Semua Bab Kuhancurkan Suamiku dan Gundiknya: Bab 11 - Bab 20
247 Bab
Bab 11 Merasa Terpojok
Lusi tersenyum puas melihat raksi suaminya. 'Ayo, Mas. Jawablah pertanyaan anakmu. Itu kan sesuai dengan keadaan rumah tangga kita.' Lusi membatin, ingin tahu bagaimana Raka menjelaskannya pada anaknya sendiri."Yah!""La-lampu hijau, Ayah harus menyetir. Tanya saja pada Ibu, nanti Ibu yang jawab."'What?! Haha.' Lusi ingin menertawakan jawaban yang diberikan oleh bajingan itu. Lihatlah ekspresi wajahnya? Dia seperti maling yang mengelak dari segala tuduhan. Ketakutan dan malu sendiri.Lusi ingin mengolok-oloknya atau mungkin menghina laki-laki sialan itu. Tatapi, sayangnya tidak bisa. Dia harus menahan diri. Jangan sampai Alia lihat pertengkaran di antara mereka."Ish, Ayah kok gitu, sih? Jadi, gimana, Bu?"Lusi kaget saat Alia benar-benar meminta jawaban padanya. Sekarang, giliran Lusi yang bingung. Bagaimana caranya membuat Alia mengerti tentang masalah rumah tangga?Lusi menghela napas sejenak. Kalau tidak dijelaskan, dia akan meminta penjelasan pada orang lain atau mungkin pada
Baca selengkapnya
Bab 12 Ketakutan Alia
"Ah, sudahlah. Jangan bahas itu lagi. Jangan racuni Alia dengan pembicaraan tentang rumah tangga. Belum saatnya, Lus.""Kenapa belum saatnya, Mas? Aku rasa pantas saja dia tahu tentang kehidupan rumah tangga, apalagi temannya mengalami kehidupan sulit karena konflik rumah tangga orang tua. Sebelah mananya yang salah, Mas? Justru, kalau aku tidak menjelaskan dengan benar, Alia akan menelan bulat-bulat cerita dari temannya."Raka diam. Dia memejamkan mata, lalu menggenggam erat setir mobil. Lusi tahu, dia sedang menahan amarah. Sungguh mengasyikan membuat Raka tak berkutik seperti ini."Apa Ibu dan Ayah sedang bertengkar?"Lusi tersentak mendengar suara Alia. Ya Tuhan, dia lupa jika Alia ada di sini. Lusi menoleh padanya, dan mendapati wajah anak gadis itu tengah murung dengan mata memerah. 'Bagaimana ini?'"Ibu dan Ayah jangan bertengkar, Alia takut."Terdengar suara isakan dari gadis kecil itu. Lusi langsung membalikkan badan, menghadap anaknya dengan kekhawatiran yang penuh.Ah, ken
Baca selengkapnya
Bab 13 Jawaban untuk Alia
"Tentu saja Ayah mencintai ibumu, Alia. Ayah tidak akan pernah melepas ibumu." Raka mengatakan itu dengan tegas sembari menatap Alia, lalu beralih memandangi Lusi dengan wajah penuh harap.Lusi tertegun sesaat, hampir saja terbuai dalam tatapan Raka. Dengan segera dia menggelengkan kepala. Tidak, dia tidak akan terjebak. Hatinya sudah terlanjur sakit, dan Raka juga sudah menodai pernikahan mereka. Tidak ada alasan untuk bertahan.Mungkin, untuk sekarang Lusi hanya bisa menyembunyikan hubungan terlarang antara suaminya dan Mila. Dan dia tahu, lambat laun Alia akan tahu.Sebelum itu terjadi, Lusi harus membuat Alia mengerti kalau perpisahan adalah yang terbaik. Mau dia bertahan atau tidak, Alia pasti tetap akan terluka karena pengkhianatan Raka."Kalau Ibu, gimana? Ibu juga sayang dan cinta kan sama Ayah?"Jantung Lusi tersentak mendengar pertanyaan itu. Ya ampun, dia benar-benar tidak menyangka kalau Alia juga menanyakan itu padanya. Apa yang harus Lusi katakan pada Alia?Raka menatap
