Semua Bab I Love You, Gadis Tengil!: Bab 31 - Bab 40
49 Bab
Bab 31 (Nyaris Ketahuan)
Ayana yang awalnya berencana hanya akan menginap satu malam saja, berubah pikiran mendadak. Ia memilih menambah waktu lagi untuk bercanda dan berbagi cerita dengan sang menantu, apalagi terlihat keduanya sangat klop. Ayana bahkan tidak menggubris Naufal, yang jelas-jelas putra kandungnya. Ia hanya akan mengomel pada Naufal. Semua geraknya menjadi tidak bebas saat ada Ayana.Seperti pagi ini, Hanan yang juga kebetulan hendak berangkat bekerja, sama seperti Naufal. Tentu bukan hal aneh lagi, jika keduanya mengurus diri masing-masing. Kebetulan pula mereka tidak pernah berangkat bekerja di jam yang sama. Baru kali ini mengalami, lebih parahnya ada sang mami. Sepertinya akan ada drama di pagi hari."Kalian mau ke mana?" tanya Ayana.Terlihat Hanan yang sedang sibuk memakai sepatu dan Naufal yang sudah terlihat bersiap-siap hendak berangkat.Hanan menoleh. "Kerja dong, Mi. Biar banyak uang, bisa jalan-jalan, shopping sepuasnya pakai uang hasil keringat sendiri."Tidak tahu saja, ucapan Han
Baca selengkapnya
Bab 32 (Permintaan Ayana dan Manda)
Hanan menganggap hal biasa saja. Menghampiri Ayana dan Manda yang sudah duduk berdampingan. Terlihat sangat akur sekali berbesanan jika seperti itu. Sungguh langka rasanya. Apalagi di zaman sekarang, kebanyakan kepada besan sering saling menyindir dan membicarakan keburukan. Padahal tidak ada bedanya satu sama lain. Namun, anehnya ketika berjumpa seolah-olah teman akrab dan dekat.Sepertinya kedekatan Ayana dan Manda berbanding terbalik dengan hubungan anak mereka masing-masing. Hanan dan Naufal sudah pasti berada di kubu yang berbeda. Mirip Tom and Jerry yang tidak pernah akur jika berjumpa. Hm, sepertinya jika sedang menonton tayangan cartoon tersebut, mereka terkadang akur meskipun sebentar. Sedangkan Hanan saja selalu mengeluarkan taringnya jika sudah berhadapan dengan Naufal."Mukanya gak usah tegang gitu, kayak nahan BAB aja," celetuk Ayana."Muka siapa, Mi?" tanya Hanan."Kalian dong. Masa muka kita berdua sih?" timpal Manda.Terlihat jelas bukan? kekompakan dua wanita satu gen
Baca selengkapnya
Bab 33 (Cieee, Rumah Baru)
Mata Hanan tak sengaja menatap Manda. Ada raut sendu yang tergambarkan. Mungkin Manda tak menyadari. Namun, Hanan menyadari hal tersebut. Ikatan batin antara Ibu dan anak itu kuat. Tidak perlu berbohong untuk menutupinya. Terkadang orang memilih untuk berpura-pura tidak tahu apa-apa.Manda memang terlihat lebih banyak diam dibandingkan Ayana. Hanya sesekali menyela dan ikut nimbrung. Ia juga terlihat tak secerewet saat sedang berkumpul dengan teman-teman arisannya, tentu saja ada Ayana didalamnya."Mama kenapa?" Akhirnya lolos juga pertanyaan seperti itu dari bibir Hanan.Manda hanya menggelengkan kepala, tersenyum pada Hanan. Seolah-olah mengatakan bahwa ia baik-baik saja. "Mama bohong? Katakan saja, ada apa?" desak Hanan."Sini, biar Mami kasih tau." Ayana menimpali.Hanan menoleh, menatap Ayana yang tersenyum hangat padanya."Sayang, segalak apa pun seorang ibu, tetap akan merasa kehilangan ketika harus berpisah dengan anaknya. Bagaimana juga sikap beliau pada kita sebagai seorang
Baca selengkapnya
Bab 34 (Kasihan Sekali Kamu)
Hanan sibuk memilih beberapa snack, hingga tanpa sadar troli belanja sudah penuh dengan aneka ragam. Ia tidak memperdulikan Naufal yang terlihat mulai bosan mengikuti langkahnya dari belakang. Ah sesekali memberi pekerjaan tambahan. Sepertinya tidak ada masalah, tidak setiap hari juga. Jarang-jarang makhluk modelan seperti Naufal mau berbaik hati pada Hanan. Namanya pergunakan kesempatan dalam kesempitan dengan baik."Cuman mau beli snack doang buat Papa," sindir Naufal.Hanan menoleh, menatap sinis wajah Naufal. Benar-benar cerewet sekali, entah mengidam apa dulu Mami Ayana. Afa, sang adik ipar, sepertinya tidak sebawel Naufal. Jangan-jangan anak pungut, yang bernasib baik. Eh, tetapi kalau diperhatikan wajah Naufal mirip sama Mami Ayana."Mau beli apa lagi sih?" gerutu Naufal saat melihat Hanan mendekatkan diri ke baris yang berisi body lotion dan sejenisnya."Terasi udang.""Gak salah? Jangan ngigau dong, Nan!""Udah tau salah, ngapain nanya. Kamu 'kan bisa liat, Aku lagi milih apa
Baca selengkapnya
Bab 35 (Lucu)
Sanga gila sekali, memang perlu diapresiasi dengan tepuk tangan meriah. Seolah-olah sikap Naufal itu adalah sebuah hal wajar dalam membela orang yang ia cintai. Bahkan sampai lupa diri dan tidak menghargai Hanan sama sekali. Melukai hati Hanan tadi, mengapa baru sadar sekarang dan meminta maaf? Selambat itukah otak dan hati Naufal bekerja?"Hanan!"Hanan kembali tersentak dari lamunan, Ia sibuk berperang dengan isi pikirannya. Memilih mengabaikan pesan dari Naufal. Tidak ada gunanya. Terlalu rumit dan melelahkan, dulu ia percaya kehidupan drama rumah tangga yang rumit hanya ada di televisi. Nyatanya ia kini merasakan."Iya, ada apa, Mama?" Hanan menghampiri Manda yang memegang sapu di depan teras rumah."Kamu ngapain ngelamun di depan gerbang? Lah, terus mana Naufal? Bukannya tadi bareng mau ke rumah papimu? Kamu pulang pakai apa?" cerca Manda.Hanan mengendikkan bahu acuh. Bersyukur yang memergoki bukan Ayana. Jadi, Hanan tidak perlu berakting dan mencari alasan menutupi segalanya. S
Baca selengkapnya
Bab 36 (Kubebaskan Kamu)
Hanan tersenyum melihat kegugupan Naufal. Menghela napas, perlu persiapan juga untuk berbicara."Gak usah grogi gitu. Bukannya tadi kamu bilang kita selesaikan di rumah baru? Hm, jangan dipikirkan, nanti bisa-bisa kamu ngompol di celana. Sudahlah, ayo kita berangkat!" ujar Hanan.Hanan tidak lagi menghiraukan Naufal. Meraih tote bag yang menggantung, lalu memasukkan ponsel dan notebook. Bergegas keluar dari kamar untuk menemui Manda dan Ayana. Sudah pasti ditunggu, tak baik berlama-lama di dalam kamar berdua. Nanti bisa-bisa dua wanita satu generasi tersebut berpikir yang tidak-tidak."Mana Naufal?" tanya Ayana."Masih di kamar, Mi. Mungkin masih merapikan penampilan biar terlihat necis.""Halah, kayak mau ke mana aja. Memang siapa yang mau ngelirik dia? Wong beres-beres di dalam rumah, bukan mau tebar pesona. Ngapain diizinkan bergaya? Naufal jangan dibiarkan bergaya seperti masih bujangan. Dia kadang suka narsis, gak tebar pesona aja masih ada yang ngelirik godain." Ayana terus saja
Baca selengkapnya
Bab 37 (Tak Habis pikir)
"Seriusan nyuruh aku buat ngertiin kamu?" cibir Hanan.Naufal terdiam, mungkin saja menyadari ucapannya yang salah. Bisa jadi juga ia sedang sibuk merangkai kata untuk terus menyudutkan Hanan. Tidak tahu saja, Naufal selalu pandai bersilat lidah. Bahkan kemampuan bicaranya melebih Hanan, yang seorang perempuan."Selamat malam." Pada akhirnya Hanan menutup pembicaraan untuk malam ini. Ia bergegas masuk ke dalam ruang sholat. Bahkan saat terlihat sedikit kesusahan mengangkat kasur, Naufal sama sekali tidak menawarkan bantuan pada Hanan. Ah, sudahlah, Hanan bukan perempuan manja, Ia sudah terbiasa serba mandiri. Kenapa harus berharap bantuan pada Naufal?Hanan membaringkan tubuhnya, menatap langit-langit kamar. Ada sesal yang semakin mendalam, ketika mengingat semua hal yang sudah terjadi. Ingin rasanya kembali pada masa di mana ia masih bisa tertawa bebas dan tidak ada hak orang lain mengekang hidupnya. Ya, meskipun ia tidak punya rumah untuk pulang dan mengadu. Orang bilang, rumah oran
Baca selengkapnya
Bab 38 (Katanya Ibu Rumah Tangga)
'Jangan-jangan Naufal cari kesempatan dalam kesempitan. Aku harus bagaimana ini? Percuma juga memberontak, tenaga dia sudah pasti lebih kuat dibandingkan denganku. Memang sialan bener jadi orang! Curi-curi kesempatan, memanfaatkan kelengahanku. Benar-benar menyesal, andai tadi gak keukeuh masuk ke kandang singa. Aku pasti malam ini selamat dan bebas jungkir balik di kamar. Argh! Aku gak akan memaafkan diriku sendiri jika terjadi sesuatu malam ini!' batin Hanan."Jangan kedip-kedip begitu matanya. Apa kamu sedang berusaha menggodaku, Hanan?" tanya Naufal."A-aku sedang menahan sesak di dada, bisa lepaskan aku dari pelukanmu? Tenang saja, kasal buntung, Aku gak akan kabur dari kamarmu ini. Lagian sama kamu udah dikunci, gak mungkin aku lompat dari jendela, kayak maling aja." Hanan berusaha membujuk Naufal. Detak jantungnya sudah tidak aman, jika terus-terusan berdekatan dengan Naufal."Jangan banyak protes, sekarang pejamkan saja matamu. Lihat saja besok pagi, apa yang akan terjadi pada
Baca selengkapnya
Bab 39 (Jalani Saja)
Naufal senyum-senyum tanpa sebab, mirip orang gila saja. Ingin sekali Hanan menampol wajah Naufal yang sok ganteng itu. Pada awalnya menyetujui untuk pisah rumah dengan Manda secepatnya itu ada maksud tertentu, ingin bebas meluapkan segala rasa kesal ketika tahu Naufal bertingkah. Namun, sepertinya Hanya malah semakin tidak bebas untuk bergerak."Kamu kerja sif sore?" tanya Naufal disela-sela kunyahan."Hm.""Aku tinggal kerja gak papa?" Hanan mendengus sebal, sok perduli sekali jadi orang. Sejak kapan mau berangkat kerja ngomong dulu ke Hanan. Ah, terserah, mau jungkir balik sekalipun. Hanan memilih menganggukkan kepalanya."Aku berangkat dulu, hati-hati di rumah, ya? Jangan lupa kunci semua pintu rumah saat berangkat kerja. Satu lagi, persiapkan diri untuk nanti malam saat aku pulang kerja.""Gak usah lebay!" dengus Hanan."Cuman sama kamu kok." Naufal memberikan ponsel Hanan yang sengaja ia sembunyikan.Sepertinya Naufal memang kurang waras, mungkin saja sedang merindukan sang man
Baca selengkapnya
Bab 40 (Entahlah)
"Gak usah melotot, Aku hanya membicarakan fakta. Aku tau, kamu bisa melewatinya. Jangan menyerah sebelum mencoba. Kamu gak bisa teru menerus menghindari, harus bisa menerima kenyataan. Aku paham, Hanan, semuanya sulit. Sebelumnya aku minta maaf, kalau kesannya memaksa kamu dan menyudutkan. Seolah-olah gak berpihak ke kamu.Percayalah, lihat kamu bahagia itu juga bagian kebahagiaanku. Aku juga sebenarnya kurang suka sama Naufal yang kurang tegas. Tetapi, Kamu yang punya sifat tegas dan keras kepala, Aku yakin bisa bikin Naufal berubah. Kamu perlu menyentil si ulat bulu itu."Hanan terdiam, mendengar nasihat dari Lyra. Biasanya tak pernah sibuk mengurusi rumah tangganya. Kecuali Hanan yang sering kabur-kaburan menghindari masalah. Memang tidak salah yang diucapkan oleh Lyra, tetapi tidak lupa semuanya benar. Hanan merasa seolah-olah semua orang sedang menyudutkan dirinya, agar mau menerima Naufal. Lalu, bagaimana dengan Naufal sendiri?"Kok kamu gitu sih? Sekarang aja, kamu belum menika
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status