All Chapters of Setelah Suami Selingkuh: Chapter 51 - Chapter 60
99 Chapters
Bagian 51
Makan siang sudah usai, mereka berpisah dan kembali ke tempat kerja masing-masing."Apa dia teman dekatmu?" tanya Louis."Yang mana?" Chloe balik bertanya"Wanita yang bernama Stela.""Oh, dia. Ya, dia teman dekatku saat di Hongkong. Kita jarang bertemu setelah dia pindah ke sini.""Apa kau juga tahu tentang kehidupannya?"Chloe menoleh tajam ke arah Louis. "Untuk apa kau tanya begitu?"Mobil terus melaju dengan kecepatan sedang, karena Louis memang ingin mengobrol."Bukan apa-apa, aku hanya dengar kalau suaminya menikah lagi kemarin," ujar Louis."Jadi kau kenal Alex?""Tidak juga. Aku hanya sekedar tahu saja."Obrolan terpaksa berhenti karena mobil sudah sampai di rumah Chloe. Tentunya bukan rumah Peter melainkan rumah kedua orang tua Peter."Kau tidak mau masuk dulu? Orang tuaku belum pulang saat ini," tawar Chloe sambil mengajungkan tangan ke arah luar.Karena sebenarnya Louis merindukan Chloe juga, akhirnya Ia mau turun dan mampir."Duduk dulu," kata Chloe saat suda
Read more
Bagian 52
Peter sudah sampai sedari tadi. Menunggu Stela yang tidak kunjung datang, membuat Peter terlihat gelisah. Ia bahkan sampai duduk lalu berpindah mondar-mandir sambil sesekali mendesis."Apa dia tidak jadi datang?" gumam Peter gigit jari"Hai!" Suara Stela mengejutkan Peter dan langsung di balas, "Hai!" dengan cepat oleh Peter.Peter tertegun melihat tampilan Stela yang begitu cantik. Rambut hitam panjang itu di gerai dengan dibuat ikal dibagian bawah, lalu menyisakan poni rambut menyamping ke kanan. Bola matanya memancar tajam membuat Peter tidak berkedip beberapa detik."Maaf membuatmu menunggu lama," kata StelaPeter bergidik lalu sambil tersenyum. "Tidak juga, aku juga baru sampai.Stela percaya saja saat Peter menjawab begitu, padahal Peter sudah di sini sekitar lima belas menit yang lalu."Mau di taman ini saja, atau kemana?" tanya Peter gugup."Aku tidak tahu."Suasana dingin malam hari, rasanya menambah keadaan semakin canggung. Ini seperti kembali ke masa usia tuju bel
Read more
Bagian 53
Tidak ada yang spesial harusnya, hanya saja Stela merasa malam ini begitu membuat hatinya merasa senang. Tawa lepas bersama Peter hingga tergeletak di atas lantai, momen yang sangat jarang Stela alami. Mencoba mengingat kembali, Stela lupa kapan terakhir kali bisa tertawa selepas ini.Saking merasa bahagianya, tidak terasa Stela menitikkan air mata hingga mengalir menjatuhi daun telinga karena posisi saat ini telentang di atas lantai menatap langit-langit rumah."Kau menangis?" Peter yang semula juga telentang di samping Stela, spontan terduduk untuk memastikan. "Hei!"Stela berkedip dan buru-buru mengusap air matanya. "Maaf." Stela ikut duduk."Kenapa?" tanya Peter. Kedua pasang mata saling bertemu.Stela tiba-tiba tertawa lagi. "Wajahmu sangat lucu."Peter mengira tawa itu bukan tawa lepas seperti sebelumnya. Saat Peter dengarkan, lama-lama tawa itu justru berubah menjadi tangis. Tubuh Stela terguncang dan air mata turun semakin deras. Peter jadi panik sendiri."Hei, tenangla
Read more
Bagian 54
Stela bangun awal seperti biasanya. Ia bahkan sudah ada di dapur untuk memasak sarapan walaupun kali ini belum mandi. Ia sengaja begitu berniat menggoda Alex jika nanti dia muncul. Sekarang Stela masih memakai piama satinnya yang panjangnya hanya selutut dan tanpa lengan. Rambutnya digulung ke atas menampilkan leher jenjangnya yang indah."Apa itu Stela?" Suara panci jatuh dari arah dapur membuat Alex menoleh saat hendak masuk ke kamar mandi.Di atas ranjang, Emma yang masih terlelap mengeliat kaget, tapi tidak sampai terbangun karena suara benda jatuh itu."Kenapa juga harus jatuh!" gerutu Stela yang coba membungkuk mengambil panci dan centong sayur yang terjatuh.Dari arah belang, diam-diam Alex sedang mengamati bentuk tubuh Stela yang begitu sempurna. Posisi ia yang membungkuk, membuat paha bagian belakang terlihat begitu jelas sampai ke bagian paling atas."Sudah lama aku tidak menikmati tubuh ini," batin Alex sambil menyapu lidah. "Kenapa sekarang dia begitu menggiurkan? Aku
Read more
Bagian 55
Pagi hari yang begitu kacau, Stela semakin yakin kalau sang suami sudah tidak ada lagi rasa untuk dirinya. Alex tidak dengan jelas melihat kejadian yang sebenarnya, tapi sudah mencak-mencak hingga berkata keterlaluan. Harusnya Alex memberi kesempatan untuk Stela menjelaskan.Dalam artian amarah tadi, tentunya Alex sudah mengatakan kata perpisahan secara tidak langsung."Baik kalau itu maumu, maka aku akan pergi," kata Stela sambil menurunkan semua pakaian yang ada di dalam lemari hingga terjatuh berantakan. "Lihat saja apa yang akan aku lakukan pada kalian!"Napas memburu dan menahan rasa kecewa, Stela kini beralih mengambil koper besar yang berada di sudut lemari. Ia meletakkan dengan kasar di atas lantai, membuka resletingnya dengan cepat.Hatinya benar-benar hancur, rasa sakit ini melebihi ketika pertama kali Stela melihat sang kekasih berselingkuh. Harusnya Stela yang berkata dengan lantang kalau ingin mengakhiri hubungan ini. Namun, dengan kejam Alex melontarkan pengusiran se
Read more
Bagian 56
Taksi sudah berhenti di halaman rumah. Stela terlebih dulu membayar ongkos taksi tersebut baru kemudian beranjak turun dibantu oleh sang sopir yang menurunkan koper dari bagasi mobil."Terima kasih, Pak." Stela menundukkan kepala sebelum sopir kembali masuk ke dalam taksi.Sudah menyeret kopernya yang besar, Stela berdiri tegak menatap rumah kedua orang tuanya. Ia menghela napas lalu melenggak semakin dekat."Aku sudah menyiapkan hati jika hal ini benar-benar terjadi." Stela manarik napas dalam-dalam, lalu ia embuskan dengan perlahan.Satu tangannya meraih dan menggenggam erat gagang koper, kemudian Stela mengetuk pintu. Beberapa kali mengetuk pintu, barulah seseorang dari dalam sana membukakan pintu."Stela!" kata Janete dengan wajah terkejut. Usai menatap wajah Stela yang sendu, pandangan Janete turun. "A-apa yang terjadi, Sweety?"Stela tidak bisa menjawab, melainkan langsung memeluk ibunya dengan isak tangis."What's going on, baby?" Janete menarik diri dari pelukan lalu me
Read more
Bagian 57
Jacob dan Stela bertemu di sebuah restoran untuk makan siang. Di sana, sedang lumayan ramai pengunjung karena memang sudah jam makan siang. Usai memesan makanan, Jacob dan Emma mencari tempat duduk di dekat dinding berhiaskan coretan berbagai tulisan."Matamu bengkak, apa kau bertengkar lagi?" tanya Jacob selagi memperhatikan wajah Stela.Stela tersenyum. "Memang.""Apa yang terjadi? Dia menyakitimu?" Jacob mulai khawatir. "Katakan padaku, Biar kuhajar dia!"Stela terkekeh melihat tingkah Jacob. Sahabatnya itu memang begitu perhatian padanya. Hanya Jacon yang selalu ada untuk Stela. Em, sebenarnya ada Peter, dan Stela mengakui itu. Akhir-akhir ini pria itu selalu membuat Stela merasa nyaman."Biarkan saja, toh aku sudah tidak peduli lagi," kata Stela.Di saat obrolan berlanjut, makanan pun datang. Pelayan wanita itu meletakkan dua piring spagetty dan dua gelas jus mangga di atas meja lalu permisi.Stela mulai menyantap makan siangnya dengan lahap. Di hadapannya, Jacob juga begi
