Semua Bab MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA: Bab 81 - Bab 90
97 Bab
bab 81. Yasmin Kecelakaan
Laila seketika terbatuk dan tersedak nasi yang dimakan nya. "Uhuk ... Uhuk ...!"Dokter Marzuki langsung membukakan tutup botol air mineral milik Laila lalu mendekatkannya ke arah gadis itu. "Kenapa kamu, Mbak?" tanya Dokter Marzuki agak panik. Laila menyedot air mineral di botol nya lalu menghela nafas dalam-dalam. 'Heh, kok dokter yang nanya sih? Harusnya aku dong yang nanya kenapa hari ini pertanyaan nya aneh banget?" tanya Laila dalam hati. Setelah Laila tidak terbatuk-batuk lagi, dokter Marzuki menatap Laila lalu mengulangi pertanyaannya. "Jadi, apa kamu sudah punya pacar, La?" "Nah itu dia!" sahut Laila seraya meletakkan garpu dan sendok nya ke mangkuk. Gadis itu lalu menyedekapkan kedua tangannya di depan dada, membuat dokter Marzuki mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu, La?""Dokter, selama ini kan Dokter nggak pernah sekalipun bertanya saya dekat dengan siapa atau saya pacaran dengan siapa kan? Kok sekarang mendadak dokter tanya siapa pacar saya? Jelas saja kalau saya
Baca selengkapnya
bab 82. Pernyataan Cinta Dokter Marzuki
Dokter 82"Ada apa, Dokter?""Yasmin kecelakaan, La. Saya mau pulang dulu!" ucap dokter Marzuki tanpa menyentuh makanannya sama sekali. Dokter Marzuki berdiri dari kursi nya lalu menuju ke penjaga kantin untuk membayar makanan nya, Laila mengikuti dari belakang. "Dokter, saya ikut!" ujar Laila seraya berusaha mensejajarkan langkahnya dengan dokter Marzuki. Dokter Marzuki melirik sejenak, sibuk menimbang-nimbang. "Baiklah. Lagipula kamu di sini hanya sebagai tenaga tambahan saja. Bukan karyawan puskesmas dan semua pasien sudah partus," sahut Dokter Marzuki. Wajah Laila berseri lalu dia segera bergegas mengemasi tas nya. ***Kondisi Yasmin rupanya lebih parah dari yang diperkirakan oleh Laila dan dokter Marzuki. Anak dokter Marzuki yang sekarang berusia sembilan tahun itu mengalami beberapa luka terbuka sehingga harus masuk ke ruang operasi dan mengalami pemasangan pen.Dokter Marzuki merasa lemas saat dokter UGD di rumah sakit umum daerah itu mengatakan bahwa Yasmin membutuhkan
Baca selengkapnya
bab 83. Komitmen Bersama
"Dokter, benarkah apa yang dokter katakan barusan?"Dokter Marzuki kaget dan seketika menarik tangannya dari pipi Laila. Pipi keduanya memerah saat saling beradu pandang. Jantung Laila berdebar kencang kedua tangan dan kakinya panas dingin. Tapi dia tidak ingin melewatkan momen saat dokter Marzuki baru saja mengatakan cinta padanya. "Dokter? Kok diam? Tolong dong jawab pertanyaan saya?""Kamu ... sudah bangun tidur sejak kapan?" Dokter Marzuki justru bertanya balik. "Saya sudah bangun sejak mobil ini berhenti di halaman rumah saya.""Kalau begitu, ayo turun dari mobil, La. Kamu pasti sudah ditunggu oleh orang tua kamu." Dokter Marzuki masih berusaha mengalihkan pembicaraan nya. "Saya tidak akan turun kalau dokter belum menjawab pertanyaan saya. Dari tadi lho dokter selalu mbulet kalau menjawab pertanyaan saya, padahal saya sudah satset menjawab pertanyaan dari dokter Marzuki," sahut Laila mengerucutkan bibirnya. Dokter Marzuki tampak menyerah. Dia juga harus segera menurunkan Lai
Baca selengkapnya
bab 84. Persetujuan Pernikahan
