Semua Bab MELAHIRKAN PEWARIS UNTUK SANG JENDERAL: Bab 41 - Bab 50
56 Bab
041
Dominic ingin mendalami maksud Yanata untuk menyebarkan wabah ke negara tempat kesultanan akan memperluas daerah kekuasaan."Bila kesultanan melakukan ini, usaha militer besar-besaran tidak dibutuhkan sebab wabah itu bekerja dengan sendirinya. Yang kita persiapkan adalah penangkalnya di pertengahan wabah merebak," kata Yanata meyakinkan Dominic. "Menggunakan wabah akan memakan korban jiwa yang besar, Yanata," komentar Dominic. "Ah, Dominic. Bukankah bila berperang hasilnya tetap akan ada korban jiwa?"Dominic sedikit gelagapan. "Ya... tetapi tidak semua orang akan menjadi korban. Bila wabah merebak, bayi & anak-anak pun akan menjadi sasaran. Dan, sepertinya itu tidak manusiawi," cetus Dominic keberatan.Yanata tertawa mendengar Dominic berbicara soal kemanusiaan saat pria itu punya pikiran memerangi negara lain."Maksudmu, kau ingin menyelamatkan anak-anak Mosakigo dan negara tetangga, sementara ayah dan ibunya dibunuh oleh militer melalui perang senjata? Apakah itu manusiawi? Aku r
Baca selengkapnya
042
Dominic mendiamkan Janna akibat tudingan tidak berdasar yang dilayangkan Janna kepadanya. Pria itu setidaknya mengerti karakter Janna yang terbuka mengemukakan setiap isi pikirannya tanpa penyaring.Namun, kali ini ia merasa diteror akan sikap yang tidak dilakukan sama sekali dan tuntutan Janna agar dirinya harus menepati janji memberi anaknya kepastian menjadi seorang kepala militer melanjutkan karir militer Dominic."Aku bertanya kepadamu, kau tidak ingin aku memiliki anak dari perempuan lain atau tidak ingin ada perempuan lain menjadi istriku?" cecar Dominic tegas, mereka masih terlibat percakapan sengit usai makan malam.Janna diam, ia bingung menanggapi pertanyaan Dominic. "Apa kau ingin menjadi satu-satunya istriku?" tanya Dominic lagi membungkam Janna yang awalnya tidak gentar menyerukan firasat."Kau telah menerima pernikahan ini?" Dominic lagi-lagi menembakkan pertanyaan yang sulit ditanggapi oleh Janna.Mereka sebenarnya telah siap untuk beristirahat malam, akan tetapi pikir
Baca selengkapnya
043
Pagi hari Janna lebih banyak diam, wajahnya cenderung murung. Dominic mengamati ada hal memengaruhi suasana hati Janna yang Dominic tidak bisa terka itu apa."Apa kau ada masalah?" tanya Dominic usai mereka sarapan. Janna hanya menggeleng kemudian berlalu dari hadapan Dominic. Pria itu mengikuti ke mana Janna pergi, ternyata ia mengerjakan rutinitas hariannya merajut untuk calon anak mereka.Di akhir pekan, Dominic memutuskan tinggal di rumah putih. Ia menghabiskan waktu di ruang perpustakaan mempelajari kitab peperangan turun-temurun milik militer kesultanan. Selang beberapa waktu, terdengar suara pelayan yang mengabarkan ada tamu yang ingin menemui Dominic. "Siapa?" tanya Dominic."Nona Yanata Tan."Merasa tidak memiliki janji dengan Yanata, Dominic menyuruh pelayan untuk meminta Yanata bersabar di ruang tamu. Dominic membereskan kitab peperangan kesultanan kembali ke dalam rak."Apa gerangan yang membawamu ke mari? Bukankah kita baru bertemu?" tanya Dominic saat ia telah menjump
Baca selengkapnya
044
"Mengapa kau memikirkan orang lain di saat kondisimu gawat seperti ini?" Dominic mengernyit heran. Ia duduk di bangku sebelah ranjang pasien."Nona Yanata terlihat senang bersama Jenderal."Dominic berdecak kesal."Jangan ulangi lagi berkunjung ke kandang hewan buas selagi aku tidak bersamamu. Singa itu telah ku pindahkan."Janna menatap suaminya, ingin memahami maksud dibalik kalimat bernada kecemasan itu."Aku tahu Jenderal sangat mengkhawatirkan janin dalam kandunganku. Maaf, aku tadi gegabah." Paras Janna berubah sendu, selain mengingat peristiwa lalu, ia pun tersadar kalau Dominic hanya memerhatikan jabang bayi dalam rahimnya."Setelah ini, kemana pun kau pergi harus ada yang menemanimu. Ini perintah dan wajib dilaksanakan."Usai mengatakan hal itu, Dominic keluar dari ruang rawat.Tinggallah Janna yang membeku dalam kesepian hati.Tidak lama kemudian, ia mengulas senyum dan memberi sentuhan lembut di perutnya."Maafkan Ibu, Nak."Usai mengurus keperluan Janna, Kana dan Mala masu
Baca selengkapnya
045
Janna terpaksa harus berbaring karena kram dan nyeri perut merembet sampai ke kakinya."Saya harap Nyonya bertahan di ruangan untuk pemulihan. Semua untuk kebaikan Nyonya dan bayi dalam kandungan," ingat medikus dengan paras sedikit kesal lantaran menilai Janna keras kepala.Janna mengerti makna raut medikus, ia pun tidak membenarkan diri, sekalipun merasa bukan seratus persen kesalahannya."Baik. Terima kasih," ucapnya pendek.Bak memberi semangat pada janin, Janna mengusap-usap perutnya. Ia tidak ingin terjadi hal buruk pada darah daging yang masih butuh waktu beberapa bulan lagi untuk hadir ke bumi.Dominic masuk ke ruang rawat Janna. "Kau masih harus berada di fasilitas kesehatan sampai waktu yang belum diputuskan medikus."Janna yang berbaring menatap malas pada Dominic. Pria itu tidak menyampaikan perkataan maaf usai menyerang Janna dengan kata-kata kritik."Aku ingin istirahat, Jenderal," pinta Janna setelah beberapa saat suasana hening menyelimuti mereka berdua.Tidak ada nia
Baca selengkapnya
046
Usai pertemuan bersama anggota militer, Dominic mengunjungi Janna. Perempuan itu tersentak melihat kehadiran Dominic. Ia tidak menyangka Dominic akan datang lagi di hari yang sama."Aku akan menginap di sini."Kening Janna mengernyit heran, tidak menduga Dominic bermalam bersama dirinya."Aku tidak tertarik membahas tentang Yang Mulia Permaisuri Neha, Jenderal," sahut Janna yang tengah duduk menyender di ranjang pasien.Janna teringat ucapan Dominic yang membela habis-habisan permaisuri Neha dan menyudutkan dirinya. Dominic melirik Janna dari sudut mata."Tidak ada yang ingin membicarakan mengenai hal itu," sanggah Dominic sembari menduduki tempat di samping pembaringan Janna.Perempuan itu menghela napas panjang. Ia melawan perasaan besar hati yang merasuk ke dalam diri, rasa hangat menjalar di wajahnya. Tidak mungkin Dominic bersama demi untuk Janna. Janna terkekeh pelan menertawakan pikiran sendiri yang mulai mengada-ada."Aku minta maaf soal tadi, tidak seharusnya berkata demikia
Baca selengkapnya
047
Janna telah diperbolehkan keluar dari fasilitas kesehatan keesokan hari. Betapa riang paras Janna lantaran tidak perlu berlama-lama berbaring di ranjang pasien.Sewaktu ia akan menaiki kereta kuda untuk mengantarkan kembali menuju kediamannya, Dominic turun dari kuda kesayangannya.Semua orang memberi hormat, termasuk Janna."Naiklah," tawar Dominic sembari menggerakkan tangan mempersilakan Janna.Janna menaiki tangga kereta dengan hati-hati, ia tidak ingin terjadi hal yang merugikan diri sendiri.Karena sangat berhati-hati, Janna malah terantuk ke pintu bagian atas. Ia lupa untuk lebih menundukkan kepala.Janna masuk sembari memegang dan mengusap kepala yang sakit.Dominic menyusul, mereka duduk saling berhadapan."Mengapa kau sangat teledor sekali?" tanya Dominic sembari menyentuh tangan Janna yang memegang bagian kepala yang sakit."Hah?"Janna terpaku dengan sikap Dominic yang tiba-tiba menunjukkan sikap perhatian pada dirinya."Aku tidak apa-apa." Akhirnya, Janna mengerti maksud
Baca selengkapnya
048
Belum lagi matahari terbit, Janna bangun lalu duduk di tepi ranjang. Ia menoleh ke belakang, menatap gersang Dominic yang tertidur lelap seperti seorang bayi dalam temaram cahaya.Pria yang sekehendak hati bila ingin menghabiskan malam bersamanya. Janna menyentuh perut yang mulai membesar, hentakan kecil bisa dirasakan. Anaknya memberi sinyal bahwa ia baik-baik saja dalam rahim Janna.Perlahan Janna turun dari ranjang agar tidak membangunkan Dominic. Ia memungut pakaian untuk menutupi tubuh yang kedinginan.Langkah kaki Janna menuju jendela, tirai disingkat sedikit hingga sinar rembulan menerpa masuk ke kamarnya. Jauh Janna memandang kedepan dalam kegelapan, yang terbingkai adalah paras Allan Braun, kakak kesayangannya. Terngiang-ngiang ucapan Dominic tentang penculikan Yanata Tan oleh Allan. 'Apa yang kau lakukan, Kak?' Janna hanya bisa mengucapkan itu dalam hati.Janna tahu Allan akan berurusan dengan negara bila mengusik stratum yang lebih tinggi. Dampaknya akan meluas pada pend
Baca selengkapnya
049
Janna terbangun tanpa ada Dominic di sampingnya. Usai menyenderkan punggung, pandangan Janna menyapu ke sekeliling ruangan.Sama sekali tidak ada tanda-tanda Dominic ada di sana. Janna mendengkus lalu menarik napas panjang dan membuang perlahan.Apa yang Janna harapkan?Janna turun dari ranjang lalu menggeser pintu sehingga Kana dan Mala yang telah bersiap di balik menghadap pada Janna."Selamat pagi, Nyonya," sapa mereka sembari memberi hormat. "Bantu aku membasuh diri."Kana dan Mala melakukannya dengan senang hati. Bila Janna tidak mengeluarkan suara, Kana dan Mala pun tidak akan bersuara. Apalagi mereka tahu kalau Janna memilih pisah kamar dari suaminya. Bukannya tidak tahu, Jenderal kesayangan semalam baru dari kamar nyonya mereka, tetapi tidaklah sopan menanyakan hal pribadi pada tuan yang dilayani."Apakah Jenderal telah pergi ke markas?" Pertanyaan pertama Janna setelah sedari tadi membisu.Kana dan Mala saling berpandangan sembari tersenyum penuh arti."Sudah, Nyonya," jawa
Baca selengkapnya
050
Dominic memperbolehkan Janna pisah kamar dengannya. Pria itu melunak dalam menghadapi istrinya. Nasihat Swayata diikuti Dominic agar hidupnya pun bisa tenang tanpa perlawanan dari Janna."Apakah Nyonya sudah tidur?" tanya Dominic sewaktu berpapasan dengan Mala.Pelayan Janna itu menunduk lalu menjawab sesuai pesan nyonyanya.Dominic berjalan menuju pustaka sekaligus ruang kerjanya. Ia ingin menghabiskan malam mempelajari keadaan persembunyian Royusha yang diperoleh dari sumber yang dipercaya. Berat mata Dominic padahal belum lama ia duduk di ruang kerja. Sewaktu akan berdiri, Dominic terduduk lantaran kantuk yang menyerang.Mengendap-ngendap Janna berjalan menyusuri kediaman Dominic. Ia memakai penutup wajah lembab untuk menghindari terkena gas penyebab rasa kantuk mendera.Janna bisa melihat pelayan dan prajurit tertidur pulas. Sengaja Janna mendatangi kamar kerja Dominic dan ia melihat suami tertidur dalam keadaan duduk.Kesempatan itu digunakan Janna untuk pergi keluar dari kedia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status