Bukan keinginan Giandra menjadi istri muda Darren. Namun, kondisi mendesak saat itu, Giandra terpaksa menerima tawaran Emma, istri Darren dengan sebuah kesepakatan. Giandra harus melahirkan seorang bayi dari benih Darren. Lantaran bertahun-tahun menikah, Emma belum juga dikaruniai keturunan, sementara ibu mertua terus menagih kehadiran cucunya. Sosok Giandra yang begitu mirip dengan mantan tunangan Darren, membuat alasan Emma memilihnya menjadi janggal. Apa sebenarnya rencana Emma? Lalu, apa Giandra akan berhasil menyelesaikan misinya atau malah berhenti di tengah jalan karena Darren yang tidak kunjung menerimanya? Atau Darren yang tadinya tidak menginginkan kehadiran Giandra, malah justru akan bucin kepadanya? Kira-kira, ada hubungan apa Giandra dengan mantan tunangan sang suami? Ada Jacky, Jihan, Puspa, dan Irvan juga yang ikut meramaikan cerita ini. Yuk, simak sampai tamat karena akan disisipi sedikit unsur thriller dan bumbu romantis di dalamnya.
Lihat lebih banyakBab 1
"Kamu memang wanita serakah dan Emma itu istri yang bodoh karena telah merencanakan pernikahan ini."Telunjuk itu mengacung ke wajah Giandra, yang kini pasti hatinya sedang menahan geram. Wanita bergaun putih tersebut duduk dengan sorot mata tak takut sama sekali dengan pria yang sudah berstatus suaminya satu jam lalu."Berapa? Berapa yang istriku janjikan padamu, hingga kamu bersedia membabat habis harga dirimu untuk dijadikan istri kedua?"Tadinya, pria itu sudah berjalan menjauhi si istri siri. Namun karena belum puas menghamburkan protes, dia kembali mendekatinya. Tatapan yang diberikan pun tak luput dari rasa amarah.Meski jauh-jauh hari sudah mengiyakan rencana Emma, tetapi detik itu Darren masih belum mau menerima kenyataan, harus memiliki istri kedua. Apalagi wanita itu Giandra, sosok yang mirip dengan seseorang di masa lalu. Kenapa harus dia? Darren belum menemui jawaban dari Emma.Giandra masih memperhatikan Darren dalam diam, pun tak sedikit pun ingin memberi alasannya menerima tawaran Emma malam itu. Kalau saja tidak mendesak, wanita berambut ikal tersebut tak ingin bermimpi akan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka. Terpaksa. Iya, dia tidak ada pilihan.Kala itu, Emma menemuinya berkali-kali. Gian sampai tak tahu sudah berapa kali permohonan itu ditolak. Akhirnya kondisi yang mendesak, Emma bak pahlawan yang menyelamatkan kehidupan keluarganya."Aku bisa bantu membayar semuanya agar sertifikat rumah itu bisa kembali menjadi milik ibumu. Dan satu lagi, uang kuliah adikmu selama setahun akan aku bayar lunas besok."Bagai mendapatkan air segar setelah Giandra merasakan kehausan dana. Biaya yang begitu besar dengan gampangnya dikeluarkan Emma agar dia mau menerima menjadi madu kontrak selama setahun. Bukan, bukan setahun tetapi sampai dia melahirkan anak dari suaminya.Rahim Giandra disewa untuk menitipkan benih Darren. Setelah bayi yang dikandungnya lahir, dia bebas. Itulah yang dijanjikan Emma. Tentu saja, ada bayaran tambahan lain sebesar ratusan juta di luar kebutuhan sehari-harinya. Terlihat simpel dan mudah, tetapi sungguh memberatkan, tak seperti perkiraan Giandra. Lelaki itu terus berupaya menolak. Bahkan, tak jarang si suami melontarkan kalimat yang selalu membuat hati Giandra tersentil."Jawab!"Suara bernada keras disertai dengan gebrakan tangan ke meja rias, sungguh mengagetkan wanita 28 tahun itu. Kalau saja dia tidak siaga, mungkin jantungnya sudah copot dari rongga. Tiba-tiba organ penting tersebut berdebar kencang, menimbulkan rasa ngeri yang berlebih."Berapa?"Pria berkemeja putih belum diganti sejak