All Chapters of Menjadi Ibu Untuk Anakku: Chapter 31 - Chapter 40

109 Chapters

30. Malam Yang Kacau

Malam hari, Jelita benar-benar datang ke apartemen Megan. Tetapi apartemen itu kosong. Menemukan ponsel Megan yang tergeletak di tengah tempat tidur, Jelita melihat panggilan terakhir wanita itu dengan Nicholas. Jelita pun menghubungi Nicholas. “Jelita?” Suara Megan menyapa dari seberang. “Kaukah itu?” “Ya, Megan. Apa yang terjadi? Kenapa kau meninggalkan ponselmu di apartemen dan malah memegang ponsel Nicholas?” “Cerita yang panjang, Jelita. Aku sedang di rumah sakit.” “Rumah sakit?!” Jelita tersentak. “Apa yang terjadi denganmu? Apakah Mikail melukaimu?” “B-bukan.” “Lalu?” “Nicholas. Dia sedang ada di ruang operasi.” “Apa?” “Aku akan menceritakannya nanti, bisakah kau datang ke sini. A-aku … aku benar-benar ketakutan, Jelita. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku bahkan tak tahu siapa yang harus kuhubungi untuk memberitahu keadaan Nicholas. Orang tuanya …” “Sshhh … tenanglah. Tarik napasmu.” Megan berusaha mengikuti, tetapi kepanikan masih menyelimuti desah napas wan
Read more

31. Keputusan

Langkah Mikail sempat tersendat ketika menghampiri Megan yang duduk di kursi di ujung lorong. Kepala wanita itu tertunduk, menatap telapak tangan yang berlumur darah. "M-mikail?" Suara Megan terdengar serak dan begitu lemah. Bibirnya juga terlihat begitu pucat, dan wajahnya terlihat lebih tirus sejak terakhir bertemu wanita itu kemarin. Bahkan seharusnya wanita itulah yang dirawat di rumah sakit setelah percobaan bunuh diri konyol itu. Bukannya menunggu sepupu sialannya. Mikail sendiri tidak tahu bagaimana persisnya Nicholas bisa masuk ke rumah sakit. Tetapi dari pengawalnya, sebuah informasi singkat bahwa sepupunya itu yang menyelamatkan nyawa mantan istrinya cukup mengejutkan mengejutkannya. Itulah sebabnya Megan sangat setia menunggu di depan rumah operasi selama enam jam lebih. Wajah wanita itu dipenuhi derai air mata. Dengan penampilan yang berantakan. Perban yang melilit pergelangan tangan Megan terlihat mengintip di balik lengan panjang blazer yang wanita itu kenakan. Beberap
Read more

32. Mantan Sekretaris Mikail

Megan berhasil mengurai air matanya dan tak sampai jatuh ke pipinya ketika melepaskan pelukannya pada Kiano. Dengan senyum lebar yang dipenuhi binar kerinduan, kedua telapak tangannya bergerak merangkum wajah mungil bocah itu. Menatap mata bulat Kiano yang jernih. Sejernih air laut seperti milik Mikail. "Hai, tante sangat senang kau datang ke sini." "Ya. Kiano juga." Telapak tangan Megan mengelus sisi wajah mungil Kiano. Seolah butuh meyakinkan berkali-kali bahwa putranya benar-benar bisa ia sentuh. "Apa kau benar-benar Kiano?" "Ya, tante cantik. Ini Kiano." Telapak tangan mungil Kiano menyentuh punggung tangan Megan. "Apa tante cantik sudah tahu siapa Kiano?" Megan mengangguk, menahan gumpalan emosi yang memadati tenggorokannya. Menahan tangisan yang hendak terlepas. "Ya, tentu saja. Kau putraku. Kiano Matteo." Kiano pun ikut mengangguk. "Ya, tante cantik adalah ibuku." Megan kembali membawa tubuh mungil itu ke pelukannya. Memeluknya dengan lebih erat. "Sayang, mama benar-bena
Read more

33. Kesempatan Kedua

“Dia bukan istri Mikail?” Kening Jelita menukik tajam. “Apa?” Megan mengangguk. “Kupikir … kupikir dia istri Mikail.” “Lalu untuk apa dia menikah denganmu?” Megan tampak berpikir sejenak lalu menggeleng. “Yang kupedulikan hanya Kiano. Aku bisa bertemu dengan Kiano kapan pun aku ingin. Aku bahkan tak peduli jika menjadi istri keduanya, atau bahkan menjadi orang ketiga.” Megan pikir suaranya akan keluar dengan penuh keyakinan, tetapi malah terdengar begitu hambar dan serasa mencekik tenggorokannya. Yang malah mendapatkan dengusan dari Jelita. “Jangan sebodoh itu, Megan. Kau pikir aku akan membiarkanmu menikah dengan Mikail jika Mikail sudah punya istri? Bukannya sejak awal aku sudah mengatakan padamu kalau dia seorang duda, kan. Dan ternyata dia dudamu.” Megan mengingat kembali pertemuan pertamanya dan Mikail. Lalu mengangguk. Ya, saat itu Jelita sengaja ingin menjodohkannya dengan Mikail. Jadi wanita itu pasti tahu kalau Mikail sedang tidak menjalin hubungan dengan siapa pun. “A
Read more

34. Batasan Pernikahan

“Kau tidak akan pergi, Megan,” ulang Mikail dengan tegas dan penuh penekanan. Tekanan di tangan Megan pun semakin menguat, sengaja menyakiti wanita itu. “Kita baru saja menikah dan lihatlah,” pandangan Mikail beralih ke arah Kiano yang duduk di kursi tak jauh dari posisi mereka berdua. Putra kecilnya itu sedang sibuk bermain-main dengan kucing peliharaan yang tadi dikenalkan pada Megan namanya George. Bahkan menceritakan dengan detail segala hal tentang peliharaannya tersebut pada Megan. Saking antusiasnya sambutan Kiano terhadap kedatangan Megan di kehidupan mereka. “Apa kau akan meninggalkannya di tengah- tengah kebahagiaannya?” Megan seketika membeku. Tubuhnya di tarik Mikail hingga keduanya terlihat saling berpelukan. Dengan lengan Mikail yang melingkari pinggangnya. Dan berada dengan jarak sedekat ini, membuat Megan menahan napasnya. “Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak mengecewakannya lagi, Megan. Sekarang aku suamimu, dan … aku belum sempat mengatakannya. Tapi …di detik k
Read more

35. Keadaan Nicholas

“Ke mana kita, Mikail?” Megan bertanya setelah menyadari jalanan di sekitar mobil yang mengarah ke pusat kota. “Kita harus menjemput Alicia,” jawab Mikail datar. “Rumah sakit?” tanya Megan lagi, kemudian teringat Nicholas. Mikail yang menyadari nada penuh antusias Megan pun memutar kepalanya ke arah wanita itu. “Kenapa? Kau ingin memberi tahu Nicholas tentang kabar bahagia ini?” Raut wajah Megan seketika membeku. Teringat akan segala ketulusan Nicholas. “Setelah mengorbankan nyawa untukmu, kau seharusnya memperkirakan luka hatinya jika sekarang kau datang menemuinya, Megan.” Hati Megan benar-benar terasa seperti di cengkeram. Tak sampai hati membiarkan Nicholas tahu tentang keputusannya yang lebih memilih Mikail ketimbang pria itu. “Mikail.” Megan kembali menatap Mikail. Mikail sendiri yang tak menjawab panggilan tersebut hanya memutar wajahnya ke arah wanita itu. Dan seketika menangkap permohonan yang melapisi kedua mata wanita itu. “Bisakah kau merahasiakan pernikahan ini d
Read more

36. Menjemput Megan

Pagi-pagi sekali, mobil suruhan Mikail sudah menunggu di depan lobi gedung apartemennya. Jelita mengantarnya sampai di teras gedung. Memeluk dan memastikan semua urusan apartemen berada di tangannya. “Aku akan menghubungimu dalam waktu dekat mengenai semua kontrak dan berbicara dengan …” “Aku sudah mengurusnya.” Suara Mikail menyela di antara permbicaran kedua wanita itu. Megan dan Jelita menoleh, dan terkejut menemukan Mikail yang melangkah keluar dari dalam mobil. Melangkah menghampiri mereka. Megan dan Jelita terpaku dengan kemunculan pria itu yang begitu tiba-tiba. Dan sengaja muncul hanya untuk mengejutkan keduanya. “Apa yang kau lakukan di sini, Mikail?” “Tentu saja untuk memastikanmu tidak melarikan diri.” Jawaban Mikail memang disengaja untuk membuat Megan jengkel. “Aku adadi sini, kan? Dengan semua barang-barang kebutuhanku.” “Tidak semuanya,” koreksi Mikail. Yang tentu saja menghitung berapa banyak koper yang dibawa Megan. “Aku sudah mengatakan akan mengurusnya, Megan
Read more

37. Kembali

"Bawa barang-barang istriku ke kamar," perintah Mikail pada pelayan yang segera bergegas menghampiri ketika koper-koper Megan diturunkan dari dalam mobil. Dan perintah tersebut sempat mengalihkan perhatian Megan yang sedang sibuk berbincang dengan Kiano. Megan mengernyit ketika Mikail tak menjawab tanya dalam sorot matanya mengenai perintah pria itu pada para pelayan. Mengamati pelayan yang mulai membawa satu persatu kopernya masuk ke dalam rumah. Dan pria itu malah berjalan masuk ke rumah sambil merogoh ponsel dari dalam saku jas, dan langsung disibukkan oleh panggilan dengan seseorang di seberang. "Ayo, Ma." Kiano menarik tangan Megan dan membawa wanita itu masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Alicia yang berdiri dengan wajah merah padam. Belum cukup satu jam Megan menginjakkan kaki di rumah ini, dan dengan begitu mudahnya semua orang melupakan keberadaannya. Kedua tangan Alicia mengepal di sisi tubuhnya, dengan bibir yang menipis keras dan mata yang memicing tajam. Megan Ailee, h
Read more

38. Kembar Lainnya

Megan baru saja selesai membersihkan dirinya ketika Kiano membuka pintu kamar dan melangkah masuk. Senyum semringah segera menghiasi wajahku mungil putranya begitu menemukan dirinya. Menghambur ke arahnya dengan lengan terbuka lebar. "Mama?" "Hai, jagoan." Megan membungkuk dan mengusap ujung kepala sangat putra sebelum membalas pelukan lengan mungil tersebut di pinggangnya. "Di mama papa?" tanya Kiano setelah mengedarkan pandangan dan tak menemukan sosok Mikail di mana pun. "Papamu sedang ada sedikit pekerjaan di ruangannya. Ada apa?" tanya Megan merangkum wajah mungil tersebut dengan telapak tangannya. "Ada om Marcel di bawah." Wajah Megan seketika memucat dan seluruh tubuhnya membeku. "Apa?" Kiano mengangguk, tangan Megan yang mendadak bergetar di wajahnya dan raut wajah sang mama yang tampak terpaku membuatnya terheran. "Ada apa, Ma?" Megan mengerjap cepat dua kali dan menguasai raut wajahnya dengan cepat ketika kembali menatap kedua mata bulat sang putra. Terutama dengan K
Read more

39. Masa Lalu Yang Mengintip

Megan tak berhenti berjalan mondar-mandir di tengah ruang kerja Mikail. Kedua tangannya saling meremas satu sama lain. Kegelisahan tak berhenti menguasai dadanya. Kenapa pria itu masih saja datang mengganggu kehidupannya. Seolah semua derita yang menemani sepanjang perjalanannya menjauh dari kehidupan Mikail masih belum cukup dijadikan hukuman baginya. "Karena dia lebih segala-galanya dariku dan memutuskan untuk memilihnya, bukan?" "Kalian perlu belajar, bahwa apa yang kalian inginkan terkadang tak bisa didapatkan. Meski dengan cara yang sangat sulit sekalipun. Dan akulah yang akan mengajari dan memastikan kalian berdua memahami pelajaran yang satu ini." Megan membanting pantatnya dengan keras di sofa, remasan di kedua tangannya semakin menguat dan keduanya kakinya bergetar dengan hebat. Bayangan ketika tubuhnya dibanting dengan keras di dinding, kedua tangannya dicengkeram dengan keras hingga nyaris meremukkan tulang pergelangan tangannya. Dipaku di atas kepalanya dengan kekuatan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status