All Chapters of Istri Presdir yang Berkuasa: Chapter 21 - Chapter 30
439 Chapters
Mantan Pelayan Bar
“Silakan ikuti saya, Nona.”Iris melirik Felicia dan Esme untuk terakhir kalinya sebelum menyusul staf toko ke kasir. Iris menghela napas lega karena Esme dan Felicia tidak melihat Dimitri. Dia segera mencari putranya.Orang-orang di sekitar yang menonton juga mulai bubar. “Apa-apaan perempuan murahan itu!” Esme sangat marah.Dia menoleh memelototi Felicia. “Apa maksud kata-kata Iris? Kerja sama apa yang dia maksud?!”Felicia terlihat meringis dan berkata dengan hati-hati, “Bibi, aku lupa memberitahumu. Iris adalah Direktur Utama WLT Group. Baru-baru ini RDY Group dan WLT Group bekerja sama untuk proyek taman bermain Big Island.”Wajah Esme terkejut dan memucat.“Apa kamu bilang?! Dia Direktur Utama WLT Group? Bagaimana wanita murahan itu bisa jadi Direktur?!” desisnya tidak percaya.“Aku juga tidak ingin percaya. Siapa yang menyangka mantan pelayan bar bisa menjadi direktur utama. Mungkin dia menjual tubuhnya atau menjadi wanita simpanan pria dari keluarga Wallington? Wanita pemanja
Read more
Kecurigaan Felicia
Setelah meninggalkan mal, Felicia gelisah di kamarnya. Dia terus memikirkan anak yang bersama Iris di mal. Wajah anak itu mirip dengan Aiden. Dia tidak yakin Iris sudah menikah lagi setelah bercerai dengan Aiden. Felicia harus memastikan sendiri apa anak itu adalah anak Aiden atau pria lain, dan harus menyingkirkan anak itu lebih cepat sebelum menimbulkan masalah untuknya di masa depan. Felicia berhenti berpikir dan mengambil tasnya lalu keluar dari kamar, pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang. Felicia mengendarai mobilnya selama satu jam sebelum berhenti di sebuah pub terpencil. Dia harus menyewa seseorang untuk menyelidiki Iris dan mengawasi anak itu. Dia harus menyingkirkan anak itu tak peduli siapa ayahnya. Firasatnya mengatakan anak itu akan membawa bencana pada rencananya dan Aiden. .... “Mommy, kita mau ke mana?” Dimitri menarik tangan Iris dengan wajah mengantuk saat Iris membawanya berjalan kaki menuju ke suatu tempat. Iris tersenyum menatap wajah kecil Dimitri y
Read more
Bunga Anyelir Merah Muda
Senyum di wajah Dimitri menghilang dan dia menatap ibunya tanpa berkedip. Meskipun dia anak berusia lima tahun, dia mengerti apa kata ‘pergi ke awan’ karena orang-orang dewasa selalu menggunakan alasan tersebut ketika menyebutkan orang yang sudah meninggal. “Dimi mengerti. Kakek Philip juga pergi ke awan. Dimi juga tidak bisa bertemu Kakek Philip lagi,” ujarnya dengan suara kekanakannya. Iris tersenyum sedih mengusap rambut Dimitri. “Tapi, kita masih bisa mengunjungi kakak Zein, Dimi mau ikut, ‘kan?” Dimitri mengangguk. Wajah mengantuknya sudah menghilang setelah mengetahui tentang saudara laki-lakinya. “Kalau begitu mari kita pergi beli bunga sebelum mengunjungi Kakak Zein,” ajak Iris berdiri dan meraih tangan mungil Dimitri. Iris membawa Dimitri ke salah satu toko bunga dekat area pemakaman. Toko bunga itu buka meskipun masih pagi. Setelah memilih bunga anyelir berwarna merah muda, Iris membawa Dimitri untuk membayar bunga tersebut. “Anda datang pagi-pagi, siapa yang ingin Anda
Read more
Makam Zein