pagi, pun mencecarkan pertanyaan yang sama lantaran belum mendapatkan jawaban. Dia berdiri tak jauh dari wanita penggemar komik tersebut.Lagi-lagi, Giandra masih dengan aksi tutup mulut meski mata terus memandang pria 32 tahun tersebut. Dia tidak boleh gegabah meski diam-diam dalam hati, mengakui bahwa si suami ternyata sungguh tampan dengan alis tebalnya. Namun sayang, paras tidak sebanding dengan mulutnya. Sudah semestinya si pria memperlakukan istri baru dengan lembut, bukan kasar apalagi berbicara ketus seperti itu."Jangan terlalu berharap aku akan menyentuhmu. Rencana kalian sungguh membuatku muak."Giandra tahu se-pedas apa pun kalimat yang keluar dari bibir tebalnya, dia yakin sang suami tidak mungkin akan melakukan kekerasan fisik. Amanlah, bisiknya dalam hati. Dia tahu dari Emma yang sudah memberitahunya jauh sebelum pernikahan itu digelar."Mas Darren memang suka mengomel. Aku harap kamu tidak melawan atau membantahnya. Diam saja dan biarkan dia lelah sendiri dengan omelannya. Dan kamu harus tahu, dia tidak akan pakai tangannya memukul wanita. Jadi, kamu tidak perlu takut. Tapi kamu harus sopan dan hormat selayaknya atasanmu.""Sudah kamu pikirkan, berapa jumlah uang yang kamu inginkan agar kamu segera membatalkan kawin kontrak kalian? Aku akan membayarnya dua kali lipat."Suara itu kembali menarik ingatan Giandra dari ucapan Emma. Sambil mendongak menantang sepasang mata yang terus menyerangnya, dia masih dengan pendirian yaitu diam. Wanita penyuka merah tersebut berusaha menulikan indra pendengaran sesuai saran Emma meski dalam hati rasa jengkel sudah semakin menggunung. Ingin dia balas dengan verbal, lagi-lagi, suara Emma teringang. Dia pun mengurungkan niatnya."Katakan, sebelum aku berubah pikiran!" Pria di hadapannya berseru dengan mata memicing, yang berhasil membuat Giandra menurunkan kepalanya.Tidak ada sahutan, wanita berambut cokelat itu sedang menimbang. Meski memang butuh banyak uang untuk melunasi utang keluarganya, tetapi dia bukan wanita serakah dan pengecut. Dia sudah janji dengan Emma dan harus menepatinya."Kamu tahu, aku sangat mencintai Emma, istriku. Aku tidak mau kamu menjadi orang ketiga dalam pernikahan kami. Aku tidak mau ada kamu dalam hidupku."Akhirnya, luluh sudah benteng yang didirikan Giandra sedari tadi. Dia bertekad untuk tidak membantah atau membalas semua ucapannya. Namun, lisan barusan yang sengaja dikeluarkan sang suami, mengusik egonya. Siapa juga yang mau menjadi orang ketiga kalau tidak terpaksa? Dia pun terpancing lalu berdiri dan bersuara dengan lantang tetapi terkesan santai."Tenang saja, Bapak yang terhormat. Tugasku hanya melahirkan anakmu, setelahnya silakan memberi talak. Jadi Bapak tak perlu gelisah karena keberadaanku tidak akan lama."Suasana menjadi sedikit menegang ketika kedua pasang mata saling bertemu. Ruangan mewah, rapi dan sejuk pun kini menjadi tak nyaman lagi sejak pria itu marah-marah tak jelas melampiaskan protes. Giandra gerah seketika meski gaun yang dipakai sedikit terbuka dengan menampakkan lengan mulusnya."Baguslah kalau begitu, aku hanya khawatir kelak kamu akan jatuh cinta padaku."Lelaki itu cukup percaya diri dengan apa yang dimiliki sekarang. Tampan, kedudukan dan tajir, apa lagi yang kurang darinya? Dia yakin, sekali dia menebar pesona, semua wanita akan klepek-klepek dan tak bisa menolaknya."Tidak, Pak. Aku malah ragu, yang terjadi malah hal sebaliknya. Bapaklah yang akan jatuh cinta padaku terlebih dahulu."Dalam jarak satu meter, mereka saling mengunci pandangan. Sepuluh, dua puluh detik akhirnya Darren memutuskan kontak mata