All Chapters of Rahim Kedua CEO: Chapter 51 - Chapter 60
111 Chapters
51. Sama Gilanya
“Biar aku yang ngomong ke Mama, kamu tenang aja.”Anne menepuk-nepuk pelan bahu Pramam saat keduanya tiba di kamar berdua. Pramam menoleh dan menatap lekat istrinya. Ia genggam tangan itu dan mengecupnya sebelum kepalanya bergerak menggeleng.“Nggak usah, Ann. Lagi pula apa yang dibicarakan Mama itu ada benarnya, nggak seharusnya Mara tinggal serumah sama kita.”Oh, tentu saja tidak boleh. Mara harus tetap tinggal di rumah ini agar Anne bisa memerhatikan gerak-gerik perselingkuhan suami dan wanita muda itu. Jika Mara pergi, maka urusan Anne bertambah rumit dan jelas sulit. Ia juga tidak bisa meminta bantuan terus pada Varen, kali ini dan seterusnya ia ingin mengusahakannya sendiri.“Mas … udah, ya?” balas Anne pelan seraya memohon. “Lebih baik kamu istirahat, perjalanan dari Manila pasti buat kamu capek.”Dua mata itu memejam sesaat. Pramam pun bangkit dari duduknya. “Aku mau ngerokok dulu sebentar,” katanya.“Mentang-mentang Mara nggak di rumah.”“Bisa aja kamu.” Pramam membalas deng
Read more
52. Akhirnya Dibungkam
“Mbak Anne tanya terus, kapan aku pulang dari rumah teman,” keluh Mara pada Pramam begitu pria itu tiba di kamar hotelnya. “Mas Uki sendiri ya yang kasih alasan nginap di rumah teman?”Semula tangan Pramam memeluk pinggang Mara, sekarang ia mengambil jarak dan berdiri bersisian pada wanita mudanya. Urung menjawab, Pramam menghela napas berat sembari mengacak rambut hingga tampak berantakan. Masih ada sisa pening karena pengaruh minuman keras yang ia tenggak siang tadi bersama Erkan.“Mas?” Mara memanggil lagi, membuat Pramam mendengkus. “Sebenarnya ada apa, sih di rumah? Kalau memang aku nggak diijinkan lagi tinggal di sana, ngomong aja dari sekarang. Nggak perlu begini.”Baru kali ini Pramam mendengar keluhan Mara. Padahal selama beberapa minggu menetap di kediamannya, wanita muda itu tampak biasa saja, malah menerima. Lalu sekarang, mengapa ia justru terkesan kesal seperti ini, sih?“Mertuaku datang,” ujar Pramam singkat.“Terus kenapa?”Membuang napas berat, Pramam memijat pelan pe
Read more
53. Mulai Melawan
“Apa nggak sebaiknya ke rumah sakit aja, Bu?” Sonya menyarankan usai memberikan gelas berisi air hangat. Anne menggeleng pelan sekali.“Saya hanya perlu istirahat sebentar, tolong kamu handle para pelanggan, ya,” pintanya. “Nanti kalau ada pelanggan VIP yang tanya, bilang saja saya sedang keluar.”Sonya mengangguk. “Baik, Bu. Kalau ada perlu apa-apa, Ibu bisa panggil saya.”“Makasih, Nya.” Anne berusaha tersenyum ramah ketika pusing menyergap kepala. “Soal Bu Ina, jangan beri tahu apa pun soal kondisi saya ini ya. Kamu bisa tutup mulut, ‘kan?”“Tentu, Bu.”Gadis itu pergi keluar ruangan, meninggalkan Anne sendirian. Tak ada keraguan atau kekhawatiran pada anak buahnya yang satu itu, meski kelihatan cukup patuh pada Ina. Mau tak mau Sonya harus patuh pada ucapan Anne selaku atasannya yang baru.Anne meraih gelas berisi air hangat itu setelah memasukkan dua butir obat ke mulut. Sudah beberapa hari ini, ia sering mengeluh pusing. Tiap bangkit dari duduk sehabis memeriksa laporan, terkada
Read more
54. Ini Jebakan
“Aku udah siapkan pakaian lengkap buat Mas, barangkali nanti malam Mas mau datang ke acaranya Tante Luisa. Much Love, Anne.”Pramam membuang napas kasar usai membaca kertas kecil berisi pesan yang dituliskan Anne untuknya. Membayangkan berada di rumah orangtua Varen saja sudah seperti neraka, apalagi kalau harus datang sungguhan ke sana? Kepalanya menggeleng agar pikiran itu lenyap.Setelah sarapan tadi, Anne langsung melesat ke ruang kerja di lantai dua. Katanya ada meeting dengan desainer baru yang baru direkrut di butiknya. Padahal ini akhir pekan, walaupun suaminya harus pergi ke kantor karena pekerjaan, bukankah sebaiknya Anne memberikan pelayan khusus untuk membangkitkan semangat kerjanya?Tatapan Pramam kini tertuju pada dirinya yang memantul di cermin besar. Tempat yang biasa dijadikan Anne untuk merias diri juga menempeli cairan di wajahnya setiap pagi dan malam. Setiap hari, sebelum Anne disibukkan dengan butik dan segala hal di dalamnya, Pramam pasti mendapatkan senyum dan