“Dimitri, ayo beri salam pada kakakmu,” pintanya lembut mengulurkan tangannya pada Dimitri agar mendekat ke pusara Zein. Dimitri patuh mendekat dengan kaki kecilnya berdiri di samping makan Zein dan memberi salam ke pusara Zein. Dia berjongkok mengusap batu nisan Zein. “Halo, Kakak, namaku Dimitri. Aku adalah adikmu. Meskipun kita tidak pernah bertemu, aku senang memiliki Kakak.” Mata Iris memerah mendengar kata-kata Dimitri. Dia merangkul putranya dan memandang pusara Zein. “Sayangku, Zein putra mommy, maaf mommy baru datang berkunjung. Apa kamu baik-baik saja di sana? Kamu bersama Kakek dan Nenek?” bisik Iris penuh kerinduan. Tidak ada yang menanggapi ucapannya. Anak yang terbaring di bawah sana tidak akan bangun dan tak peduli berapa banyak Iris merindukannya. Mata Iris terpejam membiarkan air matanya mengalir di pipinya. ‘Sayang, mommy berjanji akan membalas orang-orang yang membunuhmu,’ bisiknya lirih dalam hati. “Mommy ....” Sebuah tangan kecil mengusap pipi Iris membuatny
Read more
Kecelakaan Dimitri
Iris selalu peduli dengan gizi putranya, namun kali ini ia berpikir tidak ada salahnya membelikan cumi-cumi bakar sesekali pada Dimitri. Dia sudah sering memakannya sejak kecil dan tidak berpengaruh pada kesehatannya. Iris tersenyum dan mengangguk. “Asal Dimi merahasiakan ini dari nenek Lilian, janji?” dia membungkuk mengulurkan jari kelingkingnya pada Dimitri. Mata Dimitri berbinar. “Yeay, Dimi janji tidak akan kasih tahu Nenek!” serunya gembira menjalin jari kelingking mungilnya pada jari kelingking Iris. Iris tersenyum menggenggam tangan Dimitri dan membawanya ke stand makanan jajanan cumi-cumi bakar. Akan tetapi, sayangnya stand itu cukup ramai pembeli yang berkerumun. Jika dia menunggu para pembeli yang lain selesai, itu akan memakan waktu lama. Belum lagi pembeli selalu berdatangan. Stand jajanan itu tampaknya sangat disukai dan laris oleh pembeli. “Mommy, kapan belinya? Aku lapar ....” Dimitri mengeluh setelah menunggu selama hampir sepuluh menit. “Sebentar sayang tunggu m
Read more
Pertemuan yang Tak Terduga
“Tolong telepon ambulans! Anak itu berdarah!” “Dimitri! anakku!” tangis Iris histeris menerobos kerumunan, mencoba melihat keadaan putranya.“Tolong minggir, aku ibunya!” Iris menangis tidak bisa menerobos kerumunan orang di sekitar lokasi.Orang-orang mendengar tangisan Iris dan memberinya jalan.“Dimi! Anakku!” Iris jatuh berlutut menutup mulutnya dan menangis melihat putranya berdarah di pelukan seorang pria. “Dimi, sayangku ....” Dia tidak memperhatikan Aiden dan menangis ingin mengambil Dimitri ke pelukannya.Tangisan Iris menarik perhatian Aiden. Aiden menoleh menatapnya dengan tatapan heran dan terkejut. “Dia anakmu?”Iris mendongak menatap Aiden. Matanya melebar terkejut dan tergagap.“A-Aiden ....”Mata Aiden menyipit menatapnya curiga. Namun, seorang pria memberitahu mereka dan memutuskan tatapan Aiden dan Iris.“Tuan, kami sudah menelepon ambulans. Tolong jangan gerakan anak itu. Takut anak itu mengalami luka parah.”Aiden mengalihkan pandangannya pada anak di p
Read more
Kegelisahan Iris
Iris paling takut Aiden dan Dimitri akan saling mengenali satu sama lain sebagai ayah dan anak. Bagaimanapun darah lebih kental daripada air.Bunyi alat monitor medis menarik Iris dari pikiran gelisahnya. Dia mengalihkan pandangannya dengan cemas pada petugas ambulans.“Apa putraku akan baik-baik saja?”“Pasien kehilangan banyak darah dan lengan kanannya patah. Anak ini harus segera dioperasi. Tolong sebutkan identitas dan golongan darah anak ini.”Mata Iris memerah dan air matanya mengalir menatap wajah berdarah putranya. Bagaimana putra kecilnya bisa menahan luka separah ini? Dia bahkan tidak pernah terjatuh.Iris mengabaikan keberadaan Aiden dan memberitahu identitas Dimitri beserta golongan darahnya.Setelah petugas selesai mencatat, Iris meraih tangan mungil Dimitri. Dia mencium tangannya dengan penuh sayang dan penyesalan. Seandainya dia tidak melepaskan tangan Dimitri, putranya tidak akan lepas dari pengawasannya dan mengalami kecelakaan.“Maafkan mommy, Sayang ... mommy
