Lahat ng Kabanata ng Madu untuk (Mantan) Tunanganku: Kabanata 41 - Kabanata 50
97 Kabanata
Bab 21B Jari Tanpa Cincin
Usai berkomentar, tanpa segan Darren menarik tangan Gian dan spontan wanita itu menepis. Namun, gagal sebab cengkelan tangan Darren begitu erat."Lepas, Pak! Anda tidak bisa memaksa aku melakukan apa yang tidak ingin aku lakukan. Ikuti saja aturannya, waktu istirahat di kantor masih ada 15 menit lagi. Dan aku akan kembali sendiri jika waktunya tiba."Pria itu memalingkan wajah dan menatap mata Gian yang menantang. Dengan satu sudut bibir terangkat, Darren menyeringai sinis. Namun, sebuah hentakan di tangan Darren membuat pria itu hilang kendali dan otomatis genggamannya terlepas."Hei, lepasin tangannya!"Jacky yang melakukannya."Kalau kamu menganggap dirimu laki-laki, kamu tak akan melakukan hal ini padanya. Pemaksa dan sikap kasarmu tidak mencerminkan pria sejati!"Jacky berdiri di samping Gian sambil menunjuk wajah Darren dengan mata melebar. Lima menit setelah Gian izin pergi ke toilet, dia melihat Darren juga masuk ke sana.
Magbasa pa
Bab 22A Sopan Santun
"Pak, Anda sungguh keterlaluan. Seharusnya Anda tidak berkata itu di depan umum. Anda sudah melanggar aturan dari kesepakatan itu."Setelah mencicipi suasana menegangkan di kafe, Gian pun segera pamit dan mengikuti ajakan Darren yang tadi sempat dia tolak. Daripada jadi viral dan menjadi tontonan gratis para pengunjung, wanita itu memilih mengalah dan memisahkan kedua pria yang sama-sama tengah mempertahankan harga diri."Tidak ada yang salah. Semua yang kukatakan adalah fakta."Langkah pria itu lebar meninggalkan kafe dan menyebrangi jalan menuju ke kantor. Letak gedung empat lantai dan tempat tongkrongan Gian tadi tidak begitu jauh. Mereka tinggal menyebrang jalan dua jalur dan akan sampai ke parkiran ruko kantor."Tapi Anda tidak bisa sesuka hati membeberkan sesuatu yang sudah menjadi rahasia antara kita bertiga."Gian masih mengikuti langkah dari belakang meski sedikit kesulitan pada saat menyebrang tadi. Para pengemudi mobil seperti
Magbasa pa
Bab 22B Fobia
"Lembur jika belum dapat Acc dari Pak Darren?"Nada sedikit berteriak karena kaget, Gian sepertinya tidak terima aturan baru tersebut. Lawan bicara pun hanya bisa pasrah dan mangut-mangut menanggapi. Wajah itu bukan ceria tetapi mendung yang sebentar lagi akan turun gerimis."Astaga, kenapa dia tidak pernah sehari aja tidak membuatku kesal?"Gian bergumam pelan sambil menyandarkan punggung. Muak dengan situasi seperti ini sudah tak bisa ditoleransi. Tingkat kebosanan bekerja dengan kondisi seperti itu hampir mencapai klimaks. Ingin menjatuhkan air mata tetapi dia malu melakukannya di depan teman tim."Aku punya ide yang lain. Kalau kamu mau pakai, ambil saja. Barangkali Pak Darren suka dan kamu juga tidak perlu lembur."Kinara yang mendengar gumaman Gian pun menawarkan bantuan. Wajah sedih yang ditunjukkan bukan lantaran harus ikut lembur tetapi ikut merasakan simpati kepada timnya. Dia melihat wajah lesu mereka setelah beberapa kali kelu
Magbasa pa
Bab 22C Awas Bucin