Laila pun turun dari mobil dokter Marzuki dan masuk ke dalam rumah dengan diantar oleh sang dokter. Setelah berbasa-basi sejenak dengan pak Jaka, dan keluarga Laila yang mengucapkan turut berbela sungkawa atas musibah yang sedang dialami oleh Yasmin, dokter Marzuki pun pamit pulang. "La, duduk dulu!" instruksi pak Jaka saat dokter Marzuki sudah pulang dari rumahnya. Laila mengerutkan keningnya. "Ada apa, Pak?" Laila mengurungkan niatnya untuk berdiri, dia pun tetap duduk di depan bapak dan ibunya."Kamu beneran nggak melakukan hal yang buruk dengan dokter itu kan?"Laila melongo. "Enggak lah, Pak. Ada-ada saja bapak ini. Laila sungguhan hanya menengok keadaan Yasmin lalu mendonorkan darah padanya. Ada apa sih, Pak?""Nggak apa-apa. Bapak cuma khawatir kalau kamu khilaf, La. Banyak kejadian yang dialami oleh teman-teman kamu kan?"Laila menghela nafas. "Insyallah, Laila bisa jaga diri, Pak. Bapak tenang saja ya. Laila akan menjaga perasaan bapak dan ibu. Laila juga akan lulus kuli
Baca selengkapnya
bab 85. Saling Bucin
"Kamu ... belum tidur?" tanya dokter Marzuki saat melihat putrinya yang mencoba duduk dari posisi berbaring nya. Marzuki segera menolong Yasmin dengan menarik tuas yang menempel di ranjang putri nya, sampai posisi Yasmin menjadi setengah duduk. "Papa, beneran kalau Tante Laila mau jadi ibu sambung Yasmin?" tanya Yasmin. Matanya berbinar. Marzuki mengangguk mengiyakan. "Iya.""Alhamdulillah ya Allah! Yasmin tidak akan sendiri lagi ya nanti. Jadi kapan Tante Laila pindah ke rumah?" tanya Yasmin antusias. Papanya tersenyum. "Masih lama, Sayang. Kamu sudah nggak sabar ya?" tanya dokter Marzuki. Sebenarnya lelaki itu hampir saja mengatakan tiga bulan lagi menunggu Laila lulus kuliah dan diwisuda. Tapi tidak mungkin. Marzuki khawatir kalau Laila ingin bekerja dahulu.Wajah Yasmin tampak kecewa. "Yah, papa! Ternyata masih lama?" Marzuki mengelus rambut anaknya. "Enggak lama kok. Kamu berdoa saja ya agar Tante Laila bisa jadi mama sambung kamu," sahut Marzuki tersenyum. Yasmin pun terse
Baca selengkapnya
bab 86. Laila Wisuda
Laila bangkit dari lantai lalu mengelus kepalanya yang nyeri, tapi tak lama kemudian dia tersenyum. "Ah, jatuh cinta emang seindah ini," desisnya. Laila lalu bangkit dan mengambil pashmina instan nya lalu berfoto dan mengirimkannya pada dokter Marzuki disertai pesan whatsapp pada dokter muda itu. [Buat dipandang sebelum tidur, Mas. Boleh juga sih dicetak buat nakut-nakutin tikus.]***Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan, Laila pun akhirnya wisuda. Dengan langkah penuh percaya diri, Laila maju ke panggung sesuai dengan urutannya dan rektor kampus nya memindahkan tali di toganya dari arah kiri ke arah kanan. Seusai acara peresmian wisuda, Laila dan keluarga nya berfoto di area kampus. Mendadak seluruh pandangan keluarga Laila bahkan beberapa tatapan teman-teman nya mengarah pada satu sosok. Laila dan semua orang itu melongo dengan kedatangan dokter Marzuki yang mengenakan kemeja warna biru laut dengan celana jins panjang. Sepatu kets warna hitam membuatnya tampak semak
Baca selengkapnya
bab 87. Akad Nikah
"Apa kamu serius dengan anak saya?" tanya Pak Jaka menatap tajam ke arah Marzuki. Sementara itu jantung Laila berdebar kencang. "Saya sangat serius, Pak. Bagi saya, Laila itu bisa membuat saya tidak merasakan trauma lagi. Dan bagi Yasmin, Laila bisa menjadi ibu sambung sekaligus teman bermain bagi nya," sahut dokter Marzuki. "Tapi anak saya masih terlalu kecil untuk menikah. Bagaimana kalau dia tidak bisa menjadi ibu sambung yang baik untuk Yasmin?"Dokter Marzuki tersenyum. "Saya rasa anak saya akan senang jika bermain dengan ibu yang berjiwa anak-anak. Saya tidak akan menuntut Laila untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, karena saya mempunyai ART dan masih banyak warung jika memang belum bisa memasak. Laila akan saya ratukan dan tidak akan saya biarkan kecapaian. Kalau Laila ingin meniti karier, saya akan membantunya. Laila bisa mengurus izin membuka praktek dan saya akan mendirikan tempat praktek untuknya di samping klinik kecil saya. Tapi kalau pun Laila ingin di rumah saja,
