All Chapters of Menantu Dewa: Chapter 41 - Chapter 50
333 Chapters
Bab 41
Martin seolah-olah telah membongkar sebuah kebohongan saja. “Betul! Pasti seperti ini, tidak ada kemungkinan lain lagi. Kalau tidak, bagaimana mungkin kontrak ini kelihatan seperti asli saja? Tapi mereka bodoh juga, ya. Mereka pasti tidak menyangka masalah akan terbongkar secepat ini ….”“Emm! Pasti seperti ini! Kakek, panggil dia kemari …. ““Aku tidak nyangka si pecundang itu punya nyali untuk melakukan hal bodoh seperti ini. Semua pasti diperintah sama Hannah. Mereka berdua memang sudah mempermalukan nama Keluarga Limantara!”Semua orang ikut mengutarakan asumsi mereka. Hannah sungguh keterlaluan! Bisa-bisanya membohongi mereka telah mendapatkan modal investasi sebesar 600 miliar?! Kurang ajar!Raut wajah Kakek Herman tampak tak berekspresi. Dia membaca ulang kontrak yang dibatalkan itu, lalu berkata dengan dingin, “Telepon Tansri, suruh dia bawa kedua orang itu kemari. Kalau hari ini mereka tidak beri aku penjelasan, aku akan usir mereka dari Keluarga Limantara.”Semua orang di tem
Read more
Bab 42
Apa mungkin seorang cowok miskin sanggup membeli salah satu mobil dari pameran otomotif ini?“Tuan, dari wibawamu, menurutku hanya mobil ini yang cocok dengan Tuan.” Si penjual menatap Brandon dengan arogan, lalu menunjuk sebuah mobil Porsche Panamera di dekatnya. “Setelah Tuan bawa mobil ini keluar, pasti akan ada cewek yang minta tumpangan Tuan.”Brandon pun tersenyum ketika mendengarnya. Dia melirik sekilas, lalu berkata, “Bagus juga, tapi aku sudah lama tidak menyetir. Coba kamu atur jadwal test drive-nya. Kalau cocok, aku akan beli mobil ini.”“Test drive? Tuan mau test drive?”Si supervisor penjualan spontan tertawa. Dia tidak menyangka akan ada orang yang sok kaya hingga tahap seperti ini. Dia bahkan ingin mengetes mobil seharga 2-3 miliar ini?“Tuan, mohon tinggalkan tempat ini. Kami tidak menyambut kedatangan Anda. Kalau mau cari masalah, pergi sana ke tempat lain!”Brandon terbengong. Kenapa dia malah diusir? Dengan sikap seperti ini, malah ingin minta diinvestasi?Saat Brand
Read more
Bab 43
“Baik, Pak Anwar! Aku akan segera usir orang ini!” Si supervisor penjualan lekas mengangguk, lalu menoleh menatap Brandon dengan galak. “Tuan, silakan tinggalkan tempat ini. Kami tidak sambut kedatanganmu. Kalau kamu tidak tahu di mana jalan keluarnya, ada satpam yang bisa antar kamu keluar ….”Brandon malas meladeninya. Dia tetap melangkah maju, lalu menatap ke sisi Hannah.“Bran … Brandon? Kenapa kamu bisa ada di sini?” Saat ini Hannah baru merespons. Dia merasa gembira dan juga canggung ketika bertemu dengan Brandon.Bahkan, Hannah sendiri juga tidak mengerti dengan apa yang dirasakannya. Jelas-jelas dulu Hannah bisa bersikap arogan dan menekan Brandon. Hanya saja, entah kenapa sekarang Hannah tidak begitu membencinya lagi. Terkadang ketika tidak bisa melihat Brandon, hati Hannah malah terasa hampa.Brandon tidak berbicara, dia hanya menatap Anwar yang berada di sampingnya.Hannah berjalan maju, lalu menarik Brandon ke sebelah. Dia berbisik, “Brandon, kamu jangan salah paham, ya. Di
Read more
Bab 44
Hannah terlihat canggung tidak tahu bagaimana menjawabnya. Kemudian, Angel melirik Anwar sekilas dengan wajah bingung.Anwar berkata dengan tersenyum, “Angel, si menantu yang kerjaannya numpang hidup di rumah Hannah itu datang untuk beli mobil. Dia suka sama mobil Porsche Panamera, gimana kalau kamu bantu dia untuk pilih warna?”Angel menghela napas, lalu berkata, “Pilih warna? Buang-buang waktu aku saja.”Selesai berbicara, Angel menghampiri Brandon sekilas, lalu berkata, “Hei pecundang, apa kamu nggak nampak Kak Hannah lagi pacaran sama kakakku? Kalau kamu tahu diri, segera pergi dari sini! Apa kamu nggak sadar kalau kamu itu merusak pemandangan?”Mendengar caci makian Angel, Anwar langsung tertawa. Tatapannya juga tertuju pada diri Brandon. Si pecundang itu memang tidak punya harga diri. Dengar-dengar dia pernah membantu Angel untuk mencuci sepatunya? Sungguh memalukan!Raut wajah Brandon berubah muram. Dia tahu meski cara bicara Angel sangat kasar, sebenarnya dia bukan orang jahat.