Read more
55. Buat Apa Cemburu?
Pandangan Pramam memendar ke sekeliling ruang yang biasa ditempati Anne. Meski sudah mendapat informasi dari salah satu pegawai butik mengenai istrinya yang tak datang sama sekali, ia tetap tak percaya sebelum benar-benar melihatnya secara langsung. Benar saja, wanita itu tak ada di ruangan. Begitu pula kendaraan yang biasa digunakan Anne tak terparkir di depan.“Sial! Jadi, di mana sebenarnya Anne sekarang?”Jemari Pramam meremas rambut kasar. Sejalan dengan tatapan yang terpejam dan tubuh yang baru dihempaskan ke sofa. Satu tangan lain sibuk mengotak-atik layar ponsel, mencari nama sang istri dan memanggilnya tanpa mengulur waktu banyak.“Kamu di mana?” tanyanya langsung begitu istrinya mengangkat. “Kata Tyas kamu ke butik, aku udah di ruang kerja kamu, tapi nggak ada siapa-siapa.”“Ah, aku emang nggak jadi ke butik. Kliennya batalin janji, katanya mau lewat online aja.”Pramam hendak berdecak ketika mendengar suara santai Anne itu. Lantas ia kembali mengajukan tanya, “Kok bisa?”“Y
Read more
56. Mengekspos Diri
“Mana mungkin aku punya hubungan sama Mara, Ann?” Pramam tersenyum kaku. “Kamu ini mikirnya kejauhan.”“Bukan aku yang mikir kejauhan, segala hal yang mustahil itu bisa aja jadi sesuatu yang mungkin terjadi.”Tanpa berlama-lama dan menunggu respon dari sang suami, Anne mengulas seulas senyum sekenanya. Kemudian mengambil satu gaun dan mantel, sebelum melangkah keluar. Meninggalkan Pramam yang mungkin mulai panik sendirian.Anne meraih pewarna bibir pink coral yang cocok dengan skin tone-nya. Tampak segar dan tidak kelihatan menor. Ia suka sekali dengan gaya no makeup-makeup look begini. Meski penampilannya kelihatan tak menggunakan riasan, tapi sebenarnya wajahnya dipenuhi makeup.“You looks so gorgeous!” puji Pramam begitu keluar mengenakan kemeja putih tulang yang sudah disiapkannya sejak tadi pagi.Anne menoleh, menarik sudut bibir. Membentuk senyum miring yang samar. Meski tubuhnya sudah dibalut gaun, Anne sengaja menimpanya dengan mantel. Enggan memperlihatkan pakaian yang dikena
Read more
57. Sebait Penolakan
“Aku sengaja pakai gaun yang lumayan senonoh begini,” aku Anne sambil menarik sudut bibir, membentuk senyum miring. “Do you like it?”Bagian dadanya memang rendah dan membuat isiannya tampak padat. Tentu efek kehamilannya beberapa waktu lalu mempengaruhi bentuk badan Anne. Termasuk pasokan ASI yang kerap keluar tanpa ia sadari.“Stop it!” tegur Varen yang beberapa kali menghela napas berat. Matanya enggan menatap wajah Anne, apalagi melihat bagian tubuh yang terekspos cukup banyak. “Itu bukan lagi lumayan senonoh, tapi terbuka banget! Kamu sengaja ya pakai baju begitu?”Terkekeh pelan, Anne mengiyakannya. “Ini kali pertama aku datang ke pesta lagi, mana mungkin aku menyia-nyiakannya tanpa buat heboh, ‘kan?”Anggap saja Anne gila atau sudah kehilangan kewarasannya. Memang benar seperti itu, sebab dalam kepalanya ia ingin sekali melanggar setiap perkataan Pramam. Setidaknya ia menginginkan kebebasan, setelah apa yang dialaminya selama bertahun-tahun menikah dengan Pramam Basuki.“Nggak
Read more
58. Boomerang is Coming
“Apa maksud kamu pakai baju terbuka begitu dan makeup yang—“Pramam tak mampu menjelaskan lanjutannya. Pria itu kelewat frustasi, bahkan ia sudah ke sekian kali mengembuskan napas kasar di hadapan Anne. Membuat wanita itu mematung di tempat duduknya sekarang.“Kamu pamit ke toilet buat beginian?” tambah Pramam sambil mengusap bibir Anne yang diselimuti lipstick merah gelap yang makin membuatnya tampak menawan. “Sengaja kamu pakai yang menor-menor buat narik banyak laki-laki di luar sana?”Membuang napas pelan, Anne memiringkan kepala. Melihat pemandangan ke luar jendela mobil, tepatnya pada paviliun yang biasa menjadi tempatnya merenung seorang diri. Namun sikapnya itu lagi-lagi harus disudahi karena Pramam menarik dagunya kasar.Ia bisa merasakan jemari panjang itu bergerak menelusup ke area paha. Masuk ke dalam gaun yang memang didesain pas badan, minim bahan, juga kelihatan ketat sekali. Anne sukses menahan napas sembari menahan tangan Pramam agar tidak meneruskan geraknya di dalam
Read more
59. Cari Hiburan
Anne melempar ponsel usai mendapati pesan singkat dari Pramam. Pria itu mungkin saja baru tiba di hotel dari Changi, tapi bukannya langsung istirahat malah menyuruhnya membeli ini dan itu. Padahal ia sendiri memiliki asisten pribadi yang bisa dimintai tolong.“Kenapa lagi?” Eve menyembul di balik pintu kamar. “Si Setan itu berbuat ulah?”Membuang napas kasar, Anne menatap Eve. Tahu betul siapa yang dimaksud sang teman. “Nggak, sih sebenarnya. Gue diminta beli keperluannya Mara, kayak susu ibu hamil dan beberapa baju,” jelasnya malas.“Oh itu.” Eve mengangguk mengerti. “Kalau lo emang nggak mau belikan, ya tolak aja.”“Masalahnya nggak seremeh itu, Eve.” Anne mengesah berat. “Urusan Mara juga tanggungjawab gue, program itu pun gue yang cetusin. Jadi ya … mau nggak mau gue turun langsung.”“Iya, sih. Cuma ….” Eve menggantungkan kata sesaat. Lalu berjalan mendekati meja bar dan menaiki salah satu stool yang kosong. “Emangnya lo nggak penasaran sama anak yang dikandung pelakor itu?”Anne
Read more
60. Mengundang Tanya
Kalau memang kebanyakan pria terlalu mudah berpaling dan melakukan sesuatu yang dianggap khilaf, mungkinkah pria di hadapannya juga melakukan yang sama? Anne menyorot tajam selagi memerhatikan gerak-gerik Varen. Pria itu baru bergabung ke meja di mana ia singgahi sembari menunggu Eve belanja sepatu di toko sebelah.“Ngapain lihatin sebegitunya?”Hingga akhirnya si pria sadar dan mulai risih atas sikapnya ini. Anne membuang wajah, kerutan di kening mulai muncul selama berpikir keras. Mungkinkah Varen juga masuk kriteria pria brengs*k?“Kenapa, Ann?” Varen sudah hilang kesabaran. Jemarinya menggoyangkan lengan Anne di atas meja. “Ada yang salah? Atau ada sesuatu di mukaku ya?”Alih-alih menjawab, Anne menoleh dan terkekeh. “Nggak ada apa-apa,” balasnya.“Serius?” Tampang cakep itu berubah ragu. Lantas diambilnya ponsel di saku celana dan ia pastikan melalui kamera depan.“Bener, kan, apa yang kubilang?” tukas Anne selagi memandang Varen yang mengerjap pelan di sana.Kehadiran pria itu b
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status