บททั้งหมดของ JODOH-JODOH DARI TUHAN: บทที่ 21 - บทที่ 30
119
Bab 21
Mataku menatap ke arah sosok yang sedang tertidur pulas di sampingku. Aku masih belum bisa tidur meskipun Kak Harun sudah terlelap sejak tadi. Aku malah memikirkan semua yang terjadi tadi. Pantas saja Kak Harun tidak suka kami meladeni Yuli, urusannya jadi panjang. Ibunya ikut campur, ditambah lagi Yuli suka mengadu. Udah kayak anak kecil saja. Tadi pagi ibunya sampai datang dan ngatain Fitriana kurang ajar karena berani mukulin Yuli di tukang sayur. Padahal udah saling memaafkan juga sebelum pulang. Sang ibu mengungkit kejadian di masa lalu, tentang pembatalan pernikahan. Wanita seusia emak itu mengatakan jika keluarga ini belum terima dengan itu makanya mencari perkara dengan keluarga dia. Ish, padahal anaknya yang ganjen sering datang ke sini. Apa dia tidak tahu hal itu. Sampai-sampai Emak harus turun tangan untuk minta maaf, emak dibilang gak bisa didik anaknya. Harusnya dia berkaca pada dirinya sendiri. Mengesalkan sekali. Ternyata selain nekat wanita itu juga suka mengadu sep
Read More
Bab 22
"Tapi kenapa, Mbak? Nggak boleh kah?" Aku memotong ucapannya. "Di rumahku nggak senyaman di rumah Emak, Dek," terang Mbak Zainab. Pandangannya kembali menatap hamparan pasir putih. Seperti menyimpan sesuatu, entah apa. Apa memang segitu keberatannya menampung orang lain di rumahnya. Kenapa? "Aku selalu nyaman jika ada Kak Harun bersamaku, hehe." Aku menjawabnya sambil tertawa. Aku mengatakan yang sebenarnya, di manapun berada, jika ada suamiku aku akan nyaman dan aku akan mengajak serta Kak Harun bersamaku menginap di rumah Kakak."Aku ingin merasakan menginap di mana saja, boleh ya, Mbak," pintaku memohon. "Bilang dulu sama, Harun, ya." Akhirnya Mbak Zainab seperti mengijinkan diriku. "Siap." Kami kembali diam, tengelam menikmati indahnya ciptaan ilahi. Menatap laut yang tak berujung, membuat mata dan hati seakan tentram. Aku ingin mengenal Mbak Zainab lebih dekat, akan jauh lebih baik jika aku bisa membuatnya berubah. Berubah menjadi wanita yang lebih baik dari sekarang. Mau
Read More
Bab 23
Suara pisau beradu dengan talenan mendominasi di dapur ini. Aku saat ini sudah berada di rumah Mbak Zainab, pada akhirnya Kak Harun mau membawaku menginap di rumah Mas Bayu setelah aku bujuk dan aku kasih tahu niatku. Siang tadi saat Mas Bayu pulang dari keliling, aku melihat sayuran yang tersisa dan meminta Mbak Zainab untuk membuat bakwan sayuran. Mas Bayu sudah mulai bekerja sejak hari ke lima lebaran, banyak ibu-ibu yang sudah memintanya untuk berjualan kembali. Malah katanya banyak yang memesan cangkang ketupat.Aku dengan semangat empat lima menyiangi sayuran dan kemudian memotongnya kecil-kecil, sedangkan Mbak Zainab menyiapkan bumbu halus. Kami sibuk dengan pekerjaan masing-masing tanpa banyak bicara. Tadi pagi, begitu sampai di rumah ini, aku langsung disambut dengan baik oleh Mbak Zainab. Terlihat jelas jika kakak iparku itu tidak ingin membuatku tidak nyaman berada di rumahnya. Rumah mungil dengan dua kamar menjadi hunian Mbak Zainab dan keluarganya. Aku dan Kak Harun ak
Read More
Bab 24
"Kenapa, Dek!" Mbak Zainab bergegas menghampiriku yang menjerit kesakitan. Tak lama kemudian menyusul Kak Harun dan Mas Bayu masuk ke dapur. "Ada apa?" Keduanya kompak mengajukan pertanyaan yang sama. "Kecipratan minyak panas," aku meringis menahan rasa panas yang lumayan di punggung tangan kiriku.Sambil bercanda dan saking semangatnya membalik bakwan tersebut, tak sengaja minyak panas itu menciprat cukup banyak dan mengenai tangan kiriku. "Ya ampun, kok bisa sih," ucap Kak Harun sambil memegang pergelangan tanganku. Pria itu lantas membawaku ke kamar mandi dan menyiram bekas minyak panas tersebut dengan air mengalir. Rasa dingin langsung menjalar di punggung tanganku, menggantikan rasa panas yang mendominasi tadi. "Masih panas?" Tanya Kak Harun sembari meniup punggung tanganku. Wajahnya terlihat khawatir. "Masih, tiup lagi," rengekku manja. Padahal rasanya sudah tidak sepanas dan sesakit tadi, hanya saja aku senang melihatnya meniup dan melihat wajahnya yang khawatir itu. "
Read More
Bab 25
"Mbak Alya mau jualan, Mbak? tanya Fitriana tida percaya. " Mau jualan apa?" Sambungannya dengan penasaran. "Bukan buat aku sih, tapi buat dagangan Mbak Zainab.""Memangnya Mbak Zainab mau jualan apa? Kok dia gak bilang sendiri ke aku.""Keripik-keripik gitu, makanan kering. Itu loh keripik yang dari umbi warna hitam. Mungkin Mbak Zainab sungkan sama kamu, jadi aku saja yang mewakilinya."Fitriana menganggukkan kepalanya, memahami arah pembicaraanku. Gadis itu nampak diam dan berpikir. "Boleh juga tuh, tambahin keripik yang lain juga boleh, Mbak. Di sini tuh suka laku yang keripik tempe dibikin tipis banget itu dan digoreng kering, jadi tahan lama. Terus keripik pisang, daun bayam, belut ...."Fitriana menyebutkan semua jenis makanan yang bisa diolah menjadi makanan kering ala-ala jenis makanan oleh-oleh. "Nanti dikasih label, terus dijual online. Kalau banyak peminat, kita bisa bikin usaha sendiri dengan merek sendiri. Kan keren," sambungnya dengan antusias. Sepertinya anak ini m
Read More
Bab 26
Rasanya, menetap di kampung ini tidak mungkin. Kami tetap harus kembali ke kota Jakarta. Pulang sesekali ke kampung, atau biasa disebut dengan pulang kampung adalah moment yang seru. Aku dan Kak Harun akan menikmatinya saja seperti ini. Menikmati kebersamaan dengan mereka -semua keluarga di sini- sesekali saja, aku pernah dengar istilah saudara itu jika jauh bau bunga tapi dekat bau kotoran. Keseruan yang tercipta di antara kami, salah satu faktor pendukungnya adalah jarak yang memisahkan dan rasa kerinduan. Ah iya, masalah Mbak Dewi, wanita yang pernah curhat padaku malam itu juga sudah dapat solusi. Banyak orang yang memiliki nasib sama, banyak yang mau berbagi tips dan trik menghadapi datangnya bulan suci Ramadhan tanpa rasa was-was. Mbak Dewi sangat terharu dengan semua masukan dari nitizen yang rata-rata adalah wanita. Terimakasih semuanya ( ini beneran yaa, hehehe) "Bagaimana kalau kita bikin sesi curhat juga, Mbak?" Usul Fitriana saat melihat Mbak Dewi begitu senang dengan k
Read More
Bab 27
Hawa dingin terasa menusuk hingga ke tulang, sepertinya hujan semalam makin membuat hawa semakin dingin. Tidak hujan pun, di sini sudah dingin, apa lagi ditambah hujan makin menjadi-jadi rasanya. Di pagi hari, air di kamar mandi tak ubahnya seperti air yang berasal dari dalam kulkas, seakan bisa membekukan badan. Aku menggeliat dan merenggangkan otot-otot tubuhku. Bangun tidur di kampung, rasanya lebih segar daripada bangun tidur di kota. Badan terasa enteng dan tidurpun seakan begitu nyenyak. Jauh berbeda dengan di kota, kadangkala saat bangun tidur, badan rasanya pegal-pegal semua, bahkan kadang kepala juga pening. Aku terlonjak kaget menyadari tubuhku yang polos, hanya selimut yang menutupi tubuh kami berdua. Aku lihat baju-bajuku dan Kak Harun teronggok di lantai, di samping tempat tidur. Pantas saja aku kedinginan. Ini semua gara-gara Kak Harun, harusnya sebelum tidur kami membersihkan diri dulu, setidaknya berwudhu kalau tidak ingin mandi besar agar tidak berhadats seluruh tu