Read more
Bab 45
“Sepertinya pameran otomotif ini hanya pantas dihargai 400-600 miliar saja! Lagi pula, mobil di sini sangat sedikit, pasti ada masalah dengan arus kasnya! Sebenarnya aku berencana untuk menyuntikkan modal, tapi pikiranku berubah setelah melihat sikapmu.”Suara Brandon tidaklah keras, tapi setiap kata terdengar sangat jelas di telinga semua orang.Semua orang di tempat langsung berbisik-bisik sambil melirik Brandon dengan bingung.Kali ini, suara tawa Anwar semakin keras lagi. “Hebat sekali! Mau suntikkan modal? Aku juga nggak butuh uangmu! Cepat keluar dari sini!”Brandon membalas dengan tersenyum, “Pak Anwar, kamu tidak usah usir aku. Tapi, aku khawatir setelah aku pergi nanti, kamu akan cari aku dan berlutut sama aku!”Brandon melirik Anwar dengan tatapan sinis. Sepertinya Anwar masih tidak sadar dirinya sedang berbicara dengan siapa!Sebelumnya Anwar memelasnya untuk mengunjungi pameran otomotifnya. Sekarang Anwar malah mengusirnya.“Brandon, aku kenal spesialis psikolog, gimana kal
Read more
Bab 46
Brandon berpikir beberapa saat, lalu berkata, “Seharusnya pulang ….”“Kamu ada urusan?” tanya Hannah dengan penasaran. Selama tiga tahun hidup bersama, sepertinya Brandon jarang keluar rumah.Setelah berpikir beberapa saat, Brandon menjawab, “Aku ada kerjaan. Apalagi yang bisa aku lakukan selain bekerja?”“Pekerjaan apa?” Hannah spontan merasa gembira. Sudah tiga tahun! Akhirnya Brandon ada sedikit kemajuan.Brandon mengangkat-angkat pundaknya, lalu berkata, “Jadi asisten dari teman yang meminjamkan uang. Belakangan ini dia sedang ekspansi bisnisnya di Kota Manthana. Aku bisa datang ke sini juga untuk membantunya membeli mobil.”Akhirnya Hannah mengerti. Dia pun bertanya dengan penasaran, “Temanmu itu berbisnis di bidang apa? Kalau di bidang konstruksi, mungkin kami bisa kerja sama.”Hannah sungguh berharap temannya Brandon menggeluti bidang konstruksi. Sebab, Hannah sadar kedudukannya di Keluarga Limantara sangatlah rendah, apalagi suaminya ini.“Dia buka perusahaan investasi kecil-ke
Read more
Bab 47
“Sepeda … sepeda elektrik?” Anwar spontan mengulangi ucapan Karen. Ujung matanya berkedut, dan dia mulai memiliki firasat buruk.“Iya, dia mengendarai sepeda elektriknya. Awalnya aku ingin antar dia ke pameran otomotif, tapi dia bilang nggak usah,” balas Karen.Kemudian, Karen mengingatkan, “Ketika bertemu Pak Presdir kami, kamu harus sopan ya sama dia. Aku sudah membantumu membujuknya untuk mempertimbangkan masalah investasi pameran otomotif kamu. Kalau kamu mengacaukannya, aku juga nggak bisa bantu kamu lagi!”Selesai berbicara, Karen langsung mengakhiri panggilan. Dia membereskan dokumen dan mulai menyibukkan diri.Saat ini pikiran Anwar menjadi kosong.Pak Presdir, rendah hati, sepeda elektrik ….Sialan! Jangan-jangan dia orangnya?!Ketika memikirkan hal ini, Anwar hampir saja mengompol di celananya. Beberapa saat kemudian, dia langsung berlari ke aula untuk menarik supervisor penjualan yang menjamu Brandon tadi. “Pergi! Panggil tuan yang tadi kemari! Aku nggak peduli kamu pakai ca
Read more
Bab 48
Brandon memandang Anwar yang sedang berlutut di lantai. Dia berkata sambil tersenyum, “Pak Anwar, kenapa kamu bersikap sesopan ini? Aku hanyalah seorang pecundang, tidak pantas menerima perlakuan seperti ini.”Anwar bahkan tidak berani menegakkan tubuhnya. Dia hanya membalas, “Pak Brandon pintar bercanda. Tadi Pak Brandon sudah bilang sendiri, kalau aku memohonmu untuk kembali, aku harus berlutut padamu ….”“Apa kamu pantas? Kamu bahkan tidak pantas berlutut di hadapanku,” balas Brandon dengan tenang.“Iya, iya, aku tidak pantas, aku memang tidak pantas. Aku terlalu tidak tahu diri. Aku harap Pak Brandon bisa memaafkanku.” Ekspresi Anwar terlihat sangat kaku.Saat ini, Brandon hanya membaca majalah di tangannya.Melihat ekspresi Brandon, Anwar langsung mengantukkan kepalanya ke atas lantai. “Semoga Pak Brandon bisa memaafkanku!”Hanya Anwar sendiri yang mengetahui seberapa kacaunya laporan keuangan pameran otomotif ini. Jika dia tidak mendapatkan suntikan modal dari luar, sepertinya pa
Read more
Bab 49
“Nggak usah! Nggak usah, ya!” Anwar berkata dengan wajah serba salah, “Kalau kamu lapor polisi, nanti masalah akan jadi heboh. Nanti aku sulit untuk menjelaskannya. Aku nggak ingin masalah ini merusak bisnisku …. Nanti aku akan beri dia 2 juta, lalu usir dia dari sini. Kamu nggak usah ikut campur dalam masalah ini ….”Sambil berbicara, Anwar bahkan merasa seluruh kemejanya sudah dibasahi oleh keringat dingin.Angel sebagai teman baiknya Hannah malah tidak mengetahui identitas suaminya Hannah, dan bahkan menghasutnya untuk mengejar Hannah. Apa Angel ingin mencelakainya?“Kak Anwar, kenapa kamu keringatan? Memangnya panas?” Angel tidak menyadari keanehan di wajah Anwar, dia pun bertanya dengan penasaran.“Cuaca panas sekali. Iya, panas,” balas Anwar dengan canggung.“Oh ya, nanti kamu nggak usah kasih dia sebanyak itu, cukup kasih 400 ribu saja. Mengenai masalah Kak Hannah, kamu tenang saja. Selama ada aku, aku pasti akan bantuin kamu!” Angel memberi dukungan kepada Anwar, lalu berpamit
Read more
Bab 50
“Baik, baik, baik!” Anwar segera mengangguk. Tidak ada yang lebih penting dibandingkan dengan masalah kerja sama.Beberapa saat kemudian, Anwar mengantar Brandon keluar pameran otomotif. Setelah melihat mobil Porsche Panamera yang dikendarai Brandon sudah melaju pergi. Anwar baru menyadari bahwa semua pakaiannya sudah basah kuyup.“Pak Anwar, aku tidak mengerti. Kenapa kamu ….” Si supervisor berkata dengan kebingungan.“Plak!” Anwar langsung menamparnya. “Sejak kapan aku harus menjelaskan sama kamu? Ingat! Kalau sampai masalah hari ini tersebar, aku pasti akan habisi kamu!”…Saat Brandon meninggalkan pameran otomotif, hari pun sudah gelap. Dia tidak kembali ke perusahaan lagi. Brandon mengirim pesan kepada Hannah, lalu pergi belanja di swalayan sebelum pulang ke rumah.Di sisi lain, Hannah pun merasa malu ketika mengetahui Brandon akan pulang malam ini. Dia segera menyelesaikan pekerjaannya, dan pulang ke rumah.Saat ini Tansri sedang mengutak-atik ponselnya di ruang tamu. Ekspresinya
Read more
PREV
1
...
34567
...
34
DMCA.com Protection Status