"Nggak usah, An, saya bisa sendiri," tolak dr. Ahmad."Tapi susah, kan? Posisinya sulit untuk pandangan Habib menjangkau lukanya. Nggak apa-apa, biar saya bantu, Bib," rayu Anjani seraya mengambil alih kasa dari tangan dr. Ahmad, kemudian melanjutkan membersihkan lukanya."Ya Allah, Bib, ini lukanya dalem, loh. Habib yakin nggak mau ke rumah sakit?" tanya Anjani khawatir."Nggak seberapa itu, An, masih aman kok. Masih belum sedalam cintaku padamu," goda dr. Ahmad membuat Anjani meliriknya salah tingkah."Kalau sakit atau salah Habib bilang, ya?" ucap Anjani dengan pandangan kembali fokus pada luka di perut dr. Ahmad."Kalau seperti ini mana mungkin saya bisa merasakan sakit, An?" balas dr. Ahmad dengan senyuman dan pandangan tak lepas dari Anjani."Maksudnya, Bib?" tanya Anjani seraya menghentikan aktivitasnya sesaat."Sebab semua rasa sudah terkalahkan oleh rasa bahagia. Siapa yang nggak bahagia dirawat dan diperhatikan oleh bidadari surga yang nyasar di dunia seperti ini?" sahut dr.
Baca selengkapnya