Read more
Kecurigaan Aiden
Aiden menyipit menatap Iris selama beberapa saat. Dia bersandar lemah, namun menatap Iris curiga. “Sejak tadi kamu gelisah dan bahkan tidak tulus berterima kasih, sekarang kamu ingin mengusirku. Apa sebenarnya yang kamu sembunyikan?”Iris berkedip dan memelototi Aiden. “Memangnya apa yang harus aku sembunyikan darimu?”Aiden tidak menjawab selama beberapa saat sebelum mengalihkan pandangannya ke pintu ruang operasi yang tertutup rapat. “Mungkin tentang putramu. Aneh karena kamu tiba-tiba punya anak. Dilihat dari sosok Dimitri, seharusnya dia berumur lima tahun, ‘kan?” Dia menoleh menatap Iris tajam. “Aku juga tidak pernah mendengar bahwa kamu sudah menikah. Dari mana munculnya Dimitri? Apa dia anak angkatmu?”Iris gelisah dan marah membentak Aiden. “Apa urusannya denganmu aku menikah atau tidak dan siapa Dimitri?! Apa kamu memata-mataiku?!”“Aku hanya penasaran bagaimana kamu bisa menjadi Direktur Utama WLT Group,” balas Aiden mengangkat bahu.Iris mendengus dingin dan tidak mena
Read more
Donor Darah
Hugo ingat Iris sangat terpuruk saat kematian Zein. Kehadiran Dimitri saat itu menyelamatkan Iris dari keterpurukannya.Iris masih sesenggukan dan Hugo terus menenangkannya. Mereka seolah tak memedulikan Aiden yang masih berada di antara mereka dengan ekspresi gelap.Aiden sekarang mengingat siapa pria itu dan mengapa wajahnya begitu familier. Dia adalah pria yang sama enam tahun yang lalu berselingkuh dengan Iris dan membawanya pergi. Sekarang mereka masih berhubungan dan bahkan mesra di depannya?Pria itu bahkan tahu Dimitri adalah anak Iris. Apa dia ayah kandung Dimitri? Lalu mengapa mereka tidak coba menikah? Aiden merasa sinis dan jengah di dalam hatinya.Mungkinkah Dimitri adalah anak hasil perselingkuhan mereka? Memikirkannya saja membuat Aiden merasa iritasi di hatinya.Pintu ruang operasi terbuka menarik perhatian mereka. Iris melepas pelukannya dari Hugo dan buru-buru menghampiri pria yang keluar dari ruang operasi.“Bagaimana keadaan anakku, Dokter?” Iris bertanya cem
Read more
Anak yang Mirip Aiden
Aiden kembali ke ruang operasi Dimitri. Dia tiba-tiba berhenti tak jauh dari ruang tunggu operasi Dimitri. Di sana Iris duduk di kursi tunggu mengusap wajahnya dan terlihat putus asa memandang berkali-kali ke arah ruang operasi yang tertutup rapat. Aiden mengalihkan pandangannya pada pria di sebelahnya yang merangkul pundak Iris dan menenangkan wanita itu.Mata Aiden menyipit. Apa sebenarnya hubungan mereka?Aiden mendengus muram tidak jadi menunggu operasi Dimitri selesai dan berbalik pergi.“Tuan Ridley!”Asistennya, Peter, dari kejauhan mendekati Aiden dengan napas terengah-engah. “Tuan Ridley, Anda baik-baik saja?”Aiden mengangguk. “Bagaimana pertemuan dengan investor dari negara C?”Hari ini seharusnya Aiden ada pertemuan dengan para investor dari negara C pada pukul 10 pagi. Namun, karena kecelakaan Dimitri, Aiden terlambat dan menunda pertemuan dengan investor negara C.“Saya sudah menjadwalkan ulang pertemuan besok siang. Beruntung pihak investor negara C sangat pen
Read more
PREV
123456
...
44
DMCA.com Protection Status