Read More
Bab 28
"Ciee yang malam-malam mau masak bocah, tahunya sedang berkonspirasi," goda Fitriana setiap kali melewati aku dan Mbak Mayang. Sejak tadi pagi, bocah itu terus saja menggodaku dan juga Mbak Mayang. Mungkin setelah bangun, dia sadar dengan apa yang kami lakukan sebelum subuh tadi. Alhasil dia terus saja menggoda kami."Nggak diajak jemput Mbak Zainab, nanti sama Harun baru tahu rasa," seru Mbak Mayang yang sedang sibuk memasak untuk makan siang. Sebentar lagi, memang Kak Harun akan ke rumah Mas Bayu untuk menjemput mereka. Malam ini adalah malam terakhir aku dan Kak Harun disini, besok kami akan balik ke Jakarta. Selain menjemput Kakaknya agar menginap disini, Kak Harun juga mengambil makanan kecil untuk kami bawa serta ke Jakarta. "Biarin, hampir tiap hari aku ke rumah Mbak Zainab, gak ke sana hari ini juga gak apa-apa," sahut Fitriana santai. Gadis itu memang hampir tiap hari ke rumah Mbak Zainab, selama lima hari ini dia live jualan selama itu juga katanya banyak pesanan. Jadi s
Read More
Bab 29
POV MAYANG Kedatangan adik iparku, Dek Alya, sepertinya merupakan berkah buat keluarga kami. Gadis itu datang dalam keluarga kami menambah keseruan dan kebahagiaan. Dek Alya yang tidak pernah merasa lebih pandai dari siapapun meskipun dia secara academy ada di atasku maupun Harun. Tidak pernah merasa minder atau berkecil hati meskipun dalam hal urusan rumah tangga dan urusan dapur dia tidak banyak mengerti. Bahkan dengan keceriaannya, Gadis itu bisa mengubah sifat tertutup Mbak Zainab. Tak hanya itu, Dek Alya juga bisa mengarahkan kegiatan bermedia sosialnya Fitriana ke arah yang positif. Tidak cuma sekedar posting-posting video dan kegiatannya yang tidak jelas. Lewat media sosial, sekarang Fitriana malah bisa menghasilkan uang lewat jualan online. Lewat jualan online itu pula Mbak Zainab bisa memasarkan dagangannya, aku lihat karena itu juga Mbak Zainab lebih percaya diri.Menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu hal yang patut direndahkan. Namun di masyarakat kita saat ini, banyak
Read More
Bab 30 Ekstra Part
POV Mayang Gerimis membasahi halaman kontakan yang kami tempati, rintik air itu sudah turun sejak lima belas menit yang kalau. Aku duduk di bangku teras rumah sambil menunggu kedatangan Mas Hamid. Meskipun sama-sama mengajar, tapi kami mengajar di tempat yang berbeda. Aku mengajar di sekolah menengah pertama dan pulang pergi ke tempat itu dengan mengendarai motor. Sedangkan Mas Hamid mengajar di kampus dan pulang pergi menggunakan mobil. Kami sengaja memilih mengontrak di kota, dekat dari tempatku mengajar dan tidak terlalu jauh dari tempat mengajar Mas Hamid. Hanya sebulan sekali kami pulang dan menginap di rumah Emak maupun ibunya.Sebulan lebih sudah berlalu dari kepergian Dek Alya kembali ke kota. Kami sudah mulai sibuk dengan aktivitas masing-masing, sesekali berbagai kabar dengan melakukan video call. Dari kejauhan, terlihat mobil milik Mas Hamid berjalan perlahan menuju ke arah rumah kami. Senyumku mengembang untuk menyambut kekasih hatiku, lelaki yang sejak lima tahun terak
Read More
ก่อนหน้า
123456
...
12
DMCA.com Protection Status