Read more
Bagian 58
Sampai di ruang tamu apartemen kakeknya, ternyata Stela sudah ditunggu oleh ibunya juga. Janete nampak sedang duduk tidak jauh dari Bill."Ibu di sini juga?" tanya Stela heran."Duduk sini." Bill menepuk-nepuk ruang kosong di sampingnya untuk Stela duduk.Stela pun duduk di samping kakeknya. Belum ada pembicaraan, wajah mereka terlihat serius. Stela yang tentunya tidak tahu mulai merasa khawatir."Kenapa lama sekali?" tanya Janete."Tadi ada sedikit masalah di jalan.""Masalah?" Janete mendelik.Stela tersenyum. "Bukan apa-apa, Bu. Hanya masalah kecil." ujar Stela berbohong. " Em, Apa yang ingin kalian bicarakan?" tanya Stela kemudian.Di sampingnya Stela, Bill meraih lalu menggenggam tangan Stela dengan lembut. "Ibumu sudah ceritakan semuanya."Saat Bill berkata demikian, Stela spontan menoleh ke arah ibunya lalu beralih lagi kembali menatap Bill. "Cerita apa?""Tentang suamimu," jawab Bill."Oh." Wajah Stela mendadak datar dan terlihat sedih.Suasana mulai terasa sendu,
Read more
Bagian 59
Sesuai pesanan dari Stela, di tengah perjalanan Janete mampir ke sebuah super market di pusat kota. Letaknya tidak jauh dari gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi. Sudah lama Janete tidak menginjakkan kaki di tempat yang begitu ramai seperti ini. Orang-orang berhalu lalang di seberang sana, pun dengan mobil-mobil mewah yang melintas.Setelah keluar dan menutup mobilnya, Janete menyampirkan tas jinjingnya di lengan sebelah kanan. Ia berjalan masuk bersama beberapa orang yang juga hendak berbelanja.Sambil membawa keranjang belanjaan yang masih kosong, Janete mondar-mandir melewati beberapa rak untuk mencari letak coklat berada. Namun, empat rak besar sudah dilalui, Janete tak kunjung menemukan coklat yang ia cari"Di mana aku bisa mendapatkan coklat?" gumam Janete masih sambil mengurutkan pandangan pada rak di hadapannya.Karena tidak kunjung mendapatkannya dan kaki mulai terasa pegal, Janete berencana bertanya pada seseorang yang tengah berduri sambil memegang kertas dan
Read more
Bagian 60
Peter belum tahu dengan apa yang sudah terjadi pagi itu pada Stela. Stela menangis di dalam mobil pun, Peter tidak bisa berbuat banyak. Selain hanya terus menyetir, Peter hanya berharap Stela akan baik-baik saja."Bukankah dia sangat jahat?" desah Stela sembari menyandarkan kepala pada kaca mobil. Matanya nanar, air mata terus menetes."Maafkan aku." Hanya itu yang bisa Peter katakan.Stela menoleh sekilas. "Untuk apa?""Sepertinya tadi aku terlalu ikut campur."Stela kembali menatap jalanan dari kaca mobil. "Tidak. Kau sama sekali tidak ikut campur. Memang dia yang sudah gila!"Sudah melaju sekitar lima menit, Peter membelokkan mobilnya ke sebuah tempat yang tidak terlalu ramai. Setelah melaju lebih jauh lagi, mobil kini menepi di jalanan yang dekat dengan sebuah pohon akasia yang rindang."Kau masih mencintainya?" tanya Peter. Melihat tidak ada reaksi dari Stela, Peter kembali bicara, "Em, maaf. Aku tidak bermaksud lancang."Stela menyeret kepala--bersandar pada jok-- lalu t
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status