, on the bed, naked! I looked down at myself, realizing I was also fully naked. I prayed it wasn't what it looked like but realization hit me when the scene from last night rushed into my head. I clutched the sheets on my chest immediately, not taking my eyes off the scar near his eyes. I remembered how I told him the scar was pretty last night right before I fell asleep in his warm embrace. I got out of bed, stealing the sheets from him, completely exposing his huge cock. I squeezed my eyes shut at the unbelievable sight. I sought for my clothes, roughly slipping them on. I didn't even bother wearing my bra, I only slipped on my silk shirt, my perky nipples pointing out of the stupid shirt. I grabbed my bag and shoved my bra in it quickly before heading out of the hotel. I got on the streets. The scorching sun hit my huge forehead as I squinted my eyes, searching for a taxi. “Oh no, oh crap, oh shit! Fuck! Darn it!!" I yelled, not able to comprehend what happened last night. How did I end up this way for fuck's sake. “Shit!" I cursed again and probably a vein was already visibly popping up on my forehead. My phone rang, making my heart jump for a split second. I quickly fetched it from my bag to see who was calling. 'MI AMOR’ displayed on the screen. Taking deep breaths, I answered the call. “Hey, babe." I said, my voice shaking."Duduk,Vik." Devanno menatap istrinya yang baru saja masuk dan membuka pintu kamar. Davika langsung menghampiri Devanno dan terduduk di samping lelaki berhidung bangir itu sesuai dengan perintah imamnya. Dengan jantung yang bertalu, Devanno meraih kedua tangan wanitanya dan menatap Davika dalam. "Vik, thanks ya kamu udah mau jadi istriku."Devanno mengucapkan kalimat itu seraya mencium punggung tangan istrinya. "Kamu tahu, Vik, memilikimu adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah berikan untukku. Aku akan selalu memastikan tak ada air mata yang akan kamu keluarkan di dalam bahtera rumah tangga kita." Lagi, lelaki tampan berlesung pipi itu menyunggingkan senyuman secerah mentari pagi sehingga membuat ketampanannya naik berkali-kali lipat."Makasih juga buat kesabaranmu menanti hatiku terbuka untuk menerima kamu, Van," balas Davika seraya tersenyum tulus."Aku enggak keberatan nunggu kamu, Vik. Jauh di dalam sini selalu ada namamu dalam doaku." Devanno menunjuk ke dadanya seray
Bab 48 : Happy EndingPesta pernikahan itu berlangsung dengan sangat meriah. Pernikahan Davika dan Devanno dilangsungkan di sebuah gedung pernikahan terkenal daerah Bandung dengan mengusung konsep mewah dan elegan. Dekorasi utama gedung pernikahan tersebut menggunakan perpaduan warna gold dan hitam. Dari arah pintu masuk, para tamu undangan disuguhkan dengan foto-foto pre-wedding Davika dan Devanno dengan bermacam-macam pose jarak jauh tanpa bersentuhan. Walaupun tanpa bersentuhan, foto-foto itu tetap menarik perhatian dan memberikan kesan mendalam bagi orang yang melihatnya. Jika diamati, pose-pose itu menyiratkan bagaimana perjuangan Devanno memendam perasaan selama hampir lima tahun lamanya pada sosok Davika. Foto terakhir menampilkan remake pose saat Davika menerima lamaran Devanno di depan kantor La Moda.Saat memasuki aula utama, para tamu yang hadir disuguhkan dengan pemandangan dekorasi pernikahan yang memikat mata. Lampu gantung berwarna gold panjang menjuntai menghiasi lang