Baca selengkapnya
bab 88. Bulan Madu yang Tertunda
Acara resepsi telah selesai. Sekarang Laila berada di rumah dokter Marzuki.Laila baru saja membacakan cerita sebelum tidur pada Yasmin saat dokter Marzuki menyusulnya.Tanpa membangunkan istrinya yang juga tertidur di samping Yasmin, dokter Marzuki menggendong Laila.Laila terbangun dan terkejut tapi segera tersenyum dalam gendongan suaminya.Dia bahkan mengalungkan kedua tangannya ke leher Marzuki dan mengenduskan hidung pada leher sang suami."Ih, geli, Yang," ujar dokter Marzuki pada Laila. Laila tertawa lalu mencium pipi dokter Marzuki malu-malu.Dokter Marzuki tertawa melihat tingkah istrinya. Lalu dia membuka kamar perlahan dan meletakkan tubuh Laila secara hati-hati di atas ranjang yang telah dihias dengan kelopak mawar dan seprei warna putih.Aroma bunga sedap malam di pojok ruangan dan lilin beraroma terapi membuat suasana semakin romantis.Dokter Marzuki mematikan lampu kamarnya dan mendekati Laila. "Sayang, aku bahagia sekali, setelah apa yang terjadi kita bisa menikah," uc
Baca selengkapnya
bab 89. Bulan Madu
Aku tidak ingin kamu hanya menjadi seperti pelangi di langit ku, yang hanya muncul setelah hujan sejenak kemudian meninggalkan pergi.***Beberapa hari setelahnya,"Wah bagus sekali kamar hotel yang kamu pesan, Mas," kata Laila seraya membuka tirai kamar dan memandang keluar. Langsung terlihat kolam renang yang dikelilingi perpaduan rumpun mawar dan pohon palem botol sebagai pagar hidupnya."Kamu suka?" tanya dokter Marzuki memeluk Laila dari belakang. Hembusan napasnya terasa hangat di telinga.Sekarang musim liburan sekolah, dan Marzuki memutuskan untuk mengajak Laila bulan madu di Bali, sedangkan Yasmin ingin menghabiskan liburannya di rumah Ambar dan Iwan. "Suka banget Mas. Makasih ya," sahut Laila lalu membalikkan badan dan mengecup hidung dokter Marzuki dengan lembut."Kamu ..., minta jatah ya?"Pertanyaan Marzuki membuat Laila nyaris tersedak."Apa? Nggak kok! Memang kalau istri mencium suami lebih dahulu berarti minta gituan ya?" tanya Laila manyun tapi tetap mengalungkan ked
Baca selengkapnya
bab 90. Kehadiran Masa Lalu
"Tiara?" gumam Marzuki kaget.Laila juga tidak kalah kagetnya karena dia ingat betul siapa Tiara itu."Tolong! Ada yang berprofesi dokter di sini? Atau tenaga medis? Perempuan ini dadanya tidak bergerak lagi."'Ya benar! Walaupun aku belum pernah melihat fotonya, tapi aku yakin dia pasti ibunya Yasmin. Garis wajah dan lengkung bibirnya yang sensual sama persis dengan gadis kecil itu. Kenapa dia di sini. Apa mas Marzuki sengaja mengajakku ke sini untuk mencari ibu Yasmin lagi? Tapi perempuan itu butuh tenaga medis untuk menyelamatkan nyawanya. Ya Tuhan, jika mas Marzuki yang melakukan CPR, hatiku tidak ikhlas karena kalau memberikan nafas buatan, bib*r mereka akan langsung bersentuhan. Bagaimana ini?' gumam Laila bingung.Hati Laila berperang antara rasa cemburu dan rasa kemanusiaan. Digenggamnya tangan Marzuki yang berdiri di sebelahnya. Terasa dingin dan tatapan matanya seakan juga menyiratkan kegalauan dan kebimbangan hati.'Mas, apakah masih ada namanya di hatimu?'Laila menghela
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status