tersebut. Dia sudah mencoba bertahan tetapi nyatanya kalah menantang sorot mata Giandra yang lebih judes darinya.Entah, dia merasa harus segera menyudahi pandangan tersebut sebelum terbawa suasana yang akan membawanya ke suatu tempat yang disebut kenangan masa lalu.Tampak sekali kalau wajah tampan itu menyimpan kekesalan. Air mukanya berubah, menelan ludah lalu terdengar dia menarik napas panjang. Mungkin saja, dadanya sesak atau jantung berdebar keras seolah ada seseorang sedang bermain drum di dalamnya.Pria itu berbalik dan melangkah lebar setelah memamerkan sunggingan sinis. Punggung itu semakin menjauh dan hilang ketika dia menutup kembali pintu kamar hotel mewah yang sengaja di-booking Emma untuk malam pertama mereka.Yes, wanita itu berteriak riang karena kepergian Darren sebenarnya adalah situasi yang sangat diharapkan. Meski malam itu adalah malam pertamanya secara agama, tetapi dia belum sepenuhnya siap menyerahkan kehormatan kepada suami yang tak dicintai dan mencintainya.Tak sadar, Giandra mengangkat satu sudut bibirnya. Ada kepuasan tersendiri karena berhasil memenangkan adu tatap menatap barusan. Ingin mengukur seberapa kuat daya mata Darren melawan. Meski di sisi lain, dia harus menahan rasa nyeri di kepala tatkala memandang lama wajah lelaki dewasa yang ada di depannya. Entah, dia merasa cukup mengenal garis wajah itu. Namun, di mana dan kapan? Mengapa Gian tak bisa mengingatnya?Gian menghentakkan tangan Darren yang menggenggam tangannya saat mereka sudah menginjak lantai kantor."Kenapa?" Tanpa melepasnya, dia menoleh ke arah Gian sambil terus berjalan menuju lift."Nggak enak dilihat anak-anak. Aku jadi grogi."Tersenyum lebar, Darren malah mengganti posisi tangan, merangkul bahu wanita yang jalan bersisian dengannya."Mas!" Mata Gian semakin melotot."Kamu istri sah sekarang. Kenapa malu? Ini kamu lihat apa yang aku bawa?"Gian menggeserkan bola mata menuju ke arah tangan yang memegang setumpuk kartu undangan. Dia mengerutkan kening lalu mendongak kepala mencari jawaban."Karyawan di sini harus kenal dengan nyonya Lesmana yang baru dan aku akan mengundang mereka semua.""What?"Tanpa memberi kesempatan Gian melayangkan protes, Darren membawanya masuk ke dalam lift bersama karyawan lain yang menyembunyikan rasa ingin tahu. Darren tampak tak peduli sedangkan Gian ber
Pria itu Agung Wirawan yang kebetulan bertemu dengan Lidya di London dan berkenalan. Sudah lama dia tak pulang ke Indonesia sampai akhirnya dia menemukan flash disk rekaman CCTV. Entah siapa yang memindahkan rekaman itu ke dalam flash disk yang tak sengaja dia temukan di meja kerja sang papa.Di sana terlihat jelas Puspa memasukkan sesuatu ke dalam minuman si suami di dapur. Lalu, tak lama pria itu mendatangi meja makan dan meminumnya setelah disuguhkan Puspa. Hanya butuh sepuluh detik, papa Agung kejang dan mengeluarkan buih dari mulutnya. Sementara Puspa melipat tangan ke depan dada dan tak terlihat panik sama sekali. Sampai akhirnya, tubuh suaminya lemas dan melosot ke lantai."Mama membunuh papa?"Setelah menyaksikan sepotong cuplikan di layar laptop, mulut Emma membeo dengan pelan."Jangan panggil dia Mama. Dia bukan mama kita. Mama kita sudah tenang di surga. Wanita keji itu tak lain adalah seekor binatang yang kejam. Demi menguasai semua ha
