All Chapters of Istri Yang Disembunyikan: Chapter 41 - Chapter 50
65 Chapters
Bab 41
"Aku tidak berani untuk datang, Wil. Aku ini orang yang sulit untuk berbohong. Aku juga tidak pandai berakting." Najma mengatakan itu dengan wajah memohon untuk tidak dipaksa ikut menghadiri undangan dinner dari Agnes."Kalau nona tidak ikut, Nona Agnes bisa curiga. Nona tidak perlu banyak bicara. Biar saya yang menjawab pertanyaan-pertanyaan Nona Agnes jika memang ada. Saya akan selalu berada di samping nona." Wilson terus berusaha membujuk Najma."Mau apa pun yang kita lakukan, tidak akan menghilangkan kecurigaan Nona Agnes. Feeling istri pada suaminya itu kuat, Wil. Kamu mungkin tidak tau soal ini karena belum menikah. Aku tau tentang kekuatan feeling istri dari Ibu Aliyah dan Ibu Imas. Dan, memang begitu adanya.""Setidaknya kita berusaha dulu, non. Kita lindungi Tuan Roger. Kalau pun nantinya Nona Agnes tau, itu artinya memang sudah saatnya rahasia ini ketahuan. Toh, kita sudah berusaha sebaik mungkin.""Kira-kira apa yang akan dilakukan nona Agnes jika megetahui ini?"Mata Wilso
Read more
Bab 42
Wilson menghela nafas berat. "Kalau nona menganggap ini sebagai beban, maka nona akan merasa tertekan. Kenapa tidak dibuat enjoy? Kita tidak mengeluarkan uang tapi mendapatkan fasilitas liburan ke Bali gratis. Kalau rencana Nona Agnes, tak akan ada yang cacat. Karena dia itu orangnya royal. Lagian, kita pergi dengan sepengetahuan Tuan Roger. Bukan sembunyi-sembunyi.""Oh, jadi kamu senang ya?""Senang tidak senang, nona. Terus mau bagaimana?""Aku mau menolaknya, Wil. Dengan alasan apa pun.""Tuan Roger saja tidak mau menolak apalagi saya, nona.""Ya kamu berusaha dong! Aku tidak mau pergi bulan madu itu!""Apa yang harus aku usahakan?! Nona sudah aku bil__"Najma menutup telinganya. "STOP!"Kening Wilson mengerut. "S-stop? Maksudnya?""Stop mobilnya!""Ke-kenapa harus stop?""Karena aku mau turun!""Turun? Memang nona mau kemana? Saya bisa mengantar nona ke tempat tujuan, tidak perlu pergi sendiri!""Aku mau pulang sendiri tanpa kamu antar! Aku muak sama kamu!""Tapi nona...."Najma
Read more
Bab 43
Najma terkejut melihat Wilson kembali terkena sayatan senjata tajam. Dia bahkan tak perduli dengan teriakan Wilson yang memintanya untuk berlari, tetap berdiri di tempatnya. Ketika ujung pisau dari pria yang menyerangnya terayun ke atas, Wilson bergerak ke depannya, sehingga yang kemudian terkena hujaman ujung pisau itu adalah pria itu.Dan Wilson itu pun ambruk ke tanah.Bersamaan dengan itu, beberapa pria datang. Tiga pria jahat itu pun langsung berlari ketakutan meninggalkan Najma dan Wilson."Mbak tidak apa-apa kan?" tanya pria pertama yang mendekat. "Tadi saya melihat kepanikan mbak dan teriakan mbak. Tapi saya tidak langsung ke sini melainkan memanggil orang-orang dulu. Karena terlalu berisiko.""Saya tidak apa-apa, mas. Mas bisa lihat sendiri. Tapi dia," Najma menunjuk Wilson yang terbaring di tanah. Masih sadar, hanya terlihat lemas. Darah juga mengalir dari kedua tangan dan bahu Wilson. "Bisa tolong bawa ke rumah sakit sekarang?" Najma menangkupkan keduanya satu sama lain. "
Read more
Bab 44
Hening.Setelah kepergiaan Roger dan Agnes suasana ruangan menjadi hening. Najma dan Wilson keduanya merasa canggung karena berada di dalam ruangan yang sama."Najma, eh maksud saya nona." Wilson berdecak. "Maaf karena sering berakting menjadi suami nona, saya jadi salah panggil."Najma menoleh ke sumber suara. "Jangan panggil aku nona lagi. Panggil saja aku Najma. Dan tidak perlu bersikap resmi padaku. Biasa saja. Aku juga bukan siapa-siapa.""Tapi nona kan....""Sudah aku bilang jangan memanggilku nona. Kalau memang kita harus dituntut untuk terus berakting sebagai suami istri, maka bersikap santai akan membuat kita merasa nyaman satu sama lain."Roger tersenyum samar. "Ah, baiklah. Aku akan mengikuti maumu, Najma. Apakah sekarang ucapanku sudah terkesan santai?""Ya. Dan mulai sekarang aku akan memanggilmu Mas Wilson.""Aduh, kalau itu jangan ih. Kalau kita sedang berakting saja. Aku bisa dimarah oleh Tuan Roger nanti.""Kalau dia marah, bilang saja Najma yang meminta dan dia memak
Read more
Bab 45
"Tuan Roger!"Najma langsung turun dari tempat tidur Wilson menepi di besi yang menjadi kerangka tempat tidur itu.Roger melangkah lebih dekat pada mereka. Pertama pandangannya mengarah pada Najma, lalu Wilson. "Apa kedatanganku mengganggu kalian?"Wilson langsung tersenyum agar Roger tak salah sangka. "Tentu tidak, tuan. Nona Najma sedang menyuapiku karena aku belum bisa menggunakan tangan sendiri untuk makan. Itu pun dia harus memaksaku karena aku tidak suka bubur." Wilson menghembuskan nafas samar. "Rumah sakit ini aneh. Masak aku yang sehat begini diberi makan bubur."Roger menaruh tempat makan susun yang dibawanya ke atas nakas. "Ini ada makanan yang sengaja aku bawa dari rumah. Kamu pasti menyukainya."Mata Wilson melebar. "Wah, terima kasih sekali anda sampai mau membawakan makanan untukku. Padahal aku baru meminta Nona Najma untuk membeli makanan di kantin rumah sakit saja agar aku bisa makan dengan benar. Bukan bubur.""Aku sudah tau ini bakal terjadi. Karena itu aku bawa dar
Read more
Bab 46
Roger merasa begitu letih. Keadaan yang jarang dia rasakan selama ini. Dia tahu penyebabnya, karena akhir-akhir ini otaknya terforsir untuk memikirkan sesuatu di luar pekerjaannya. Yaitu memikirkan kedua istrinya.Melihat sofa yang tampak empuk, Roger langsung tergiur untuk merebahkan diri. Tepat saat itu, Agnes muncul dengan membawa toples berisi cemilan."Kamu tau tadi aku kemana?" tanya Agnes sembari mengambil duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa yang direbahi Roger."Memangnya kamu kemana?" Roger bertanya balik dengan tidak antusias."Ke rumah sakit."Mendengar kata rumah sakit, mata Roger yang semula terpejam, langsung membuka. Lalu dia menoleh pada Agnes. "Ada keperluan apa kamu ke rumah sakit?""Menemui Wilson dan Najma. Pas aku datang, mereka tidak ada di ruangan. Eh, ternyata di taman. Mereka lagi ngobrol sambil menikmati suasana taman. Walaupun terkesan malu-malu, mereka terlihat romantis."Roger terdiam. Memang Najma dan Wilson tampak semakin dekat. Itu karena mereka s
Read more
Bab 47
Tiga hari kemudian.“Lho, kamu mau kemana, Ro? Kok memasukkan pakaian ke dalam koper?” tanya Agnes dengan tatapan menyelidik.“Ada pertemuan mendadak di luar kota. Karena tidak ada Wilson, aku hampir saja lupa. Karena itu terkesan mendadak,” jawab Roger tanpa menoleh. Terus memasukkan pakaian ke dalam koper.Agnes mengambil duduk di tepi tempat tidur. Pandangan tetap tertuju pada Roger yang tampak sibuk. “Luar kotanya dimana?”“Di Bali," jawab Roger tanpa merasa khawatir Agnes akan curiga.Kedua alis Agnes langsung bergerak ke atas. “Bali?”“Hum.”“Wah, apakah aku boleh ikut tidak?”“Ini pertemuan bisnis. Aku bukan mau holiday. Tentu saja kamu tidak boleh ikut.”“Aku tau kamu bukan mau holiday, tapi kan bukan berarti aku tidak boleh ikut. Aku janji tidak akan ganggu kamu. Aku akan di kamar saja. Kalau pun mau jalan, aku akan jalan sendirian tanpa minta temani kamu. Pokoknya kamu tidak akan aku buat susah deh."“Kalau begitu kamu holiday saja sendiri. Tidak harus ke Bali kan? Bisa ke S
