Semua Bab Gadis Kecil Kesayangan Sang Presdir: Bab 21 - Bab 30
161 Bab
16b. Calon Tunangan
“Kami kebetulan bertemu dan saling menyapa. Pestanya sangat membosankan. Jadi kami butuh menghirup udara segara.” Eshan mengambil alih jawaban.Luciano menoleh ke arah Eshan. Tatapan keduanya saling bertemu dalam ketegangan yang begitu kental, tetapi tak lebih dari itu. “Begitukah?” Salah satu alis Luciano terangkat, kesangsian terlihat jelas di kedua matanya meski senyum terlalu lebar melengkung di kedua ujung bibirnya. “Well, terima kasih sudah sedikit menghibur istriku, Eshan. Kalau begitu, aku bisa mengambil alihnya sekarang. Kami punya banyak cara untuk saling menghibur satu sama lain.” Luciano tak melepaskan pandangannya dari kedua mata Eshan, sembari melepaskan jas pria itu yang digunakan oleh Anne. “Juga saling menghangatkan,” tambahnya mengembalikan jas tersebut pada pemiliknya.Raut Eshan membeku. Tidak bodoh untuk memahami isyarat Luciano untuk tak melangkah lebih jauh dan menahan perhatian apa pun untuk Anne. Eshan jelas tak peduli. Tatapannya bergerak ke wajah Anne yang l
Baca selengkapnya
17. Ciuman Di Tangga Darurat
Hati Anne serasa ditusuk, di tempat yang tepat ketika mama Eshan memperkenalkan Esther sebagai calon tunangan Eshan. Bahkan hari pertunangan keduanya sudah ditentukan. Dan secara eksklusif, ia dan Luciano mendapatkan undangan pertama tersebut. Dua minggu yang akan datang.Napas Anne tertahan membaca undangan berwarna putih dengan tinta emas tersebut. Nama Eshan dan Esther sebagai pasangan.Sepanjang obrolan, Anne sama sekali tak banyak membuka mulut. Tangan Luciano tak bergerak dari pinggangnya, sesekali mendaratkan kecupan di pelipis hanya demi menunjukkan kemesraan pernikahan mereka sebagai pengantin baru. Pembicaraan dimulai dengan pertunangan dan perlahan merembet ke bisnis. Sampai akhirnya Anne benar-benar bisa bernapas, ketika Luciano berpamit. Membawanya pergi dari dua keluarga yang hendak menjadi satu keluarga tersebut.Rasa sesak memenuhi dadanya dan hatinya sangat hancur. Baru beberapa saat yang lalu Eshan menggenggam tangannya dan ia mulai berpikir tentang harapan untuk mer
Baca selengkapnya
18a. Kebencian Yang Semakin Menguat
Anne mendorong dada Eshan menjauh, meski keinginannya tak sungguh-sungguh karena setelah ciuman itu selesai. Anne sama sekali tak berusaha membuat jarak di antara semakin menjauh. Wajah keduanya masih cukup dekat, mata menatap mata dan Anne tahu perasaan pria itu masih miliknya."Apakah itu cukup menjelaskan tentang rencana pertunanganku dengan Esther?"Anne mengangguk samar. Sisi wajahnya masih dirangkum kehangatan telapak tangan Eshan dan kelegaan mengaliri tenggorokannya.Eshan menurunkan tangannya, menggenggam tangan Anne dan membawa wanita itu turun ke lantai basement. Keduanya naik mobil Eshan, keluar dari area gedung. Pria itu menggenggam tangan Anne, dengan tangan lainnya yang sibuk dengan setir."Sebelumnya mama mengatakan tentang wanita itu dan memintaku menemuinya. Dua kali pertemuan dan kupikir aku dengan jelas sudah mengatakan tentang penolakan tersebut. Tetapi rupanya Esther mengatakan yang sebaliknya dan rencana itu masih berlangsung."Anne hanya terdiam, mendengarkan k
Baca selengkapnya
18b. Kebencian Yang Semakin Menguat
Anne menggeliatkan tubuhnya, mencoba bangun terduduk. Tetapi hanya dalam satu gerakan yang ringan, tubuhnya kembali terbanting di tempat tidur dan tubuh Luciano berguling menindihnya. Memaku kedua tangannya di atas kepala. Air mata Anne merembes jatuh ke bantal, tetapi ia berusaha menahan isak tangisnya."Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak main-main di belakangku, Anne," desis Luciano di atas wajah Anne."Aku benar-benar membencimu, Luciano.""Maka bencilah aku sesukamu, Anne. Selama kau tahu batasanmu, aku tak akan mempermasalahkan apa pun itu yang ada di kepala dan hatimu."Air mata Anne mengalir, kali ini isakannya terlepas. "Kenapa kau lakukan semua ini pada hidupku, Luciano? Kenapa kau datang dan menghancurkan hidupku? Kenapa kau begitu egois? Aku benar-benar membencimu."Luciano hanya menyeringai. "Aku tak perlu alasan untuk menginginkanmu. Dan ya, aku memang egois. Aku tak akan menolak tuduhanmu. Apakah itu cukup bagimu untuk memahami pernikahan ini?"Anne menggelengkan ke
Baca selengkapnya
19. Program Kehamilan
"Siapa dia?" tanya Anne lagi begitu Luciano sudah ada di depan mereka. Faraz terlihat membungkam, angkat tangan dari situasi ini."Naiklah ke atas, Anne," jawab Luciano dengan perintah yang lain.Anne memasang raut dingin. "Kau tidak menjawab pertanyaanku.""Memang tidak dan itu bukan urusanmu," tandas Luciano dengan tegas. Mengambil tangan Anne dan setengah menyeret wanita itu kembali ke arah lift. Yang membuat Anne jengkel bukan main."Apa hanya aku satu-satunya orang di rumah ini yang paling tidak tahu apa-apa?" ucap Anne setelah keduanya masuk ke dalam lift."Itu hanya bukan urusanmu. Dan kau memang tak perlu tahu apa-apa." Luciano menatap lurus kedua mata Anne, dengan seringai yang tersungging rapi di salah satu ujung bibir. "Rasa ingin tahumu berbanding terbalik dengan penolakan dan kebencianmu terhadapku, Anne."Wajah Anne memias, matanya berkedip dengan gugup dan memalingkan wajah dengan cepat. Pintu lift bergerak membuka dan Anne bergegas keluar lebih dulu. Bisa merasakan tat
Baca selengkapnya
20. Bukti Perselingkuhan
Luciano turun tepat ketika jam di tangannya menunjukkan jam satu siang. Dari balik pintu kaca utama, ia bisa melihat bayangan tubuh Anne yang baru saja muncul di lobi. Senyum tersamar di ujung bibir Luciano, ketika perhatiannya teralih oleh mobil yang berhenti di samping mobilnya. Melihat pintu mobil yang terbuka dan permukaan wajahnya membeku melihat wanita yang melangkah turun dari dalam mobil.Untuk sejenak, Luciano benar-benar membeku, hingga pandangan mereka bertemu dan Esther memberikan senyum manisnya mengenali Luciano."Tuan Enzio, Anda di sini?" sapa Esther ketika berhenti tepat di samping Luciano.Luciano mengerjap sekali, mengambil kendali dirinya yang sempat terlepas dan terhanyut emosi untuk sepersekian detik. Luciano memasang seulas senyum dan mengangguk."Anda ingin masuk?" Senyum Esther terlihat begitu ringan sambil menunjuk ke pintu utama spa."Menjemput Anne," jawab Luciano masih dengan seulas senyum."Anda benar-benar tipe suami yang romantis," puji Esther dengan ta
Baca selengkapnya
21a. Gadis Kecil Yang Manis
Setelah merampas ponsel Anne, Luciano meninggalkan Anne setelah mengatakan wanita itu akan dikurung di dalam ruangan ini selama satu minggu. Rasanya hukuman fisik tak cukup menyiksa wanita itu.Untuk sesaat, Luciano berniat meniduri Anne dengan cara yang kasar seperti sebelumnya sebagai hukuman akan keberanian wanita itu menentangnya. Namun, rupanya Anne sendiri sudah terbiasa dan bahkan lebih dari siap menerima hukuman tersebut. Yang membuta Luciano menahan diri.Luciano benar-benar kehabisan akal demi membuat wanita itu memahami posisinya. Dan kali ini, cara ini yang ia gunakan untuk membuat wanita itu patuh. Dikurung di dalam ruangan, Luciano akan melihat berapa lama wanita itu akan tahan.Saat ia turun ke lantai satu, Reene langsung menghadangnya di depan tangga. Dengan senyum semringah yang membungkus kelicikan wanita itu.Ya, malam itu ia tahu Anne dan Reene merencanakan sesuatu untuk memperdayainya. Ia sendiri hanya mengetes Anne dan ingin mengejutkan wanita itu. Tetapi ia tak
Baca selengkapnya
21b. Gadis Kecil Yang Manis
"Dia tak mungkin mengingatnya. Kedua orang tuanya sudah melakukan segala cara untuk menghapus ingatan itu. Kaupikir dia masih akan senormal itu jika mengingat semuanya.""Jadi karena itu kau begitu terobsesi dan menikahinya?"Luciano tak yakin dengan jawabannya. "Aku melakukan sesuatu yang benar.""Jika dia tahu kau memiliki Anne, apa dia juga tahu tentang pernikahanmu?""Dia pasti sudah kembali sejak lama dan mengawasi kehidupan kami.""Aku masih belum menemukan apa pun. Semua jejaknya bersih sejak keluar dari rumah sakit jiwa. Rapi dan tak ada apa pun. Hilang begitu saja. Seolah ... seolah ..." Kening Faraz mendadak berkerut dalam ketika memikirkan satu-satu kemungkinan yang mungkin sajq terjadi. "Seolah dia merubah identitasnya. Atau ... atau bahkan melakukan operasi plastik. Apakah menurutmu kemungkinan itu bisa terjadi?"Luciano mengurut hidungnya dan mempertimbangkan kemungkinan tersebut. Di tengah keheningan tersebut, suara ketukan pintu menyela. Faraz menyuruh masuk dan kepala
Baca selengkapnya
22a. Hanya Mandi
Di antara keheningan yang sempat menyelimuti keduanya, Luciano akhirnya terbahak. "Bukankah ini kisah dramatis yang manis?"Anne mendengus dalam hati, sudah memperkirakan kalau itu hanyalah sebuah karangan. Tanpa diberitahu pun Anne yakin kalau luka tembak itu didapatkan Luciano dari musuh pria itu. Orang kejam dan jahat seperti Luciano jelas memiliki banyak musuh.Satu-satunya yang Anne sesalkan, kenapa pria itu tidak mati saja saat mendapatkan luka tembak itu."Rupanya kau lebih berharap aku mati ketimbang kisah manis ini menjadi kenyataan ya?" decak Luciano.Dalam hati Anne sama sekali tak menyangkal. Kepalanya kembali tertunduk dan menggosok bagian perut Luciano yang ia yakin sudah bersih. Dan pilihan teraman adalah kembali bergerak ke atas. Akan tetapi, Luciano tiba-tiba menahan tangannya, dan dalam satu gerakan yang singkat. Pria itu berhasil memutar tubuh Anne, lalu ujung jemarinya memegang tali di pundak."Apa yang kau lakukan, Luciano?" Anne memeluk dadanya, menahan pakaianny
Baca selengkapnya
22b. Hanya Mandi
Anne tentu saja bisa menangkap kecemburuan Reene, tetapi ia tak perlu untuk peduli. Sejak wanita itu mengkhianatinya, tentu saja ia tak akan mengulang kebodohannya untuk kedua kalinya. Anne pun melanjutkan langkahnya ke ruang ganti. Reene adalah urusan LucianoLuciano melangkah mendekat setelah melihat sebuah berkas yang ada di tangan Reene. Mengambilnya dan membuat wanita itu tersentak dari lamunan kekecewaan. "Ck. Jika tak bisa bertanggung jawab untuk perasaanmu sendiri, setidaknya hentikan dirimu sendiri dari harapanmu yang terlalu jelas, Reene. Kenapa kau begitu keras kepala?""Satu-satunya cara untuk berhenti adalah dengan menjadi istrimu, Luciano. Kau tahu itu?"Luciano mendesah dengan kesal. "Kalau begitu jangan berhenti. Toh aku tak bertanggung jawab untuk yang satu ini, kan?" balasnya kemudian berjalan ke set sofa dan mulai membuka berkas di pangkuannya.Wajah Reene tak bisa lebih merah lagi. Berjalan menyusul Luciano dan duduk di sofa panjang. "Tidak bisakah kau memaafkan ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status