"Jangan bunuh anakku! Pergi kalian! Pergi!"Suara keras memenuhi ruangan 3x3 meter. Dengan tangan yang terikat, terselip di baju khusus rumah sakit jiwa, Puspa meronta. Terkadang dia tertawa tak jelas ketika melihat sesuatu yang lucu baginya."Apa lihat-lihat? Belum pernah lihat wanita kaya dan cantik seperti aku?" Tawa di akhir kalimat itu membuat bulu kuduk Gian dan Emma merinding. Mereka tak diperbolehkan masuk karena khawatir Puspa akan melukai dan bertindak kasar. Mereka berdiri di depan pintu dengan jendela kaca di tengahnya. Hanya dengan cara ini, mereka bisa melihat wanita yang sudah divonis menderita gangguan jiwa oleh dokter.Seminggu lalu, saat melihat darah mengalir keluar dari perut Irvan, Puspa merasa sangat menyesal. Tidak sengaja telah menghilangkan nyawa darah dagingnya sendiri. Tak lama kejadian itu, beberapa polisi serta Darren masuk ke dalam ruang yang beraroma amis dan tak menemukan Gian.Emma. Wanita itu duduk sambi
Mendengar kabar duka itu, Gian sangat terpukul. Dia tak menyangka bayi dalam perutnya tidak bisa bertahan sampai dia dilahirkan. Namun, dia tahu rasa nyeri di perut semalaman itu sudah memberi isyarat bahwa kondisi si janin sedang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang bisa disesali, bukan kesalahan Darren karena terlambat datang menolongnya. Keesokkan harinya, Gian terpaksa menjalankan tindakan kuret yang ditemani Darren. Dokter mengizinkan lantaran wanita itu butuh pendamping yang menguatkannya. Dia bisa tiba-tiba menangis jika mengingat sesuatu hal sedih yang baru terjadi. Suasana hatinya tak menentu dan belum stabil.***"Bagaimana akhirnya Mas bisa menemukan aku di kota itu?"Setelah seminggu keadaannya sudah stabil, Gian memberanikan diri untuk bertanya hal yang ingin diketahui. Dia sudah bisa menerima apapun yang telah menimpa pada calon bayinya. Ikhlas dan pasrah."Selama ini diam-diam aku menautkan GPS di ponselmu dan aku bisa lel
Namun jika dipikir kembali, Gian bisa mengambil semua hikmah yang terjadi. Dengan semua rangkaian permasalahan yang rumit itu, dia bisa kembali ke kehidupan masa lalunya. Bertemu Darren dan menjadi istrinya yang memang tak disengaja. Benar kata orang, skenario Tuhan tidak ada yang tahu bagaimana ending-nya. Akan tetapi dia percaya, semua akan indah pada waktunya.Entah apa yang dijawab Hardi, Gian tak bisa mendengarkannya. Nyeri menjalar di seluruh kepala ketika dia berhasil mengingat kejadian demi kejadian. Menutup mata, dia larut dalam mimpi. Lelah hati dan fisik membuatnya hanya bisa pasrah apa yang akan terjadi selanjutnya. Haus, lapar, sakit di sekujur tubuhnya bergabung menjadi satu paket. Deru napasnya terlihat berirama dan kesadaran itu menghilang.***"Sayang, kamu bisa mendengarkan aku? Bagaimana kabarmu? Apakah kamu membaik?"Perlahan, orang yang dipanggil membuka mata dengan mengerjapkan berkali-kali. Aroma obat khas rumah sakit menero
Kebetulan tadi di jam saat Puspa, Irvan dan Emma mau mengunjungi Gian, Hardi dan Jaka yang bertugas. Di dalam sana, dia melihat Gian terikat tali dan berniat melepaskannya jika ada kesempatan yang tepat. Tak lama, dia merasa alam telah merestui hajatnya. Aksi rebutan senjata tadi benar-benar memuluskan niatnya."Gian, ayo turun!"Pandangan Gian mengedar sekeliling dan tak tahu ada di mana. Tadi sepanjang perjalanan, dia menumpang tidur di punggung pria yang sudah lama dia cari. Akhirnya ketemu di tempat dan waktu yang sangat menegangkan. Hardi kembali menuntunnya masuk ke sebuah rumah kosong. Entah rumah siapa, dia tak tahu. Sedikit kotor dan gelap."Aku haus, Bang. Aku mau minum."Hardi meneliti wajah Gian yang semakin pucat, lalu mengedar sekililing ruangan."Abang nggak punya makanan dan minuman, Gi. Kamu sabar, ya. Setidaknya kamu di sini sudah aman. Kita tunggu sampe subuh. Kalau memungkinkan, Abang akan cari warung terdek
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen