All Chapters of Godaan Ranjang Sang CEO : Chapter 21 - Chapter 30
66 Chapters
Part 21—Harus segera pergi~
Di mobil, Nich yang biasanya agresif tiba-tiba berubah menjadi pendiam. Namun, lelaki itu tak pernah melepaskan genggaman tangannya pada perempuan yang beberapa saat lalu resmi menjadi istrinya. Bukan resmi dalam artian yang sebenarnya. Pernikahan Nich dan Gwen hanya sebatas di catatan sipil dan sebatas kontrak yang telah disepakati sebelumnya. Dean yang sedang fokus menyetir sampai dibuat terheran-heran. Padahal, sebelum ini Nich terlihat ceria dan yang paling antusias. Tetapi, tak lama baginya untuk memahami Nich yang kemungkinan tengah bergelung dengan pikirannya. Sebelumnya, Dean juga telah mengingatkan Nich. Namun, Nich tetap kukuh pada keputusannya dan memintanya untuk segera mengurus semuanya. Dan, dalam waktu yang singkat, Dean mempersiapkan surat kontrak pernikahan antara Nich dan Gwen.Pagi tadi sebelum berangkat, Gwen dan Nich telah menandatangani surat kontrak tersebut terlebih dahulu. Persis seperti keinginan dan syarat yang diajukan Gwen atas kesepakatan yang Nich tawar
Read more
Part 22—Kepergian~
"Ayah tidak mau ini semua sia-sia. Ayah harus segera pergi menyusul ibumu, Gwen. Ibumu sudah menunggu ayah," ujar Tuan Jimmy yang seketika membuat jantung Gwen terasa diremas."A-apa maksud Ayah bicara seperti itu?" tanya Gwen dengan suaranya yang serak, dia dapat melihat manik sang ayah yang berkaca-kaca. Apakah ayahnya berniat meninggalkan dirinya, pikir Gwen.Jemari Tuan Jimmy yang bebas mengusap jejak basah di pipi Gwen. "Sudah saatnya kau memikirkan dirimu sendiri, Gwen. Baktimu pada ayah sudah selesai. Sekarang, giliran Nich yang mendapatkan itu semua. Dia suamimu, maka kau harus menghormatinya sebagaimana mestinya," ujarnya berpesan, kendati dia tahu jika pernikahan putrinya hanya berlandaskan sebuah kontrak kerja sama. Akan tetapi, Tuan Jimmy tidak akan mengungkitnya sekarang. Gwen harus hidup berbahagia dengan pria yang sangat dicintainya itu, pikir Tuan Jimmy. Nich yang berdiri di sisi ranjang tak bisa berkomentar banyak. Namun, dia tentu sadar sepenuhnya, jika setelah in
Read more
Part 23—Jujur~
Inginnya, semua yang terjadi hari ini hanyalah mimpi. Inginnya, kesedihan yang menelangsakan diri hanyalah ilusi. Namun sayangnya, semua duka yang menyelimuti, adalah sebuah kenyataan yang tak bisa dihindari. Gwen kini sendiri. Gwen hanya bisa menangisi kepergian sang ayah, merelakan satu-satunya orang terkasih yang paling dia sayangi. Beberapa saat yang lalu, dia baru saja kembali dari proses memakamkan ayahnya dengan ditemani Nich dan Dean tentunya. "Kenapa secepat ini Ayah pergi?" Gwen bergumam lirih, sembari menatap ke luar jendela mobil. Wajah cantiknya sembab, jejak tangisan masih belum sepenuhnya hilang dari sana. Jemari Nich terulur, meraih jemari sang isteri untuk dia genggam. "Kau harus tabah, Gwen. Ayahmu sudah berbahagia di surga. Ingat, masih ada aku. Sekarang aku yang berada di sisimu." Nich mengecup jemari lentik Gwen berulang-ulang. Duka yang melanda Gwen turut menyesakkan dadanya. Mulai sekarang Gwen adalah tanggung jawabnya. Janjinya kepada Tuan Jimmy tidak akan
Read more
Part 24—Tak ada pilihan.
