All Chapters of Setelah Suami Selingkuh: Chapter 31 - Chapter 40
99 Chapters
Bagian 31
Peter sudah meletakkan Stela di atas ranjang, menyandarkannya pada dinding ranjang lalu berlari keluar untuk mengambilkan minum."Minumlah dulu." Peter kembali dan mengulurkan segelas air putih untuk Stela.Lengannya yang mungil perlahan menjulur lalu jari-jemarinya yang gemetaran meraih gelas tersebut. Peter segera duduk di hadapan Stela dengan tatapan iba.Perlahan air putih itu mengalir membasahi tenggorokan. Stela hanya menghabiskan setengahnya saja karena tidak lama setelah itu Stela kembali membanjiri wajahnya dengan air mata."Katakan, apa yang terjadi?" tanya Peter lirih. "Apa suamimu?"Stela menatap Peter dengan mata basah dan sembab, kedua tangan memeluk lutut dengan kuat."Apa aku terlihat begitu menyedihkan?" Suara Stela terdengar parau.Peter bingung harus memberi jawaban apa. Jika di tanya tentang itu, maka Peter memang akan menjawab iya. Namun, Peter berpikir ulang sebelum memberikan jawaban tersebut secara jujur."Tidak terlalu," jawab Peter akhirnya.Stela menarik ing
Read more
Bagian 32
Lagi-lagi Stela tidak pulang ke rumah sang suami lagi. Ia kembali menginap di rumah kayu milik Peter. Stela tidak bisa pungkiri kalau rumah ini terasa begitu nyaman. Udaranya yang sejuk, di sini juga terasa hangat dan tenang.Meski sudah hampir setengah jam berbaring di ranjang, Stela tak kunjung bisa tidur. Jujur saja ia masih berharap sang suami akan mencarinya, menelpon atau mungkin sebatas mengirim pesan.Ternyata harapan Stela melenceng. Alex sama sekali tidak menghubunginya sama sekali. Entah karena hasutan atau bukan, Stela mencoba tidak memikirkan dan mencoba memejamkan mata."Kenapa Emma tidak mengangkat telponku?" gerutu Alex saat beberapa kali mencoba menghubungi selingkuhannya itu.Mungkin yang ada dipikiran Alex saat lelah dan kacau adalah sebuah sentuhan atau rangsangan. Alex berharap berolah raga bersama Emma. Ya, memang Alex sudah tidak terlalu begitu tertarik dengan tubuh Stela. Bagi Alex memang akhir-akhir ini Stela nampak begitu kacau.Tidak sadarkah Stela begitu ka
Read more
Bagian 33
"Apakah aku termasuk berselingkuh juga? Aku tidur bersama pria lain. Aku dipeluknya, aku merasa hangat, rasanya begitu nyaman. Perlahan tangan kekar itu semakin melingkar erat memelukku. Embusan napas halus, menggelitik telingaku dan membuatku enggan beranjak. Oh astaga! Aku seperti tersengat listrik. Mataku terbuka, tapi ragaku sulit kugerakkan."Di atas ranjang, Stela sedang termenung tanpa bisa berkutik. Seseorang memeluknya dari arah belakang dengan begitu erat, belum lagi satu kaki panjangnya yang menindih bagian paha, membuat Stela semakin sulit bergerak.Tidak berat, tapi … ah, entahlah! Stela bergidig pelan sambil mengedipkan mata."Peter," panggil Stela lirih. Stela mendongakkan kepala mencoba mengarah ke belakang. "Peter," panggilnya sekali lagi."Hmmm." Peter perlahan membuka mata lalu segera menyingkirkan tangan dan kakinya dari tubuh Stela. "Maaf."Stela tersenyum kaku. Ia sendiri sedang merasa gugup dengan situasi seperti ini. Jantungnya selalu saja berdegup kencang saat
Read more
Bagian 34