Baca selengkapnya
Bab 14 Pertemuan Tak Terduga
Makanan di meja sudah tandas, Alia terus meracau kalau dia senang karena bisa makan di luar bersama ayahnya. Lusi hanya tersenyum miris.Ya, tentu saja. Karena mungkin ini terakhir kalinya mereka bisa makan bersama di luar seperti ini. Raka pamit ke toilet, dan entah disengaja atau tidak HPnya tertinggal.Selama ini, Lusi tidak pernah menyentuh privasinya. Karena dia percaya pada Raka. Namun, setelah kejadian pengkhianatannya, rasa curiga yang dibalut penasaran pun mencuat dengan sendirinya.Lusi melirik ponsel itu dan tangannya refleks meraih benda pipih di meja. Setahunya, Raka tidak menggunakan kata sandi atau kunci khusus. Itu karena Alia sering memakai HP Raka untuk bermain game.Namun, sekarang. Laki-laki itu memasang kunci pola pada HPnya. Ini sudah menjadi cukup bukti kalau dia menyembunyikan sesuatu dari Lusi.Lusi hanya bisa mendesah kasar. Semua percuma kalau seperti ini. Rasa penasarannya tidak akan pernah tuntas kalau sumber satu-satunya tidak bisa ditelusuri.Akhirnya di
Baca selengkapnya
Bab 15 Masa Lalu Devan
"Istriku meninggal saat melahirkan anak kami. Dan, seminggu setelahnya, anak kami meninggal karena penyakit bawaan."Lusi tercengang. Terlihat kesedihan amat kentara dari wajah itu. Pantas saja dia ada di sini. Mungkin ingin mengurangi kesedihan karena kehilangan 2 orang yang paling dicintai sekaligus."Aku turut berduka cita, Van. Sabar, mungkin ini ujian untukmu." Lusi mengatakan itu dengan tulus, sebagai seorang manusia yang punya rasa iba.Walaupun dulu mereka punya hubungan di masa lalu, sekarang sudah beda lagi ceritanya. Lusi dan Devan punya kehidupan masing-masing. Ya, walaupun kehidupan Lusi sekarang sedang diterjang badai, tetap saja dia masa lalunya.Devan adalah orang yang dekat dengan Lusi. Mereka tidak pacaran, tapi sama-sama mengakui punya perasaan lebih. Devan adalah anak dari bos rumah makan dan restoran ternama. Dia juga anak pintar.Walaupun demikian, Devan orang yang humbel dan sederhana. Sekaya apa pun orang tuanya, Devan tidak pernah memperlihatkan gaya hidup yan
Baca selengkapnya
Bab 16 Tiba-tiba Cemburu
Hening. Suasana di mobil terasa mencekam. Alia tertidur, sepertinya kelelahan. Tinggal Lusi dan Raka yang sama-sama terdiam.Lusi tak tahu apa yang sedang Raka pikirkan, ketakutannya adalah jika dia salah paham pada Devan. Bisa jadi dia mengada-ngada dan menuduh segala macam padanya."Siapa dia?" tanya Raka tiba-tiba. Lusi pikir dia akan diam saja sampai rumah, ternyata tidak.Lusi diam sejenak. Memikirkan bagaimana cara menjelaskannya pada Raka. Apakah Lusi harus jujur siapa Devan sebenarnya? Atau cukup memberitahukan sekedarnya saja?"Lus?""Dia temanku semasa kuliah," jawab Lusi akhirnya, tetapi tak berniat untuk memperpanjang masalah tadi.Lusi harap Raka pun tidak memperpanjangnya. Tetapi, sepertinya tidak begitu. Raka menoleh pada istrinya dengan mata menuntut dan wajah menegang."Teman? Teman biasa atau teman khusus?" tanyanya dengan nada menuntut.Lusi mendesah kasar sambil memalingkan wajah ke kaca jendela mobil. Pasti akan ada lagi kesedihan. Malas sekali, apalagi ada Alia.
Baca selengkapnya
Bab 17 Harus Cepat Pergi
Rasa penasaran itu begitu mengganggu Lusi. Tidak mungkin juga dia menanyakannya pada Raka, bisa-bisa suaminya berpikir macam-macam.Lusi menggelengkan kepala dan menunda sejenak rasa penasarannya pada Raka dan Mila. Sekarang, dia harus meyediakan makan malam mereka.Semua hidangan sudah tersusun rapi di meja makan. Lusi pun langsung memanggil Alia dan Raka. Mereka datang bersamaan dengan Alia yang memegangi tangan ayahnya.Alia duduk di kursinya, begitu pun dengan Raka. Lusi siapkan nasi dan lauk pauk untuk Alia, setelah itu hendak menyiapkan nasi untuknya sendiri. Tetapi, tiba-tiba Raka menyodorkan piringnya."Ayah belum, Bu," ucap Raka dengan wajah penuh harap.Lusi terdiam sesaat. Malas sekali melayani pengkhianat ini, tapi dia terpaksa harus menyediakan nasi dan lauk pauknya untuk Raka. Semua karena Alia, anak itu jangan sampai curiga.Dengan senyum kaku, Lusi pun menyediakan makanan untuk Raka. Setelah itu, mereka pun memulai makan malam dengan suasana hangat.Alia banyak berce
Baca selengkapnya
Bab 18 Mencari Tahu
Raka masih menatap Lusi lekat. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini, tapi Lusi tak peduli lagi. 'Berpikirlah sesukamu, Mas. Entah itu baik atau buruk, terpenting aku harus melindungi hatiku sendiri.'"Apa kamu menyimpan dendam pada kami sampai kamu melakukan ini semua?" tanya Raka dengan mata yang memicing.Lusi terdiam dan membalas tatapannya dengan datar. Raka mulai bermain dengan kata-kata dan berusaha menyudutkannya. 'Hah, coba saja kalau bisa.'"Aku muak dengan pertanyaanmu itu. Terserah padamu, Mas. Kamu mau anggap aku apa, itu tak akan berpengaruh padaku. Intinya, cepat angkat kaki dari rumah ini atau aku berubah pikiran."Raka tidak bereaksi dan tetap memandang Lusi dengan tatapan tak percaya. Sebaik dan sesabar seseorang, dia akan meledak pada waktunya. Sama seperti Lusi. Dia diam dan mengalah apa pun yang terjadi selama ini. Bahkan, Lusi mengakui usaha miliknya menjadi milik Raka di depan orang lain. Itu pun Lusi ikhlas karena memang kehormatan suaminya adalah hal
Baca selengkapnya
Bab 19 Pertengkaran
Setelah mobil terparkir, terlihat Raka masuk ke restoran itu. Lusi sengaja membuat jeda waktu agar penyamarannya tidak ketahuan.Selang 5 menit, barulah Lusi turun dari mobil dan bergegas masuk ke restoran itu. Dia sengaja menggerai rambut dan memakaikan bandana. Ini bukan ciri khas Lusi, dan sengaja melakukan ini agar mereka tidak mencurigainya.Dada Lusi langsung tersentak saat tahu kalau perkiraannya benar. Raka menemui jalang itu. 'Ah, Lus. Apa yang kamu harapkan dari laki-laki sialan itu? Sudahlah.' Sebaiknya Lusi mencari tempat strategis untuk menguping pembicaraan mereka.Syukurlah meja di depan mereka kosong, jadi Lusi bisa duduk di sana sembari membelakangi dua orang itu. Lusi berusaha tenang. Mengingat tujuannya ke sana, untuk mencari tahu seberapa buruk mereka.Dia menghela napas pelan, lalu menyetel rekaman yang disengaja diputar di atas meja. Lusi melambaikan tangan pada waiter, memesan menu yang sekiranya bisa awet dimakan dalam waktu lama. Karena, dia butuh alasan unt
Baca selengkapnya
Bab 20 Kemauan Mila
"Tidak sama, Mas. Alia itu anak Lusi, kalau yang di kandunganku anakku, Mas."Lusi membulatkan mata mendengar perkataan Mila. Wanita iblis! Hatinya benar-benar jahat. Dia membedakan anak Lusi dengan anaknya. Padahal sama-sama darah daging Raka, tapi sudah terlihat sekali kalau dia itu calon Ibu tiri yang kejam.Lusi tidak akan pernah membiarkan Alia dekat dengan Mila, karena ini sudah cukup menjadi bukti kalau Mila tidak menerima anaknya."Keterlaluan kamu, Mil. Kenapa kamu berkata seperti itu? Alia juga anakku, darah dagingku. Kalau kamu mau menikah denganku, maka terima Alia sebagai anak sambungmu juga."Suara Raka tertahan dan itu pasti karena dia marah pada Mila. Terang saja, tidak ada seorang Ayah yang menerima jika anaknya diperlakukan pilih kasih, bahkan oleh wanita yang dicintai oleh Ayah itu sendiri."Ah, sudahlah! Kenapa malah bahas Alia, sih? Aku kan nyuruh kamu ke sini buat ngomongin masalah pernikahan kita."Lusi tertegun mendengarnya. Tangannya tiba-tiba saja bergetar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
25
DMCA.com Protection Status