Dokter Marzuki, 30 tahun. Dokter yang awalnya humoris namun pada akhirnya harus menelan pil pahit saat Tia, mantan istrinya selingkuh saat dia sedang dinas di rumah sakit. Bahkan istrinya minggat dengan mantan pacarnya meninggalkan anaknya yang masih berusia dua tahun. Sejak saat itu dokter Marzuki menjadi tertutup dan sulit mempercayai perempuan. Hingga dia pindah ke sebuah desa untuk mengabdi berdasarkan keputusan SK pegawai negeri dan bertemu dengan Layla, gadis slengekan, tomboi, dan naksir berat pada dokter Marzuki. Yasmin, anak dokter Marzuki yang baru berumur lima tahun juga bahagia sekali bertemu dengan Layla. Apakah Layla bisa melunakkan hati dokter Marzuki karena kedekatan nya dengan anak dokter itu? Apa saja yang dihadapan dua pasangan beda usia itu?
Lihat lebih banyakSejuknya angin sore yang sepoi-sepoi tidak membuatku merasakan hal yang sama. Karena baru saja menghadapi kenyataan pahit bahwa cem-cemanku lebih memilih teman sekelasku.
"Apes banget sih. Deketin aku, tapi ternyata suka sama temenku! Huh!" rutukku sebal dengan menendang kaleng soda kosong sejauh-jauhnya.Klontang..!"Ngooookkk!""Ngooookkk!""Astaghfirullahal'adziim!" Aku terkejut saat menyadari kaleng yang kutendang mengenai sekawanan preman desa. Dan angsa-angsa itu tampak marah, bersuara riuh rendah memandangiku yang seolah tertangkap basah baru saja maling ayam."Ngoookk!"Hewan berleher panjang berbulu putih itu mulai melotot ke arahku dan mengejarku tanpa ampun."Ya Allah! Tolong!" Aku berlari pontang panting saat sekawanan angsa mengejarku dengan ganas."Gimana sih doa mengusir Angsa?" Aku mencoba berpikir sambil berlari terengah-engah.Tak kuhiraukan jilbab yang miring-miring di kepala. Semakin cepat aku berlari, rasanya hewan berbulu putih itu pun semakin cepat mengejar. Bahkan salah satu diantaranya sempat menyambar rokku yang berkibar-kibar membuat semangatku berlari semakin berkobar."Allahummabariklana fiimarozaqtana waqina 'adzaa bannar!" seruku cepat.Tapi bukannya menjauh, preman kampung itu justru semakin gencar mengejar."Ya Allah, tolonglah hambaMu yang jomblo ini dan sering nyari jodoh di kolom komentar f******k orang!" aku berdoa dalam hati.Aku berlari sambil mencari pertolongan. Tapi nihil, semua warga kampung pasti sedang salat asar di masjid."Hih, ini semua gara-gara Rangga sampai aku bolos salat di masjid dan dikejar angsa," runtukku lagi.Aku melihat angsa itu mendekat. Dan saat aku melihat ada sebatang pohon mangga di halaman sebuah rumah, tanpa pikir panjang aku segera menaikinya."Hup..hup..hup!"Aku memanjat pohon mangga itu dengan bersemangat. Cantik-cantik gini aku dulu mantan juara PPK alias Panjat Pinang Kampung."Duh, gini amat sih nasib. Baru saja digosting sama cem-ceman sekarang dikejar angsa, ya Allah," batinku sambil melihat ke bawah."Weekkk, weeekk!" Aku menjulurkan lidah pada para angsa yang sedang bernyanyi dibawah."Heh, kapok Lu. Layla dilawan!" tukasku seraya mengambil mangga mentah lalu melempari angsa itu dari atas.Angsa-angsa itu mendongak seraya memandangku penuh dendam."Rasain. Nggak bisa nyosor aku kan Luh!"Aku tertawa-tawa lalu tiba-tiba mataku tertumbuk pada sebuah mangga masak yang letaknya jauh di atas kepala.Air liur tanpa terasa mengalir. Dengan refleks aku memanjat ke atas pohon yang lebih tinggi untuk mengambil harum manis itu.Begitu terpegang oleh tangan, aku mengusap mangga dengan penuh cinta."Duh, kalau makan langsung entar dikira maling. Gak dimakan langsung kok menggoda imun."Aku memandangi mangga itu dengan bingung."Ah, dimakan dulu deh, lagian kan rumah ini sudah lama kosong. Masak iya aku minta ijin makan mangga sama demitnya."Aku mengupas kulit mangga dengan gigi. Lalu langsung menggigiti dagingnya dengan nikmat. Enak bener nih, makan mangga sambil nangkring langsung di dahan pohonnya.Tiba-tiba, sesuatu terjatuh di tangan. Refleks aku meliriknya. "Aargghh! ulat bulu jahan*m!"Aku mengibas-kibaskan tanganku dan tanpa sadar kakiku tak menginjak dahan dengan benar."Krosaaakk!"Aku terjun bebas dari dahan pohon mangga dan memejamkan mata sambil membayangkan aku mendarat diatas kasur springbed.Aaaaarghh."Mbak, awaaassss!"Sekonyong-konyong sepasang tangan menangkapku saat jatuh.Buugghhh!"Astaghfirullah," aku mendengar suara bening di sebelahku.Aku masih memejamkan mata. "Apa aku sudah meninggal dan sekarang digendong oleh malaikat? Tapi kenapa malaikatnya bisa beristighfar?""Ya Allah, Layla! Turun kamu, gak punya malu, menyamankan diri digendong Pak Dokter! Pak Dokter, turunkan saja Layla, Pak. Dia suka bercanda."Aku terkejut.Lah, kok suara bapak! Aku membuka mata. Dan alamak! Kok ada oppa Le min ho* sedang menggendong aku tadi bagaimana ceritanya!?Aku terkejut dan senang. Sesaat aku seakan mendengar lagu India saat berpandangan dengan Om Minho. Tapi tak lama kemudian sebuah jeweran mampir di kuping."Mudun Nduk. Ojo ngelunjak!""Ampun, Pak." Aku bergegas turun dari tangan Om Minho eh siapa tadi namanya, pak dokter ding.Aku melihat terpesona ke arah pak dokter yang langsung menundukkan kepala."Heh, Layla. Bisa bolong dahi pak dokter kalau kamu pandangi terus menerus!" seru bapak lagi."Eh iya Pak," tukasku lantas melipir dan memberi jalan pada bapak dan dokter ganteng itu. Om dokter itu menggandeng seorang bocah perempuan kecil yang menatapku dengan ekspresi penasaran.Aku segera melambaikan tangan dan menunjukkan senyum manisku pada bocah itu."Lah, kok masuk rumah kosong itu," gumamku bingung. "Tapi siapa ya bocah itu? Masa sih om dokter sudah punya anak? Terus mana ya istrinya? Jangan-jangan duda."Baru saja ingin menuntaskan rasa kepo dengan mengikuti bapak, tiba-tiba suara perempuan yang menurutku tercantik di dunia terdengar melengking, "Anak ini bukannya salat di masjid, malah main disini. Pulang dulu, rumahnya belum disapu!"Aku menoleh dan melihat ibu yang masih mengenakan mukena berkacak pinggang di hadapanku."Hm, hilang kesempatan untuk menjadi eonni deh," gumamku lalu nyengir dan ngeloyor pulang ke rumah.***"Pak, jadi rumah di dekat sawah itu sudah ada penghuninya?" tanyaku hati-hati saat bapak sedang duduk di teras rumah.Sepiring pisang goreng di atas meja, di samping tempat duduk bapak tampak menggoda. Tapi aku tidak akan tergoda oleh rayuan pisang goreng itu. Sebelum kabar tentang pak Dokter menjadi jelas, aku tidak akan memakannya. Tapi aku harus main jaim dalam menanyakan hal itu.Jangan sampai bapak curiga kalau aku ada perasaan dengan pak Dokter. Bisa segera dinikahkan nih. Kan enak. Eh!"Hm." Hanya itu jawaban bapak sambil mengotak-atik Hp."Pak, pelit banget sih jawabannya,""Sebentar, ini Bapak harus mengatur ulang jadwal perkenalan pak Dokter hari ini di balai desa. Tapi Bapak kesulitan mengirim pesan w******p," kata bapak.Bapak memang baru saja dibelikan Hp baru oleh kakak perempuan ku yang bekerja di kota.Mendengar nama pak Dokter, otakku langsung naik level jadi pentium 4."Biar Layla yang ngetik Pak," tukasku penuh percaya diri.Bapak pun mengulurkan ponselnya padaku."Ayo tulis sesuai yang Bapak diktekan!""Siap!" tukasku cepat sambil membuka aplikasi w******p di ponsel bapak."Siapa nama dokter yang baru datang tadi, Pak?" tanyaku."Dokter Marzuki," jawab bapak singkat.Aku segera mencari nama kontak dokter Marzuki dan dengan segera menemukannya. Radarku memang tidak pernah lemot dalam urusan jodoh. Eh!"Jadi, apa yang harus Layla ketik Pak?" tanyaku. Bapak lalu mengatakan sederet kalimat dan aku segera mengetiknya di ponsel bapak.[Assalamu'alaikum Dokter, bisa tidak melakukan perkenalan di hati ini?]"Sudah Pak," aku mengembalikan ponsel bapak sambil tersenyum."Oke La, terimakasih."Belum sempat aku mengangguk, tiba-tiba ponsel bapak berbunyi."Assalamualaikum, gimana pak Dokter?" tanya bapak setelah menekan loudspeaker."Wa'alaikumsalam. Maksudnya saya harus berkenalan dengan hati siapa ya Pak?" terdengar suara dokter Marzuki dari seberang."Lah, kok bisa hati? Maksud saya perkenalan di hari ini dengan para warga di balai desa," kata bapak memandangiku dengan wajah garang, membuat hatiku berdebar-debar dan waspada."Oh, hari ya. Soalnya di pesan w******p kok ditulisnya hati ini. Makanya, saya bingung hati siapa yang harus saya kenal?" tukas pak Dokter tertawa.Wajah bapak memerah. Sementara aku bersiap menjinjing rok semata kakiku dan kabur keluar halaman.Dan benar saja, setelah Bapak mengakhiri panggilan teleponnya, beliau langsung berdiri dan mengambil ancang-ancang untuk mengejarku yang telah menjauh dari teras rumah."Layla! Aneh-aneh saja kamu!" seru bapak sambil mengacungkan sapu lidi yang teronggok tak bersalah di pojok rumah ke arahku."Ampun Pak. Layla bercanda!"Aku berlari menghindar dari ayunan sapu yang Bapak pegang sambil tertawa-tawa.Next?Tiara mendelik, dia langsung terduduk di ranjang hotel dan memutar ulang video yang menampilkan sosoknya yang sedang marah-marah. "Sial*n! Siapa yang telah merekam dan mempermalukanku? Ini pasti kerjaan bocil genit itu! Bisa-bisa nya mas Marzuki mencintai anak kecil padahal aku masih hidup. Aku tidak terima! Aku akan membalas bocil itu!"Tangan Tiara mengepal. "Tapi apa yang bisa aku lakukan untuk membuat mas Marzuki meninggalkan bocil itu?!"Tiara berdiri lalu mondar mandir di dalam kamar hotelnya, mencari ide untuk membuat Marzuki membenci Laila. Mendadak sebuah ide terlintas di kepalanya. "Ah, betul juga! Kalau wajah Laila menjadi cacat, Mas Marzuki dan Yasmin pasti tidak mau mendekati bocil itu lagi. Dan saat itulah aku akan merebut perhatian mereka. Mereka pasti akan menerima perhatian dariku," desis Tiara dengan penuh keyakinan. Dia lantas membuka internet lalu mencari tahu di online shop tentang barang yang bisa membantu rencananya. ***Laila dengan tangan gemetar mencelupk
Tiara yang sudah mengenal suara di belakang nya menghela nafas dan berbalik ke belakang. "Hai, Mas Rizki. Kamu sampai di sini juga?" tanya Tiara berbasa basi seraya menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya. "Tentu saja. Setelah kamu minggat, aku langsung memerintahkan orang untuk mencari keberadaan kamu. Ternyata kamu di sini. Jauh-jauh dari jakarta ke kota terpencil ini hanya untuk mengganggu suami orang. Ck, ck, aku tidak menyangka kalau kamu akan berbuat sesuatu seperti ini. Kamu benar-benar berbakat menjadi pelakor, Ti," sahut Rizki, sang suami. Tiara tergelak. "Pelakor? Hati-hati kalau kamu bicara, Mas! Dia mantan suamiku, jadi aku ...""Memang di masa lalu, dia adalah suami kamu. Tapi saat ini dia kan sudah mempunyai keluarga baru, istri baru, seharusnya kamu tahu diri dan tidak merusak kehidupan rumah tangganya!"Tawa Tiara semakin terdengar keras. "Hahaha! Kamu ini lucu sekali, Mas! Kamu dulu menjadi pebinor dan merebutku dari mas Marzuki sehingga kami bercerai, dan sek
"Mas, tolong aku!" ujar Tiara dengan penuh harap menatap ke arah Marzuki. "Aku mengalami KDRT! Aku kabur dari suamiku! Tolong tampung aku di rumah kamu, Mas!" seru Tiara lagi dengan sangat memelas. Laila mendelik, sebenarnya dalam hatinya sangat ingin mencakar dan menjambak Tiara. Tapi ditahannya karena Laila tidak mau mengotori tangan nya dengan memegang sampah. Wajah Marzuki menegang melihat Tiara yang datang menemui mereka, apalagi di hadapan Yasmin. "Kok kamu bisa kesini?" tanya Marzuki dengan wajah parau. Ditatapnya wajah dan tubuh Tiara yang terdapat lebam-lebam di beberapa tempat. "Mas, kalau enggak di sini, aku harus kemana? Lihatlah luka-luka di tubuhku ini. Aku dipukuli suami ku. Tidakkah kamu kasihan, Mas? Aku hanya punya kamu. Kamu kan tahu kalau orang tuaku meninggal sejak SMA dan aku bisa hidup karena bantuan kamu," ujar Tiara dengan wajah memelas. Baru saja Laila hendak merespon ucapan Tiara saat Marzuki menunjuk wajah Tiara dengan serius. "Kamu tahu bahwa hanya a
Laila terbangun dan merab* ranjang di samping nya."Kok kosong? Mana mas Marzuki ya?" gumam Laila lalu duduk di atas ranjang dan melihat sekeliling kamar."Mungkin masih salat di masjid atau lihat tivi. Hm, ini kan hari Minggu. Puskesmas libur dan hanya on call," ujar Laila lagi. Dia melihat ke arah jam di kamar. "Sudah jam lima nih. Musti mandi dulu sebelum salat."Laila pun bergegas ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar lalu segera membersihkan diri. Setelah mandi dan menunaikan salat subuh, Laila mengering kan rambut nya dengan hair dryer lalu keluar dari kamar. "Mama! Selamat ulang tahun!" seru Yasmin riang begitu Laila membuka pintu kamarnya. Laila yang saat itu sedang mengenakan daster warna kuning merasa sangat bahagia dan terkejut saat melihat kue berbentuk lingkaran mungil yang sedang dipegang oleh Yasmin. Lalu dari arah belakang tampak Marzuki yang sedang mengenakan celemek dan membawa sendok sayur sedang berjalan menuju ke arah Laila dan Yasmin. Sedangkan bi Inah
Laila terbangun saat merasakan dinginnya AC yang menyentuh kulitnya, dengan segera di Laila menarik selimut nya lagi. "Dingin ya?" sapa sebuah suara yang berbisik di telinga Laila. Laila mengangguk manja. Dan Marzuki yang ada di belakang Laila memeluk erat sang istri semakin erat. "Ya sudah. Aku peluk lagi. Atau kamu mau kita mengulang yang semalam?" tanya Marzuki seraya menciumi pundak dan punggung Laila sehingga perempuan itu terkikik geli dan manja. "Mas, geli tahu!" bisik Laila lalu membalikkan badannya ke arah Marzuki. Mereka saling bertatapan di dalam remang cahaya lampu kamar tidur. Laila memandang jam bulat melalui pundak Marzuki yang tertempel di dinding kamar. 'Masih jam satu rupanya.'Marzuki meletakkan tangannya ke pipi Laila dan berbisik merdu. "Kenapa kamu memandang kearah belakang ku? Aku hanya ingin kamu menatap ke arahku, Sayang."Marzuki menangkup wajah Laila lalu mengecup pipi istrinya perlahan. Laila mengalihkan pandangan nya ke arah Marzuki. "Lalu aku harus
"Mama! Papa!" Yasmin melambaikan tangan pada Laila dan Marzuki dari layar ponsel. "Sayang!" Laila memberikan kecup jauh untuk gadis kecil itu."Mama dimana?" tanya Yasmin lagi."Bagaimana ini, Yang? Kita jemput Yasmin di pintu masuk hotel. Daripada nanti dia bertemu dengan Tiara lebih dulu."Marzuki menoleh pada Laila dan terlihat bingung."Baiklah Mas, ayo kita jemput mami dan Yasmin." Laila menarik tangan Marzuki dan mereka berjalan menuju gapura pintu masuk hotel."Mama!"Yasmin berlari dan menghambur memeluk Laila. "Hap!"Laila memeluk Yasmin beberapa lama, lalu melanjutkan langkah menuju papi dan mami kemudian mencium punggung tangan keduanya."Yasmin sudah makan?" tanya Laila sambil mengelus kepala Yasmin perlahan. "Belum, Ma.""Ayo makan dulu ke resto. Restonya bagus dan ada kolam renangnya." Laila berjalan mendahului Marzuki dan orangtuanya menuju ke resto."Yasmin mau makan apa?" tanya Marzuki."Ayam goreng, Pa."Marzuki segera menulis ayam goreng krispi di kertas menu l
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen