All Chapters of Wanita Simpanan Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40
91 Chapters
Bab 31
"Persetan dengan persyaratan itu, mas. Apapun yang terjadi aku tak akan menggugurkan janin ini." Tolak Siska tegas."Jangan memaksaku, Siska!" Bentak Aldo yang mulai terbakar emosi."Keluar dari kamarku," usir Siska dengan tangan menunjuk ke arah pintu.Mata Aldo berkilat amarah, ia tak menyangka jika wanita yang biasanya selalu bersikap manis dan menuruti segala keinginannya itu tiba-tiba berubah begitu kasar."Kau ...!?""Keluar dari sini, dan ingat satu hal mas, kau akan menikahiku. Janin ini tidak akan aku gugurkan." "Terserah padamu, aku tak peduli." Sahut Aldo lalu menyambar tas dan sepatunya. Tak lama, lelaki itu keluar dengan raut wajah yang memerah."Persetan dengan semua ancamanmu. Suka atau tidak, aku tetap akan meminta pertanggungjawabanmu atas janin ini," ancam Siska lalu membanting kasar pintu kamarnya.****Hanna menatap sebuah rumah dari balik kaca mobilnya. Sebuah rumah sederhana yang tampak begitu asri dengan beberapa tanaman hias dan bunga yang beraneka warna.Tang
Read more
Bab 32
"Apa kedatanganmu ke sini ada hubungannya dengan Aldo dan ibunya?" Tanya lelaki bernama Ridwan itu lalu menyandarkan punggungnya."Iya pak, saya kesini memang ada hubungannya dengan Mas Aldo." Jawab Hanna sambil mengangguk perlahan, tak ia pungkiri, rasa sungkan itu ada."Maaf, jika kedatangan saya ke sini mengganggu," lanjut Hanna.Lelaki itu menggeleng lalu kembali tersenyum. Membuat Hanna sedikit lega."Tak perlu sungkan begitu, bapak tahu, suatu saat hari seperti ini pasti akan datang, karena tak selamanya sebuah rahasia akan tersimpan," sahutnya."Emm, apa Aldo sudah mengetahui semuanya?" Lanjutnya bertanya.Hanna menggeleng lemah, sorot matanya nampak begitu sendu."Tidak pak, Mas Aldo belum mengetahuinya, saya pun baru mengetahui hal ini enam bulan yang lalu, ketika ibu meminta saya menemuinya. Tepatnya, sekitar dua bulan sebelum kematiannya," jawab Hanna."Ibu memohon pada saya untuk menyerahkan amplop ini pada Mas Aldo setelah ia meninggal. Namun, berhubung ada sesuatu hal, s
Read more
Bab 33
"Iya pak, wanita itu sedang mengandung anaknya Mas Aldo, karena itu saya memutuskan untuk menyerah, saya bisa menerima apapun kekurangan Mas Aldo tapi tidak dengan pengkhianatan." Ucap Hanna lembut namun tegas.Ridwan terdiam, pandangan matanya nampak sulit untuk diartikan, guratan di dahi wajahnya seakan menceritakan betapa banyak pengalaman hidupnya, tak lama bibirnya bergumam. Mengucap sebuah nama."Marina!"Hanna kembali diam. Mencoba mengatur nafas yang terasa sesak karena teringat akan pengkhianatan suaminya. Tak lama ia menatap lelaki paruh baya di hadapannya yang masih asyik dengan pikirannya sendiri.Lelaki yang duduk di hadapannya tak lain adalah Ridwan, mertua laki lakinya, yang memilih menghabiskan sisa usianya di kampung halamannya, Bogor, setelah tak bekerja lagi di sebuah pabrik pembuatan sparepart di daerah Bekasi.Sebelum menikah, Hanna sudah mengetahui jika hubungan Aldo dan ayahnya tidak begitu baik. Aldo menyalahkan ayahnya yang membiarkan saja ibunya pergi dari ru
Read more
Bab 34
Flashback 2"Jika ada waktu mainlah ke klinikku, aku pasti akan mentraktirmu makan," pamit Reza sambil melambaikan tangan sesaat pada Hanna."Bye Hanna."Mereka berpisah, Reza menuju ke sebuah hall untuk menghadiri sebuah pertemuan, sedangkan Hanna melangkah ke sebuah kamar deluxe room yang terletak di lantai tiga hotel ini.Hanna berhenti sejenak didepan pintu,mengatur nafas, merapikan sebentar pakaian dan rambut dengan jemari tangannya. Tak lama, pintu kamar itu diketuknya perlahan.Seorang wanita berwajah pucat, bertubuh kurus dengan matanya yang cekung, langsung tersenyum dan memeluk, menyambut kedatangannya dengan ramah.Wanita itu bernama Marina yang tak lain adalah ibu mertua Hanna."Hanna!" Panggilnya pelan."Iya bu, maaf agak terlambat, tadi tak sengaja bertemu dengan seorang teman lama di lobby bawah," tutur Hanna."Tak apa, ayo masuk sayang." Ajak Marina lalu menarik lengan Hanna.Hanna mengangguk dan pasrah mengikuti ajakan Marina, ibu mertuanya itu, tak lama, mereka berd
Read more
Bab 35
"Akan kulakukan apapun sebisaku untuk membantu," ujar Hanna berharap kalimat itu bisa sedikit menenangkan ibu mertuanya.Marina mengulas senyum tipis."Hanna, ibu memiliki sebuah dosa masa lalu, yang membuat ibu memiliki rasa bersalah yang begitu besar pada Aldo dan ayahnya," lirih Marina mengatakannya, tak lama isakan pelan terdengar dari bibirnya membuat Hanna langsung memeluknya.Pelukan hangat yang di berikan Hanna, membuat Marina kembali tenang. Sentuhan lembut tangan Hanna dipunggung Marina seakan memberikan keyakinan jika ia tidak salah meminta bantuan pada menantunya itu."Hanna tolong ambilkan tas itu," tunjuk Marina pada tas tangan berwarna coklat yang tergeletak di ujung ranjang.Mendengar permintaan Marina, ekor matanya mengikuti arah telunjuknya. Tak butuh waktu lama, tas itu kini sudah ada dalam genggaman tangan Hanna."Bukalah tas itu dan ambil amplop yang ada didalamnya," pinta Marina yang langsung di iyakan Hanna.Sebuah amplop putih berlogo sebuah rumah sakit swasta
Read more
Bab 36
Rintik hujan masih mengguyur pagi ini, udara dingin juga terasa menusuk kulit karena hujan semalam turun cukup deras, membuat Aldo memilih untuk tetap bertahan di bawah selimut, meski jarum jam di dinding kamar itu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat.Aldo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu meraih ponsel yang tergeletak di dekat bantalnya, sekedar untuk mengecek pesan ataupun panggilan telepon yang masuk.Pertemuannya dengan Hanna dua hari yang lalu hanya menyisakan pertengkaran saja. Lelaki itu hanya bisa meraung kesal karena keputusan Hanna untuk bercerai darinya sudah bulat. Hanna bahkan tidak takut dengan ancaman yang dilontarkanya, membuat pikirannya semakin tak menentu."Aku tidak akan membuat perceraian kita mudah, Hanna," sungutnya setengah berbisik.Emosinya begitu labil beberapa hari belakangan ini. Entahlah, mungkin karena banyaknya masalah yang membelit dan belum ada penyelesaian apapun. Hanna begitu keras dan tegas, seakan keputusan apapun yang sudah diambilnya ti
Read more
Bab 37
"Darimana kau tahu aku tinggal di sini?" Jawab Aldo dengan raut wajah kecewa. "Aku bertanya dengan seseorang di kantormu kemarin, ia bilang kau tinggal di sebuah kost kostan daerah sini, lalu aku minta alamatnya," jawabnya santai."Lalu untuk apa kau datang ke sini? Kupikir di hari libur seperti ini bisa beristirahat sepanjang hari di kamar, ternyata ..." Also menyindir wanita di hadapannya. "Kau mengabaikan panggilan telepon dariku, dan tak membalas pesanku. Lalu bagaimana lagi aku bisa bicara denganmu jika tidak mendatangimu ke sini?" Hardik wanita itu."Berhentilah mencariku, Bukankah sudah ku katakan padamu jika hubungan kita sudah berakhir! Siska!" Hardik Aldo keras."Aku hamil anakmu, mas. Kita harus segera menikah." Pinta Siska memohon."Aku tidak berminat untuk menikahimu, kau lupa? Jika sejak awal, kita sudah membuat kesepakatan untuk menjalani hubungan ini tanpa komitmen dan kehamilan?" Ujar Aldo sinis."Persetan dengan kesepakatan itu, aku hanya ingin kita secepatnya meni
