JODOH-JODOH DARI TUHAN

JODOH-JODOH DARI TUHAN

Oleh:  Isna Arini  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
119Bab
6.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Novel ini bisa di baca secara terpisah meskipun saling berkaitan. Ini adalah kisah cinta tiga wanita dalam menemukan pasangan hidupnya. Kisah yang ringan dan manis, tentunya dengan sedikit bumbu-bumbu konflik yang membuat jalan cerita lebih hidup. Buku satu berisi tentang kisah cinta Alya, di mana dia menemukan cintanya dengan cara perkenalan dengan orang yang belum pernah dilihat dan dikenal sebelumnya. Menikah dengan pria yang baru dikenal beberapa bulan tentu saja ada hal-hal yang belum dia ketahui tentang suami maupun keluarganya. Shock culture menjadi bumbu manis dan kedatangan mantan pacar dari suaminya menjadi konflik yang memanaskan suasana. Buku dua berisi tentang kisah cinta Mayang, di mana gadis itu mengejar dan mencari pria yang mungkin menjadi jodohnya. Namun ternyata Allah lebih tahu apa yang terbaik buat dirinya. Ini kisah manisnya Mayang dalam menemukan jodohnya. Buku ketiga berisi tentang pernikahan yang terjadi dengan terpaksa antara Fitriana dan Davin. Pernikahan yang tentu saja tidak disukai oleh Fitriana karena Davin bukanlah pria yang menjadi tipe idamannya. Mungkinkah Davin bukan jodoh dari Tuhan buat Fitriana. Novel ke empat berisi kisah pemuda yang dikhianati oleh kekasihnya setelah dia berkorban banyak hal demi cita-cita sang wanita.

Lihat lebih banyak
JODOH-JODOH DARI TUHAN Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Efan Fara
ceritax bagus sekali
2024-01-31 13:30:17
0
user avatar
Tuti Khoiriah Hasibuan
Kren suka banget ceritanya saya LBH suka novel yang gini kayagnya mulus aja tu cerita cmn krng banyak ttng alya dan harun
2024-01-26 23:48:07
0
user avatar
Enisensi Klara
bagus ceritanya
2023-06-13 16:13:16
1
user avatar
Isna Arini
Ini kisah yang ringan, paling ringan konflik diantara semua yang saya tulis. Baca yukk
2023-06-09 11:29:21
0
119 Bab
Bab 1
"Dek, tolong uleg bumbu ini ya," pintaku pada adik iparku. Istri dari adik laki-lakiku yang baru tiga bulan lalu dinikahi. Mereka menikah di ibu kota dan tinggal juga di sana. Keduanya sama-sama bekerja di kota metropolitan itu. Dua hari yang lalu, mereka datang ke kampung karena tiga hari lagi adalah hari raya idul Fitri. Hari ini kami akan masak untuk berbuka puasa. Meskipun adik iparku ini tinggal di kota dan bukan ibu rumah tangga, tapi di sini, tak segan-segan wanita yang selalu menutup sempurna auratnya itu turun ke dapur membantu kami. Setelah makan pun, dia dengan cekatan mencuci piring dengan berjongkok di bawa keran air. Ya, kami tidak memiliki kitchen Sik ataupun wastafel ala-ala orang kota. "Ini mbak, sudah," ujar Dek Alya, adik iparku sembari menyodorkan alat penggiling bumbu yang biasa kami sebut cobek yang terbuat dari batu. Didalam cobek tersebut, tampak bumbu-bumbu yang aku minta haluskan tadi sudah tercampur dengan sangat halus. Lebih halus daripada aku sendiri y
Baca selengkapnya
Bab 2
Gara-gara tragedi beli pentol bakso ala sultan, rumah kami mendadak jadi lapak jualan dadakan. Sepulang salah tarawih, Fitriana membawa anak muridnya di TPA untuk menghabiskan semua makanan itu setelah kami ambil beberapa mangkuk untuk kami konsumsi sendiri. Suasana tambah rame saat Fitriana benar-benar memvidiokan hal itu ala-ala konten kreator dan yang yang menjadi kameramennya adalah Dek Alya."Mbak tolong kamu yang take video pakai handphone kamu ya. Handphone mbak Alya sudah canggih pasti lebih bagus hasilnya," pinta Fitriana pada kakak iparnya tadi saat mereka melakukan semuanya."Kamu ini, Ana. Sudahlah pinjam handphonenya, orang yang punya pun kau suruh-suruh. Nggak sopan," ucapku pada adik bungsuku tersebut."Nggak apa-apa Mbak, aku suka kok, seru. Kapan lagi kayak gini, di sana aku pun juga terbiasa dengan anak-anak," sahut Alya.Wanita muda itu tampak antusias dengan kegiatannya tadi. Di kota Jakarta, Alya memang bekerja sebagai guru di sebuah sekolah. Mungkin karena itul
Baca selengkapnya
Bab 3