"Tolong! Tolong!"Dia tak sanggup berdiri berlama-lama lagi di tempat itu ketika mendengar decitan aneh. Fobia itu sudah merobohkan tiang keberanian yang sudah melekat dalam diri. Hewan tersebut sangat menjijikan di matanya.Gian berteriak sambil menutup telinga dan minta tolong sampai lima kali sebelum pintu itu terbuka. Sosok Darren dengan kemeja hitam yang dikenakan tadi pagi, memasang wajah khawatir. Ternyata suara jeritan si staff desain terdengar sampai di ruangan, yang pintunya memang sengaja dibuka."Ada apa? Kamu kenapa?"Sang atasan bertanya ketika mengedar pandangan ke sekeliling dan tidak menemukan sesuatu yang aneh. Dia mendekat tatkala tidak mendapat respons Gian. Wanita itu masih menutup telinga sembari menampilkan air muka penuh ketakutan."Kamu kenapa? Hei!" Tak sabar, Darren mengguncang bahu Gian dengan sedikit keras. Detik itu pula, si wanita berambut cokelat memeluk Darren dan menyembunyikan wajah di balik da
Magbasa pa
Bab 23A Pria Misterius
"Ini perintah Bapak, Bu Gian akan aku antar pulang."Baru saja, kaki Gian menjejaki pintu utama hendak menuju ke halte, Pak Dadang pun menghampiri dan menawarkan tumpangan."Tapi tadi di atas, Pak Darren tidak bilang apa-apa, Pak."Masih setengah percaya dengan apa yang baru didengar, Gian hanya ingin memastikan. Memang benar, tadi saat dirinya menyerahkan hasil desain di ruangan sang atasan, beliau tidak membahas tentang hal itu. Gian hanya melihat wajah penuh serius sedang mendetail kertas putih yang diserahkan Gian. Hanya satu menit, lalu pria itu memperbolehkan dia untuk meninggalkan kantor. Dia tak diberitahu akan pulang diantar oleh supir kantor."Barusan, Bu. Ini Bapak baru telepon menyuruh saya mengantar Bu Gian. Kalau tidak percaya, Ibu boleh telepon Bapak kembali."Malas, Gian tak mau berkomunikasi dengannya. Kalau itu yang dikatakan sang supir, tentu saja dia akan menerima tumpangan dengan senang hati. Mana hari semakin larut,
Magbasa pa
Bab 23B Mau Apa Kalian?
Kata 'dia' di sini tertuju pada Gian. Wanita itu memang selalu membantah. Apalagi umpatan terakhir Gian yang menerobos ke indra pendengarannya cukup meyakinkan jika Gian memang wanita yang tak tahu sopan santun dan tak punya rasa hormat kepadanya.Darren menghabiskan 50 menit waktunya untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, pun sambil menunggu Pak Dadang kembali ke kantor. Dia mengecek data penjualan dan keuangan dengan berkonsentrasi penuh. Ada sesuatu yang janggal dan dia ingin membongkarnya. Dua orang menjadi tersangka yang diduga telah melakukan kecurangan sehingga menyebabkan perusahaan merugi hampir satu milyar dua bulan yang lalu."Pak, saya sudah di parkiran."Pesan dari Pak Dadang langsung ditanggapi Darren."Terima kasih. Pak Dadang boleh pulang terlebih dahulu. Kunci dititipkan bagian security.""Baik, Pak."Lantaran belum selesai mengecek laporan tersebut, Darren tak ingin pulang di menit itu. Dia merasa har
Magbasa pa
Bab 23C Kostum Kuta Bali
"Kalian mau apa? Uang?" Darren mengatupkan rahang rapat-rapat saat menengok salah seorang pria mengeluarkan pisau dari jaketnya. Bernegosiasi, dia baru saja melakukan satu hal yang sia-sia. Mereka jelas menginginkan nyawanya. Mata lelaki itu menelisik sekitar dengan cepat. Tidak ada satu orang pun yang melintas. Sial! Kenapa jalanan yang selalu ramai dilintasi orang-orang, mendadak sepi di saat dia membutuhkan pertolongan?"Argh!" Darren tersentak saat pria itu mengacungkan benda tajam tepat ke matanya. Perlahan, pria tadi menurunkan pisau hingga sejajar dengan dada. Refleks, Darren mundur seketika saat ujung pisau terasa sedikit menembus baju yang dia kenakan."Sial@n!" Napas Darren tersendat. Dia tak pernah berpikir akan mati dengan cara seperti itu. Ilmu bela diri yang dikuasai tidak berguna jika dikeroyok begini."Serang!"Darren melompat saat mendengar komando itu. Dia berhasil keluar dari lin