Sampai sore hari, Stela Wen masih berada di rumah kedua orang tuanya. Ia enggan pulang apalagi jika harus bertemu dengan ipar, mertua dan selingkuhan sang suami. Namun, sebagai sosok ayah, Bowen tidak membenarkan hal tersebut. Bukan menginginkan Stela terluka, tapi hanya ingin Stela dan suaminya segera merampungkan masalah yang ada."Pulanglah, Nak!" perintah Ayah. "Selesaikan masalah kalian.""Iya, Ayah. Ayah tidak perlu khawatir, aku pasti menyelesaikan semuanya." Stela tersenyum getir.Memandang kedua orang tuanya, Stela merasa tak tega jika mencurahkan isi hati terlalu dalam. Stela tahu kedua orang tuanya sedang merintis usaha lagi setelah perusahaannya bangkrut. Sampai detik ini Stela tidak pernah bertanya mengapa perusahaan ayah bisa bangkrut, Stela tidak pernah bertanya. Hanya saja, terkadang Stela berpikir atau merasa kedua orang tuanya baik-baik saja meski saat ini hanya mengurus perkebunan buah anggur dan lain-lain."Apa mau ayah antar?" tawar Bowen."Aku terbiasa kemana-man
Read more
Bagian 35
"Kenapa kau mendadak lesu begitu?" tanya Emma.Alex terlihat melamun tapi tetap fokus saat menyetir."Hei!""Ya." Alex menoleh sebentar. "Ada apa?" Ia kembali menatap lurus ke jalanan.Emma berdecak kesal dan melipat kedua tangan. "Aku bertanya karena khawatir, kau malah melamun.""Maaf, aku tidak dengar tadi," sahut Alex. "Memangnya kau tanya apa?"Kali ini Emma mendengus. Ingin marah, tapi ia tahan. "Kenapa kau mendadak lesu begitu?" Emma akhirnya mengulang pertanyaan."Oh, aku tidak apa-apa. Hanya ada sesuatu yang sedikit mengganggu pikiranku," jelas Alex."Apa karena Stela?"Alex tidak langsung menjawab. Untuk memberi jawaban pertanyaan tersebut, sepertinya membutuhkan beberapa waktu supaya tidak salah paham. Melihat tampilan Stela tadi, tidak bisa dipungkiri kalau Alex begitu terpesona. Sudah lama Alex tidak melihat Stela berpenampilan modis dan cantik seperti tadi. Biasanya Stela hanya memakai sembarang baju dan jarang menata rambutnya kecuali menggulung dengan japit rambut."Ke
Read more
Bagian 36
Peter sudah sampai di pusat perbelanjaan. Sampai di depan pintu masuk, Peter mencoba menelpon ibunya untuk mengirim lokasi berada."Ibu di mana? Aku sudah sampai."Jane yang duduk di jok belakang, menoleh lebih dulu ke arah wanita cantik yang kini duduk di sampingnya. "Ibu sudah di perjalanan pulang.""Lho?" Peter melongo. "Ibu pulang dengan siapa? Apa dompetnya ketemu?"Tenang saja, dompetnya sudah ketemu.Peter sudah merasa lega, pada akhirnya ia kembali lagi ke kantor."Mau mampir dulu?" tawar Jane pada Stela saat sudah turun dari mobil taksi.Stela tersenyum. "Tidak usah, Bibi. Lain kali saja.Mobil taksi sudah tertutup kembali. Saat mobil berputar, Jane melambaikan tangan. "Sekali lagi terima kasih."Dari balik cermin, Stela mengangguk senyum.Mobil melaju semakin jauh, Stela duduk bersandar sambil mendesah. "Jadi itu rumah orang tua Peter?"Stela duduk tegak dan menoleh ke kaca belakang, memandangi rumah mewah yang kini semakin menjauh. Kemudian, Stela kembali menghadap depan da
Read more
Bagian 37
David yang baru pulang begitu terkejut melihat putranya datang. Tidak biasanya Peter datang berkunjung kalau memang tidak ada kepentingan yang mendesak. Putra kedua dari pasangan David dan Jane itu memang sudah terbiasa hidup sendiri sejak terjun ke dunia bisnis."Tumben?" tanya David singkat.Peter yang sebenarnya baru sampai dan belum sempat mengobrol dengan ibu, segera menoleh ke arah ayah. "Ibu membuatku khawatir."David mengerutkan dahi lalu meletakkan tas kerjanya di atas meja dan kemudian duduk di samping sang istri yang tersenyum tipis."Apa yang terjadi?" tanya David."Tadi dompetku hilang saat belanja di mall," ujar Jane masih memasang wajah panik meskipun dompetnya sudah kembali."Kok bisa?" sahut David. "Lalu sekarang bagaimana?"Jane kembali tersenyum dan menatap dua orang kesayangannya itu bergantian. Mereka pasti juga ikut panik."Tenang saja, dompetnya sudah ketemu," kata Jane. "Kekasihmu yang menemukannya.""Kekasihku?" Peter mengerutkan dahi dan sejenak nampak berpik
Read more
Bagian 38
Saat sudah benar-benar sendirian di dalam kamar, Stela segera memakai kembali bajunya. Seringaian puas yang tadi terpancar saat di hadapan Emma, kini sudah lenyap tak bersisa. Kini yang terlihat wajah murung dan nanar pada kedua bola matanya yang cantik. Stela memeluk tubuhnya sendiri dan tak berasa, air mata mulai turun membasahi pipi."Aku istrinya, tapi kenapa harus sampai begini?" sesal Stela. "Bersentuhan dengan sang suami saja begitu susah, dan aku harus merias diriku dulu. Begitu jelekkah aku sekarang."Ruang senyap yang dingin karena pendingin ruangan, membuat raga ini terasa semakin rapuh. Tulang-belulang seolah retak dan patah seperti hatinya saat iniStela kini menarik napas dalam-dalam dan mendongak menatap langit-langit. "Aku harus bangkit. Aku kuat dan bisa!" Setidaknya menyemangati diri sedikit ada gunanya.Malam semakin larut, Stela pun mulai memejamkan mata dan tertidur tanpa sebuah mimpi.Pagi hari menjelang, sinar matahari mulai menembus tirai hingga menyorot wajah
Read more
Bagian 39
"Ibu, ada apa? Kenapa melongo begitu? Di mana Stela?" Alex celingukan dan terheran-heran melihat ibunya yang melamun."Istrimu sungguh kurang ajar!" maki May saat sudah duduk. "Dia berani melawan ibu."Alex ikut duduk dan meletakkan tas kerjanya di kursi kosong di sampingnya. "Apa yang terjadi?"May berdecak dan memutar badan menghadap ke arah Alex. "Dia sudah membantah ibu. Di sangat tidak sopan sekarang."Alex menghela napas. "Bagaimana Stela tidak melawan ibu, kalau setiap hari ibu judes padanya. Coba ibu lembut lagi seperti dulu."May mendecih lalu memutar badan lagi. Kali ini menghadap meja dengan kedua tangan terlipat di atasnya. "Seperti kau sendiri tidak keras padanya. Kau juga begitu, tahu."Alex tidak mengelak sama sekali apa yang dikatakan ibunya. Alex mengakui kalau akhir-akhir ini sikap dirinya memang buruk terhadap Stela. Semua itu mungkin karena Alex sudah membuat Stela kecewa. Namun, melihat perubahan Stela saat ini, Alex malah merasa yakin kalau Stela tidak mau
Read more
Bagian 40
Setelah mengantar Stela pulang, Chloe langsung menuju rumah Peter. Ada banyak pertanyaan yang harus ia lontarkan pada adik laki-lakinya itu. Baru saja turun dari mobil, Chloe melihat Peter keluar dari dalam rumah mengenakan hodie tebal dengan tudung menutup kepala."Kau mau kemana?" Chloe beranjak menghampiri Peter."Lho, kau di sini?" pekik Peter.Chloe mengangguk. "Aku tanya, kau mau ke mana?""Ada urusan. Kalau kau tidur di sini, masuk saja sana!" kata Peter saat sudah membuka pintu mobil.Grep! Chloe mendorong pintu mobil hingga tertutup kembali. "Kita harus bicara."Peter berdecak dan mengusap wajah. "Ada apa lagi sih!""Masuk saya dulu, ayo!" Chloe memaksa Peter supaya masuk ke dalam rumah lagi. Mendorong tubuh Peter dengan kuat dan akhirnya sampai di ruang tamu.Peter pasrah dan menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Kakinya menyilang dan satu tangannya menyiku pada sandaran sofa untuk menyangga kepala, di sampingnya, Chloe juga sudah duduk."Ada apa?" ketus Peter.Chlo
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status