Harun dan Fitriana langsung menyusulku ke dapur begitu mendengar keramaian yang aku buat. "Ya ampun Mbak Alya cemong, kayak kucing habis masuk ke tungku." Fitriana berbicara sambil terkekeh. "Masa?" Dek Alya mengusap mukanya dengan tangannya yang kotor, jadilah itu muka makin cemong. Pasti ini yang menyebabkan mukanya menjadi kotor seperti itu. "Ya Allah 'yang', kenapa mukamu jadi kaya gitu," seru Harun begitu melihat istrinya. "Sudah Dek, kamu cuci muka sana. Biar Mbak aja yang terusin masak air. Ini udah dari berapa lama?" Tanyaku seraya membuka panci yang ada diatas tungku. Air di dalamnya masih terlihat belum panas sama sekali, tentu saja. Karena apinya juga terlihat baru menyala. "Udah dari tadi, Mbak. Tapi apinya gak nyala-nyala jadi airnya juga gak panas-panas," jawab Dek Alya dengan nada bersalah. "Ada cara lain Mbak biar cepat panas tanpa api," sela Fitriana. "Apa?" Aku dan Dek Alya tanya berbarengan. "Dengerin julidan tetangga," sahut Fitriana disertai tawa berdera
Baca selengkapnya
Bab 4
"Hai guys, nih aku spill yaa wajah Kakak Iparku yang dari kota kemarin. Hari ini, kami mau berbelanja buat buka puasa, ikuti keseruan kami yuk!"Terdengar suara Fitriana membuka acara live di media sosialnya. Di video itu, hanya ada suara Fitriana tanpa ada wajahnya, yang terlihat malah Dek Alya. Wanita muda itu berjalan diantara pedagang sayuran. Dengan memakai gamis berwarna merah marun dan kerudung senada, serta masker menutupi sebagian wajahnya. Saat ini, aku sedang duduk sambil melihat aktifitas yang mereka lakukan tadi saat di pasar. Pulang dari pasar, bukannya heboh dengan belanjaannya, Fitriana malah heboh dengan hasil live nya. Katanya banyak yang nonton, banyak yang komentar dan bahkan ada yang kasih gift. Haduh ... Bocah. "Aku mau upload juga ah di media sosialku yang lain, kali aja ada yang kasih star," celetuk Fitriana. "Ana, kalau begini namanya kamu eksploitasi kakakmu," seruku mengingatkan. "Enggak kok, Mbak. Hanya seru-seruan saja, aku tidak merasa di eksplorasi.
Baca selengkapnya
Bab 5
POV Alya. Pagi itu, seorang teman memberiku nomor telepon baru. Nomor telepon seorang lelaki yang diharapkan untuk berkenalan denganku. Di tempat kerjaku, bukan hal yang aneh jika kadang-kadang seseorang merekomendasikan lelaki untuk dikenal lebih dekat. Ditambah lagi usiaku yang sudah dua puluh lima tahun, usia yang dirasa matang untuk seorang wanita berumah tangga. Teman-temanku pun sudah banyak yang menikah dan memiliki bayi. "Simpan saja nomornya, nanti dia yang akan menghubungi kamu terlebih dahulu," ujar Ulfa saat mengirimkan nomor kontak lelaki itu lewat aplikasi pengiriman pesan. "Namanya Harun, usia tiga puluh tahun, sudah bekerja. Kerjanya di daerah Jakarta Barat, dekatlah dari sini. Sudah memilki rumah dan siap menikah," tutur Ulfa panjang lebar. Mataku menatap tak percaya kearahnya, dia tahu banyak hal tentang pria itu ternyata. "Temanmu?" Tanyaku. "Bukan, adik ipar dari temanku." "Kamu memang Jomblang Ter the best!" Kuacungkan dua jempol padanya. Aku mengatakan i
Baca selengkapnya
Bab 6
POV Alya Aku menarik baju gamis yang dikenakannya Ulfa. Binggung sendiri, pengen bicara dulu dengan-nya. "Oh iya Ustadz, ini yang mau dilamar." Ulfa memperkenalkan diriku, begitu merasa aku menarik-narik bajunya. "Allahu Akbar, Ulfa! Bukan itu maksudnya!" Pekikku dalam hati. Tak urung, aku menagkupkan kedua tanganku di dalam dada dan berusaha tersenyum padanya. "Kak Harun, kenapa gak bilang-bilang jika mau ajak Kakak Iparnya," ujarku dalam hati. Dahlan, tidak ada waktu lagi. Akhirnya kubiarkan saja, bagaimana nanti. Lagipula aku tidak tahu reaksi Abah atas lelaki bernama Harun ini. Kami memilih langsung pergi ke rumahku. Kak Harun dan kakak iparnya duduk di bangku depan, sedangkan aku dan Ulfa duduk di bangku belakang. Sepanjang perjalanan yang aku dengar hanyalah keseruan Ulfa dan Ustadz Hamid berbagi cerita. Kak Harun fokus mengemudi dan aku fokus mendengar keduanya bercerita. Ternyata, Ustadz Hamid ini dulunya satu angkatan dengan suami Ulfa. Dari situlah Ulfa dan Ustadz Ha
Baca selengkapnya
Bab 7
"Mantannya banyak?" gumamku pelan, hampir tak terdengar karena bicara untuk diriku sendiri. Ada rasa cemburu di dalam sini, dalam hatiku. Aku pikir, aku adalah cinta pertama dan satu-satunya bagi suamiku itu. Ternyata dia pernah pacaran dan jatuh cinta juga. Harapanmu terlalu tinggi Alya."Tenang Mbak itu kan masa lalu, lagian gak banyak kok. Aku becanda," tutur Fitriana seakan mengetahui isi hatiku. "Lagian Mas Harun kalau pacaran tuh langsung serius ingin nikah, bukan buat main-main. Tapi seringnya Mas Harun yang ditinggal sama pacarnya, ngenes ya," papar Fitriana sambil tertawa. Anak ini, bilang ngenes tapi malah tertawa diujung ceritanya. Jadi Kak Harun selalu mengajak serius wanita yang diajaknya berkenalan. Artinya tidak neko-neko juga, buktinya pas kenalan sama aku lelaki itu sangat menjaga dirinya. Bahkan kami tidak pernah bersentuhan sama sekali saat bertemu. Saat berbalas pesan pun, lelaki yang sekarang sudah menjadi suamiku itu hanya berbagi hal yang sewajarnya. Bertany
Baca selengkapnya
Bab 8
"Makan yang banyak, gak usah sedih. Nanti kita ke mall yang di kota," ujar Kak Harun saat kami berbuka puasa. Setelah tempat pertama yang kami datangi tutup, kami segera pergi mencari tempat lain untuk sekedar membatalkan puasa. Adik iparku itu menginginkan makan mie ayam, dan akhirnya Mas Harun mengalah dan menuruti keinginan adiknya yang ngambek gara-gara mall yang dia maksudkan tutup. "Bener ya, Mas!" rengek Fitriana. "Iya bener. Ke emoll yang sesungguhnya," sahut Kak Harun sambil tertawa. Sepertinya apa yang dipikirkan oleh suamiku itu sama dengan yang aku pikirkan. Pasalnya bangunan yang dimaksud Fitriana mall hanyalah sebuah bangunan yang tak lebih seperti ruko saja. Bangunannya memang cukup besar, tapi belum masuk kategori mall menurut pandanganku. Tapi entah, tidak tahu juga. Siapa tahu kan dari luar kecil, pas masuk kedalam jadi besar dan luas, semacam kamuflase aja gitu bentuk bangunan luarnya. Mendengar kakaknya bersedia untuk membawanya ke mall yang di kota, gadis c
Baca selengkapnya
Bab 9
POV MayangSuara takbir bergema dari seluruh penjuru. Baik dari masjid kampung kami maupun dari kampung sebelah, semuanya saling sahut menyahut. Suasana begitu syahdu dan menentramkan hati, selalu seperti ini saat lebaran. Para laki-laki di rumah ini semua sedang berada di masjid untuk takbir bersama. Fitriana dan emak juga ada di masjid untuk melakukan hal yang sama. Emak ikut karena cucunya, anak Mas Bayu dan Mbak Zainab mengajaknya pergi ke masjid juga. Sebagai embah yang sayang cucunya, tentu saja emak tidak menolak. Farhan, anak dari Mas Bayu adalah cucu pertama Emak. Tentu saja semua kasih sayang dari keluarga ini tercurah pada bocah berusia lima tahun itu. Di rumah hanya ada aku, Dek Alya dan Mbak Zainab. Kami sedang sibuk di dapur. Aku dan Dek Alya berada di dekat kompor gas sedang membuat bakso. Kompor sengaja kami turunkan agar kami tidak capek berdiri. Sedangkan Mbak Zainab seperti biasanya jika di sini, berada di depan tungku. Tempat itu seperti menjadi tempat favoritny
Baca selengkapnya
Bab 10
Suara takbir masih bergema setelah Salat Subuh, semua orang sibuk dengan urusan masing-masing. Antrian di kamar mandi mengular sejak sebelum subuh, kamar mandi hanya ada satu yang di dalam rumah. Satu lagi berada di luar rumah. Udara dingin memaksa semua orang untuk mandi dengan air hangat sebelum salat Idul Fitri. Yang sudah mandi dan salat subuh duluan sibuk di dapur membuat air minum hangat, ada teh manis dan juga kopi tergantung keinginan masing-masing. Disini ada 3 keluarga sedang berkumpul dengan jumlah sepuluh orang, suasana sudah ramai di pagi hari. Mbak Zainab dan aku sudah ada di dapur sejak sebelum subuh untuk memasak nasi dan menghangatkan sayuran. Hari ini sudah tidak puasa lagi, semua orang akan sarapan di pagi hari. Pukul setengah enam, semua makanan sudah siap di meja makan. Ada opor ayam, sambel kentang, telur balodo dan kerupuk udang. Sebenarnya aku akan berniat membuat ketupat sayur seperti yang ditanyakan oleh Dek Alya. Wanita muda itu bilang kalau di rumahnya,
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status