Read more
Bab 48
Roger menghambur ke arah Najma yang berusaha untuk bangun sembari memegangi perutnya. “Kamu tidak apa-apa?” Dia hendak menolong tapi tangan Najma merentang lurus ke depan.“Aku tidak apa-apa. Aku bisa sendiri.” Tanpa memperdulikan rasa nyeri di bagian bawah perutnya, dia bergerak berdiri. Dia ingin menunjukkan pada semua orang yang ada di dalam kamar ini bahwa dirinya baik-baik saja.“Tapi bayi dalam kandunganmu?” Roger kembali mendekat dan mencoba meraba perut Najma, tapi lagi-lagi Najma merentangkan tangan mencegah, seolah tidak ingin disentuh Roger di hadapan Agnes.Najma mundur selangkah. Dia memang tidak ingin disentuh Roger. Dia tidak mau menyakiti perasaan Agnes yang hancur. “InsyaAllah bayiku juga tidak apa-apa.”“Kamu yakin? Tendangannya sangat kuat. Tubuhmu menabrak tepian tempat tidur. Kamu tersungkur.”Najma mengangguk tegas. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak meringis karena sakit di bagian bawah perutnya.Wilson yang baru masuk -karena pintu kamar memang belum ditutu
Read more
Bab 39
Ruangan putih itu hening. Ada dua manusia di dalamnya yang saling berdiam diri. Satu terbaring di atas tempat tidur dalam keadaan lemah, dan yang satu lagi duduk di kursi di samping tempat tidur dengan wajah sedih.“Aku ikut berduka atas kejadian ini.” Setelah sekian lama, akhirnya keheningan itu pecah oleh suara pelan Wilson. “Aku harap kamu bisa menerimanya dengan ikhlas.”Najma menghela nafas panjang. Pandangan sendunya menatap langit-langit kamar. “Aku sudah mengikhlaskannya, Wil. Sepertinya ini memang yang terbaik untuk semua. Jika dia terlahir ke dunia, maka situasinya akan sulit, karena ada darah Tuan Roger di tubuhnya. Aku tidak mau menyakiti perasaan Nona Agnes kembali karena jika bayiku tetap ada, mungkin akan terus ada pertemuan-pertemuan dengan Tuan Roger.”Wilson angguk-angguk. “Ya, kamu benar. Karena Tuan Roger tidak akan mungkin melepaskan anaknya begitu saja. Tuhan sudah mengambil keputusan yang tepat untuk tidak membiarkan bayimu terlahir ke dunia. Tapi_” Wilson menol
Read more
Bab 50
Dua bulan masa sidang perceraian, dilewati dengan baik-baik saja oleh Najma. Tak ada kesulitan sama sekali. Itu karena Roger mengikuti mau Najma untuk berpisah. Pria itu sadar untuk apa mempertahankan yang sulit untuk dipertahankan. Pikirannya sudah rumit.“Terima kasih untuk semua kebaikan anda selama ini. Jika bukan karena kabaikan hati anda, bangunan panti tinggal cerita. Aku tidak akan melupakan kebaikan hati anda itu seumur hidupku.”Meskipun begitu, Najma menyadari jasa besar Roger dalam hidupnya dan semua orang panti.Roger tersenyum. “Iya, sama-sama. Jaga dirimu baik-baik.”Roger tidak bisa lagi memanjangkan kata-kata. Dia sudah kehabisan kata-kata. Kehilangan Najma membuat hatinya terpukul sekali.Setelah sidang terakhir itu. Najma mengajak Wilson bertemu di sebuah kafe. Tak cukup hanya berterima kasih pada Roger, Wilson juga punya andil besar pada hari-harinya kemarin.“Apa ini traktiran sebagai ucapan terima kasih?” Belum sempat Najma mengatakannya, Wilson sudah lebih dulu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status