Read more
Bab 38
"Mengapa Mas, kau takut?" Ucapnya dengan mata yang membulat sempurna. Seakan menantang harga diri lelaki itu.Mata Aldo tak berkedip menatap Siska yang masih terkekeh, seakan ada sesuatu yang menggelitik hati wanita itu. Aura gelap kini menyelimutinya, kalimat yang di ucapkan Siska membuat lelaki itu tersulut emosi.Satu tangan Siska masih mengelus pipinya yang terasa sedikit perih. Tamparan yang di layangkan Aldo ke wajahnya membuat hati wanita itu terluka."Mengapa kau bungkam, mas?" Ejek Siska beberapa saat kemudian. Mendengar pertanyaan Siska, lelaki itu spontan membuang muka dengan tangan yang terus mengepal. Sekuat mungkin ia berusaha menahan diri untuk tidak menyakiti wanita yang sudah menghangatkan ranjangnya beberapa bulan ini, bukan karena terlalu sayang, tapi karena kehamilannya. Namun, Siska sudah terlalu berani bermain dengan egonya.Jujur, di dalam hatinya, Aldo memang tak berniat untuk menikahi Siska. "Kau takut?" Bibir gadis itu mengejek. Mengalihkan fokus pandangann
Read more
Bab 39
Matahari masih nyaman mengintip dari balik awan ketika langkah Hanna memasuki halaman rumah Dina. Meskipun sudah hampir menjelang makan siang, tetap saja, udara dingin masih terasa menusuk kulit. Wajar saja karena sudah masuk musim penghujan. Hanna menginjak rumput di halaman rumah Dina yang masih basah. Hujan deras yang mengguyur semalam hingga pagi hari membuat beberapa bagian di halaman ini masih menyisakan genangan air. Tak ayal, membuat Hanna begitu memperhatikan langkahnya.Rumah Dina cukup besar dengan garasi yang cukup untuk menampung tiga buah mobil. Meskipun memiliki suami yang mapan namun, Hanna kagum dengan sepupunya itu yang masih sering terlihat tampil begitu sederhana.Seorang asisten rumah tangga yang nampak beberapa tahun lebih muda darinya, datang dari arah samping rumah dan langsung menghampirinya, sebelum tangan Hanna mengetuk menekan bel yang berada di sudut atas pintu."Mbak Hanna!" Serunya begitu sudah beberapa langkah di hadapannya."Bu Dina ada?" Tanya Hanna.
Read more
Bab 40
Dina memandang Hanna dengan pandangan mata yang sulit diartikan. Meski ia sudah lama mengenal Hanna, tetap saja, baginya tak mudah untuk menebak isi pikiran sepupunya itu.Ekor matanya meneliti setiap jengkal wajah itu, selain senyum tipis yang tampak misterius, dan raut wajah yang nyaris tidak menampakkan ekspresi apapun, membuat Dina menyerah untuk terus mencari tahu.Dengan pandangan yang masih tetap terfokus pada Hanna, tangannya meraih gelas berisi jus apel di meja. Menyesapnya sedikit demi sedikit, hingga akhirnya rasa penasaran membuatnya melempar tanya."Kado istimewa? apa maksudmu Hanna?" Dina memiringkan kepalanya dan meletakkan kembali gelas di tangannya setelah menghabiskan isinya."Tentu saja, bukankah kita harus membawa hadiah jika datang ke pernikahan seseorang? Aku juga ingin ikut merasakan kebahagiaan sang pengantin dengan memberikannya hadiah," Jawab Hanna."Kado? hadiah? Apa itu artinya kau akan membiarkan mereka menikah?" Tanya Dina tak mengerti.Hanna menggeleng.
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status