"Gwen?" Nich menegang, ketika perempuan yang tengah dia bicarakan bersama Dean tiba-tiba muncul dari balik punggung. Tatapan Gwen menyipit pada Nich yang memucat, kemudian beralih pada Dean yang terbatuk-batuk, padahal lelaki itu tidak sedang sakit. "Kesalahpahaman? Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Gwen yang nampaknya masih penasaran, dia pun betah berdiri di sisi kursi yang Nich duduki dengan pakaian sederhana. Nich meneliti penampilan Gwen yang terbilang biasa saja ketika sedang berada di rumah, hanya celana jeans panjang dan kaos yang sangat pas membungkus tubuhnya yang langsing. Lalu, sepasang sandal rumah yang harganya tentu sangat murah bila dibandingkan dengan harga sepatu yang Nich pakai. Namun, semua itu tak sedikit pun mengurangi kadar kecantikan Gwen, pikir Nich yang lantas menggeleng samar, guna membuang jauh-jauh pikiran kotor yang sempat mengontaminasi otaknya. Saat ini bukan hal itu yang paling penting, karena ada hal yang harus Nich jelaskan pada isterin
Read more
Part 25—Serangan Nich~
Gwen lantas memundurkan kursi dengan raut datar, lalu berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut tanpa berkomentar apa pun lagi. Setelah mendengar Nich mengatakan jika mereka akan segera pergi, Gwen malas bertanya lebih lanjut dan hanya akan menuruti kemauan lelaki itu. Kontraknya dengan Nich bahkan baru dua hari berjalan, tetapi rasanya dia sudah tidak betah.'Aku harus sedikit bersabar lagi.' Gwen sudah tidak memiliki siapa pun lagi di dunia ini. Hidupnya benar-benar telah sebatang kara. Tak ada lagi tempat bersandar dan berbagi keluh kesah. Sedangkan pernikahannya dengan Nich hanya sebatas kontrak kerja sama yang tercetus dari idenya sendiri. Keseriusan Nich yang sungguh-sungguh justru diragukan oleh Gwen yang sudah tidak percaya lagi dengan kata-kata lelaki itu. Ketakutannya akan ditinggal pergi seolah-olah telah mendarah daging. Dulu Gwen pernah begitu mencintai dan memuja Nich, hingga dia rela memberikan sesuatu hal yang berharga di hidupnya. Namun, apa yang Gwen dapat setelah
Read more
Part 26—Tersinggung~
Sepuluh tahun yang lalu~"Aku takut, Nich. Bagaimana nanti kalau ada yang melihat kita?" Manik Gwen menatap awas pada ruangan temaram yang sering digunakan sebagai tempat rapat OSIS, sementara pemuda yang berada di atasnya justru semakin menggebu-gebu mencumbunya. Adrenalin Nich terpacu dan ingin segera merealisasikan fantasinya saat ini juga. Bukankah ini sangat menantang? Bercinta di dalam ruangan yang berada di sekolah. Harusnya mereka berada di antara teman-teman sekolah yang sedang merayakan hari kelulusan. Namun, Nich malah mengajak Gwen—gadis tercantik di sekolah yang baru dia pacari beberapa bulan yang lalu bercumbu di tempat ini."Tenanglah, Gwen. Tidak akan ada yang melihat kita. Rileks, oke?" Nich berusaha merilekskan sang kekasih yang menegang. Hasratnya sudah membumbung dan meminta untuk segera dituntaskan. Kesempatan ini tak akan kembali terulang. Sudah sejak lama dia memimpikan ini. Bisa memiliki Gwen seutuhnya dan membuat gadis ini bertekuk lutut padanya. Nich bukan
Read more
Part 27—Panik~
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga jam dua puluh lima menit, akhirnya Nich, Gwen serta Dean tiba di Bandar Udara Heathwrow—London, dengan menggunakan penerbangan kelas bisnis. Keberangkatan mendadak itu membuat Gwen merasa tidak semangat sama sekali. Perempuan itu hanya diam sedari tadi, sambil menghela napas panjang berkali-kali. 'Aku ada di kota ini lagi.' Gwen membatin gelisah. Kota tersebut telah memaksanya harus mengingat masa lalu. Kenangan yang sama sekali tidak ingin dia ingat. Ada banyak hal-hal yang membuat Gwen merasa tidak tertarik untuk kembali ke tempat ini. Salah satunya ialah masa lalunya bersama Nich. Yang lebih lucunya lagi, Gwen harus terjebak dalam pernikahan kontrak bersama mantan kekasihnya itu. Menyebalkan! Manik Gwen melirik pria tinggi menjulang yang berjalan di sisinya. Ngomong-ngomong, setelah kejadian di kamarnya, Nich belum bicara lagi dengannya. Nich seolah-olah berubah menjadi dingin dan datar tanpa ekspresi seperti robot. Dan Gwen semakin kesa
Read more
Part 28—Tiba di Rumah ~
Di kediaman keluarga Kennedy semua para maid nampak sibuk menyiapkan hal-hal yang diperintahkan sang nyonya besar. Kedatangan putera satu-satunya diberi sambutan teramat istimewa dan spesial. Wajah terawat itu sesekali menampilkan senyum kepuasan, melihat para maid bekerja dengan sangat baik di bawah perintahnya. Semenjak Nicholas berhasil mengangkat derajat keluarganya, Diana adalah orang yang paling bahagia, terlebih dia bisa bebas menunjuk apa pun yang dikehendaki dengan satu kali jentikan jari. Nama, kekuasaan, uang yang melimpah telah merubah gaya hidup wanita paruh baya yang bosan dengan kemiskinan. Berbeda hal dengan sang isteri yang begitu membagakan kekayaannya, ayah Nich yakni Tuan Pieter justru memilih tetap hidup sederhana seperti dulu. Tak ada barang-barang branded yang melekat satu pun di tubuhnya. Tuan Pieter seakan tak pernah terlena dengan harta yang melimpah, baginya hidup sederhana sudah cukup asal bisa berkumpul dengan keluarga. Namun, bukan berarti dia tidak ba
Read more
Part 29—Sedikit memaksa~
"Nich sudah datang?" Diana terlihat sedang menuruni anak tangga dengan wajah semringah. Suaranya mengalihkan atensi semua orang yang tengah bertatapan di depan pintu masuk. Tak terkecuali Nicholas. Pria itu menyipitkan sepasang maniknya ke arah sang ibu yang melangkah mendekat.Sebelum berbalik, Tuan Pieter mengembuskan napas panjang sejenak, dia tengah bersiap melihat reaksi sang isteri begitu tahu jika Nich datang bersama Gwen. "Baru saja." Gwen sendiri mengarahkan pandangannya pada sosok wanita paruh baya yang berpenampilan sangat anggun serta berkelas. 'Dia ... pasti ibunya Nich,' duga Gwen dalam hati, dengan rautnya yang menampakkan kecemasan. Rengkuhan di pinggangnya yang mengetat sontak mengalihkan perhatian Gwen. Gwen mendongak menatap penuh tanya Nich yang saat ini sedang berusaha melindunginya dari kemungkinan yang tak terduga. "Nich?" Suara Gwen terdengar amat sangat lirih, lengan Nich yang posesif sungguh membuatnya merasa tidak nyaman. Tahu jika sang isteri terus sa
Read more
Part 30—Kekesalan Diana~
Di sofa tunggal berwarna merah, Diana duduk sembari menopang kepala seraya menekan-nekan pelipisnya kuat-kuat dengan jari-jarinya yang berhias cat kuku merah. Kurang tidur mengakibatkan tekanan darahnya rendah. Bagaimana dia bisa tidur, jika semalaman pikirannya terus berputar-putar mencari cara, atau bisa dikatakan mencari alasan tepat untuk membatalkan pertunangan Nicholas dengan Valerie malam nanti. Pernyataan Nich yang telah mengungkap jika sebenarnya dia dan Gwen telah menikah cukup mengejutkan, hingga Diana harus kembali mengonsumsi obat kolesterol yang sudah lama tak dia sentuh selama ini. Apa yang dilihat Nich dari Gwen, sehingga puteranya itu begitu tergila-gila dengan perempuan itu, padahal sudah jelas jika ayahnya pernah menghinanya habis-habisan. Diana tak habis pikir, serta tak menyangka semuanya akan kacau seperti ini. Ruangan tertutup itu terasa dingin, diisi dengan atmosfer perdebatan yang belum juga usai sejak satu jam yang lalu. "Apa kau serius, Nich? Kau menik
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status