Magbasa pa
Bab 24A Hati yang Berdebar
"Tumben dia baik," gumam Gian saat sudah berada di dalam mobil menuju ke apartemen.Senyuman di bibir itu sungguh mempesona siapapun yang memandang. Termasuk Pak Dadang yang dari kaca spion depan, tak sengaja kepergok Giandra bergumam dan memamerkan lesung pipi.Wanita itu mengucapkan terima kasih, lalu turun setelah mobil hitam berinisial M berhenti tetap di pintu utama gedung apartemen. Dia melangkah cepat dengan suasana hati yang membaik. Ya, mungkin sedikit perhatian Darren yang menyuruh Pak Dadang mengantarnya pulang, menurunkan kadar kekesalan yang membakar dada.Mengguyurkan tubuh itulah yang dilakukan Gian pertama kali saat tiba di apartemen. Kesegaran dirasakan seketika. Tadi di kantor, dia tak sanggup melempar protes atas titah sang atasan yang mutlak. Terpaksa dikerjakan walau dengan hati tidak ikhlas. Mengingat kejadian di kantor, membuat hati itu kembali membengkak."Aku tuh tak ingin memenangkan proyek itu. Biarkan Karina saja atau t
Magbasa pa
Bab 24B Yuk, Kita Coba Lagi
Tanpa peduli dengan busana ala pantai yang dikenakan, Gian pun menarik lengan dan menyuruhnya duduk. Rasa panik lebih menguasai diri daripada rasa malu dan sungkan. Meski dia tahu si atasan tak pernah sekalipun bermurah hati kepadanya, tetapi terhadap sesama manusia yang sedang membutuhkan pertolongan, dia semestinya akan membantu."Astaga, Pak. Ini kenapa? Bapak habis berkelahi? Dengan siapa? Bentar-bentar, aku ambil air hangat buat ngompres biar nggak gitu bengkak. Bapak jangan banyak gerak dulu."Baru saja Gian hendak melangkah, tangannya dicekal Darren. Detik itu juga, Gian memalingkan wajah dan dahinya berkerut mendapat sorot mata Darren yang tak biasa. Dalam hitungan delapan detik, mereka saling mengunci pandangan. Desiran halus menggelitik hati kedua makhluk tersebut dan mereka menikmatinya. Namun, detik berikut setelah menyelami ada hal yang janggal, Gian berkedip berkali-kali menetralisir perasaan aneh itu."Ada apa, Pak? Apa Bapak butuh sesuatu?
Magbasa pa
Bab 25A Benih Cinta
"Asyik, kita bebas hari ini!"Teriakan Karina mengalihkan perhatian Gian dari layar laptop. Wanita itu sedang sibuk dengan desain yang belum mendapatkan persetujuan dari pria yang menjamahnya tadi malam."Ada apa, Rin?"Sekilas Gian melihatnya, lalu mata dibuang kembali ke layar setelah wanita berkacamata itu duduk di sampingnya."Tahu, nggak. Hari Bu Emma dan Pak Darren tak datang kantor."Cahaya secerah mentari pagi terpampang di wajah Karina dan secepat kilat Gian menoleh kala mendengar berita tersebut."Pak Darren tak datang, kenapa?"Spontan perasaan Gian menjadi sepi. Pria yang tidur bersamanya semalam, belum menyapa tadi pagi. Saat membuka mata, Gian tak menemukan sang suami di samping kasur. Pria itu meninggalkan apartemen tanpa pamit. Jam berapa dia pergi, Gian tak tahu. Dia terlalu nyenyak berselimutkan cover bed yang tebal tanpa sehelai benang, setelah mendapatkan perlakuan lembut dari Darren. Berbeda saat per
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status