Bab 47 : Mengejar Restu Devanno mengantar Davika pulang selepas makan bersama. Lelaki berhidung mancung itu tersenyum semringah selama perjalanan mengantarkan Davika ke kediamannya yang berada di sebuah cluster mewah daerah Dago. Senyuman semanis gula-gula tercetak sempurna di bibir lelaki tampan itu. “Aku pulang dulu ya, Vik. Besok aku jemput lagi.” “Enggak usah, Van. Besok aku bisa naik go-car atau grabcar,” tolak Davika. Ia tidak mau bergantung atau menyusahkan Devanno.“Lho kok punya punya calon suami malah pengen naik ojek online.” Devanno mencebik.“Belom resmi, di restoran kan aku udah bilang kamu minta izin dulu ke orangtuamu dan minta izin pada mamaku dan Kak Aldo. Kalo udah dapet restu, baru deh beneran jadi calon suami.” Kalimat yang diucapkan Davika memang lembut dan tanpa tekanan. Akan tetapi rasanya langsung menohok Devanno. Perempuannya ini memang paling pintar mendebat apa pun yang diucapkan Devanno.“Iya-iya, secepatnya aku minta izin. Besok pun kalau kamu minta ak
Bab 46 : Berbuah Manis Tak mau berlama-lama, Davika langsung menyambar ponsel dan tasnya menuju lobi kantor La Moda. Ia penasaran dengan apa yang dikatakan Raissa tentang kedatangan Devanno. Bagaimana mungkin Devanno datang sebagai tunangannya? Dalam rangka apa? Kenapa ekspresi Raissa harus mengulum senyum seperti tadi? Berbagai pertanyaan menari-nari di kepala Davika.Wanita cantik bertubuh proporsional itu segera menekan lift menuju lantai dasar. Hari ini Davika terlihat lebih anggun dengan setelan outer blazer berbahan dasar katun tweed motif kotak-kotak berwarna dasar putih, cream, dan cokelat susu. Blazer itu dipadukan dengan rok slimfit berwarna cokelat tua berbahan dasar leather. Di kaki jenjangnya terpasang sepatu boots berwarna putih membuat penampilannya semakin terkesan berkelas. Wajah selebgram sekaligus owner butik La Moda itu tampil segar dengan konsep make up natural look. Wajah nge-glazed-nya dilapisi beberapa produk make up dari brand B Erl Cosmetics. Salah satu pro
Bab 45 : Aksi Percomblangan“Papi ….” Sejenak Rafi menggantungkan kalimatnya, terasa berat. Namun, apa boleh buat. Pada akhirnya Rafi memang telah kalah, kalah dari permintaan sederhana Keenan. Setitik air kembali terjatuh di pelupuk matanya. Baiklah asalkan Keenan mau kembali ke pelukannya, Rafi akan menghapus keinginannya untuk kembali merajut kasih dengan Davika. Setidaknya Rafi bisa memperbaiki hubungannya dengan Keenan dan menyelamatkan garis keturunan keluarga besarnya. Rafi menghidu napas beberapa kali sebelum menjawab pertanyaan Keenan.“Papi janji, Papi enggak akan ganggu Mami Keenan lagi.” Dengan hati yang patah, akhirnya Rafi melontarkan janjinya pada putra semata wayangnya. Janji yang sebaiknya tak Rafi ingkari, jika tak ingin berimbas pada kepercayaan Keenan padanya. Terasa sangat berat, tetapi rasanya sedikit melegakan. Karena buah dari janjinya, Keenan kembali bersikap manis padanya. “Keenan pegang janji Papi, ya. Keenan harap Papi akan menemukan kebahagiaan lain, m
Bab 44 : Kejujuran Keenan“Kangen?" Keenan tersenyum mengejek dan menggantung kalimatnya membuat udara yang Rafi hirup semakin terasa menyesakkan. “Rasa itu udah lama hilang semenjak Papi melupakan Keenan dan Mami sepuluh tahun lalu."Anak lelaki itu menatap ayahnya dalam. Kali ini tanpa air mata atau pun rasa sesak yang membelit dada. Keenan sudah berhasil melepaskan beban luka di pundaknya. Ia bisa dengan tegar memandang sang ayah tanpa rasa takut atau pun trauma. Keenan sudah bertekad untuk melepaskan masa lalu, agar ibunya pun bisa melakukan hal yang sama."Keenan akui, dulu saat Keenan masih TK atau SD mungkin sampai kelas tiga Keenan masih sering merindukan Papi. Sampai-sampai Keenan sering bolak-balik masuk rumah sakit karena asma Keenan kambuh tiap kali Keenan ingin bertemu Papi.” Bayangan luka masa lalu itu mulai mengoyak pertahanan Keenan. Kilasan-kilasan memoar itu berkelindan di kepala menyisakan pil pahit yang terasa menempel di kerongkongan.“Seiring berjalannya waktu,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments