Semua Bab SUMPAH ISTRIKU : Bab 21 - Bab 30
34 Bab
Senyuman Hafiz
"Hentikan! Apa yang kalian lakukan di rumah saya!" bentak Romlah seraya melepaskan cengkraman erat Bu Indah pada putrinya."Aduh, sakit, Bu," lirih terdengar suara milik Rani. Dia tak mengerti mengapa tiba-tiba ada segerombolan ibu-ibu yang datang menghampirinya dan membuat kekacauan di rumah sang Ibu."Romlah! Aku tidak mau tahu, suruh anakmu mengembalikan uang yang sudah dirampasnya dari suamiku!" ucap Bu Indah penuh penekanan. "Suamimu yang mana, aku tak pernah merampas uang suamimu. Kenal saja tidak," elak Rani yang memang tak tahu siapa suami dari Bu Indah. Karena selama ini pria yang dikencaninya itu acak, tak terlalu berpatokan pada satu laki-laki saja.Bu Indah buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan menampilkan gambar suaminya pada Rani.Rani terkejut bukan main mendapati lelaki yang ada di dalam foto tersebut. Dia baru ingat itu adalah Pak Kamal, manager perusahaan yang selama ini sudah dekat dengannya.Ia juga sudah beberapa kali berkencan dengan lelaki tersebu
Baca selengkapnya
Hafiz Vs Adnan
"Sofia, kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Habibi saat tak sengaja menatap putrinya yang sepertinya sedang bahagia."Sofia cuma merasa lucu saja dengan pesan yang dikirimkan Adinda, Ayah, makanya daritadi tidak berhenti untuk tersenyum," jawab Sofia pada sang Ayah."Apa kamu masih mencintai Nak Hafiz?" tanya Habibi membuat Sofia terdiam bingung menjawab pertanyaan yang diberikan sang Ayah."Tidak, Ayah. Sofia sudah tak ingin menaruh hati lagi pada laki-laki. Trauma yang Sofia rasakan, sangat susah untuk dilupakan. Menurut Sofia, semua laki-laki itu sama saja. Pandai memberi manis, tapi juga pembuat luka yang hebat." Sofia memandang lurus ke depan. Dia seperti seolah-olah mati rasa pada semua pria. Bermula dari Hafiz dan sekarang Adnan yang menyakitinya."Namun, tak ada salahnya jika kamu mencoba membuka hati, Nak. Ayah juga tak memaksa, Ayah masih melihat sorot matamu pada Hafiz masih sama," ucap Habibi. Sebagai seorang Ayah dia paham betul masalah percintaan sang putri."Tidak, Aya
Baca selengkapnya
Aku Lelah
"Apa urusanmu?" tanya Adnan dengan geram menatap wajah milik Hafiz."Urusanku, tentu saja aku bertugas untuk melindungi Sofia dari lelaki sepertimu."Adnan tertawa keras.mendengar penuturan yang disampaikan oleh Hafiz. "Memangnya kau siapa hingga harus melindungi Sofia. Asal kau tahu, aku adalah suaminya!" tegas Adnan.Sekarang malah Hafiz yang tertawa ketika mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Adnan. "Kau sedang bermimpi atau bagaimana? Bukankah kamu sudah bercerai dengan Sofia, lalu di mana letak statusmu sebagai suaminya? Jangan bermimpi lagi, nanti lama-lama kau bisa gila dengan khayalanmu itu."Bugh! Adnan langsung menampar pipi milik Hafiz, tak terima Hafiz lalu membalas balik pukulan Adnan dengan lebih keras.Bugh!Bugh!"Hentikan!" teriak Sofia yang kelimpungan saat melihat perkelahian di antara dua pria itu."Stop!" Bugh!Saat Adnan melayangkan kembali tamparan pada Hafiz, bukannya Hafiz yang kena. Malah Sofia yang akhirnya terjatuh ke tanah dengan pandangan yang mula
Baca selengkapnya
Perasaan Tak Menentu
"Terima kasih sudah menolongku," ucap Sofia pada Hafiz yang kini sedang menemaninya di puskesmas."Iya, sama-sama. Apa sekarang kamu sudah merasa baik Sofia?" tanya Hafiz dengan raut wajah masih khawatir terhadap keadaan Sofia, kekasih hatinya."Aku merasa lebih baik," jawab Sofia, lalu mencoba memejamkan matanya karena kepalanya mulai terasa pusing."Sofia!" panggil Habibi yang terburu-buru menghampiri putrinya."Bagaimana keadaanmu, Nak. Ayah terkejut mendengar kabar kamu. Di mana yang sakit, Ayah tadi ke tempat Adnan terlebih dahulu. Berkali-kali Ayah mengetuk pintu, tapi tak ada sahutan dari dalam. Sepertinya dia takut jika Ayah mengamuk di tempatnya.""Ayah tak terima putri Ayah disakiti oleh pria itu. Kurang ajar sekali dia, beraninya menyakitimu lagi. Di mana yang sakit?" tanya Habibi sambil mengecek keadaan Sofia yang terbaring lemah."Sofia sudah agak mendingan dari sebelumnya Ayah. Hanya kepala Sofia yang masih terasa sedikit pusing. Ayah sudah makan?" tanya Sofia balik. Ent
Baca selengkapnya
Akal Busuk Romlah
"Bunda, bagaimana kabar, Bunda?" Setelah beberapa hari Sofia istirahat di rumah. Hari ini dia kembali mengajar mengaji seperti biasanya, Adnan pun sudah tak ada lagi di kampung untuk mengganggunya. Saat tak sengaja bertemu dengan Hafiz, Sofia langsung memalingkan pandangannya. Entah mengapa ada perasaan berbeda, Sofia merasa gugup setiap saat jika selalu ada di dekat Hafiz.Dan sekarang dia tidak sengaja bertemu dengan Ibunda Hafiz saat perjalanan pulang ke rumahnya. Sofia menyalimi punggung tangan milik Ibunda Hafiz."Alhamdulillah, Bunda baik. Bagaimana kabarmu, Nak, Ibu sudah lama tidak melihatmu. Kamu tambah cantik sekarang, ya," ucap sang Bunda. Sofia tersenyum malu saat mendengar pujian itu."Iya dong, Bunda. Sofia memang selalu cantik dari dulu," kata Hafiz yang membuat senyuman di bibir Sofia menipis."Sofia, Bunda sebenarnya ke sini ingin sekalian ke rumahmu, apakah boleh?" tanya Ibunda Hafiz pada Sofia. "Oh, tentu saja sangat boleh, Bunda. Ayo, Bunda, kita sekalian saja ba
Baca selengkapnya
Anak Pembawa Sial
"Kamu marah sama Ibu Adnan, kamu lupa siapa yang dulu mengajarimu bicara. Sekarang nada bicaramu lebih tinggi daripada Ibu.""Sakit sekali hatiku, Tuhan. Anak-anakku sama sekali tidak ada yang peduli dengan nasibku, bahkan mereka dengan secara sengaja menyakitiku begitu saja."Romlah menangis histeris, bukan tangis sesungguhnya dia sekarang sedang bersandiwara karena ingin mendapatkan rasa iba dari anak-anaknya."Bukan begitu, Bu. Adnan tetap peduli pada Ibu, jika Adnan tidak peduli dari dulu sudah Adnan telantarkan Ibu. Namun, buktinya kan sekarang Adnan rela rumah tangga Adnan hancur karena rasa bakti Adnan pada Ibu.""Jadi, kamu menyalahkan Ibu atas hancurnya keluargamu, begitukah?""Adnan, Sofia itu memang tidak pantas untukmu. Dia itu wanita kampungan, tidak sederajat dengan kita. Lagipula, dia juga tak bisa menyenangkan hati Ibu, kerjanya hanya menjadi bebanmu saja.""Bukannya berpikir untuk mencari cara supaya bisa mencari uang untuk membantu perekonomian, ini malah nambah-namba
Baca selengkapnya
Luka Lisa
"Biarkan saja, Ibu sudah tidak peduli dengan anak durhaka itu. Semenjak kelahiran dia, ekonomi kita menurun. Bahkan Ibu merasa kehadirannya hanyalah sebagai pembawa sial, sama seperti mantan istrimu itu ... Sofia!""Ibu, berhenti berbicara seperti itu. Adnan tidak suka Ibu mengatakan seperti itu pada Lisa. Adnan sakit hati mendengarnya, bisa tidak? Sekali saja Ibu memahami perasaan Lisa." Adnan berbicara tegas pada Romlah. Romlah hanya mengerlingkan matanya, bosan mendengar perdebatan yang daritadi tak kunjung selesai.Sebagai orang tua, dia sama sekali tak ingin mengintrospeksi diri sendiri. Apa yang salah pada dirinya, selalu merasa diri adalah orang yang paling benar di antara orang termuda.Sedangkan Lisa, dia menangis dari balik pintu. Meski sekarang sudah berada di dalam kamar, masih terdengar jelas perdebatan yang dilakukan Abang dan ibunya sendiri."Ibu kok jahat banget sih ngatain aku gitu, capek banget aku hidup kayak gini. Nggak ada aturannya sama sekali, nggak ada yang bis
Baca selengkapnya
Wanita Itu?
Sudah hampir tiga hari lamanya Lisa pergi dari rumah, selama itu juga Adnan sangat mengkhawatirkan adiknya itu. Bahkan, saat dia ke tempat kerja Lisa, dia sama sekali tak menemukan Lisa di sana."Ya Allah Lisa, kemana perginya kamu, Dek," ucap Adnan di dalam mobilnya, ia mengusap wajahnya dengan kasar."Harusnya aku lebih memperhatikan adikku, dia sekarang pasti sangat terpukul atas kata-kata Ibu. Bahkan, saat Lisa pergi pun Ibu sama sekali tak peduli," gumam Adnan berbicara pada dirinya sendiri. Dia merasa gagal menjadi Abang dan juga sebagai anak. Dia merasa sangat hancur melihat seberapa berantakannya keluarganya sekarang. Sedikit terbesit, apakah ini artinya sumpah Sofia sedang bekerja. Namun, ia buru-buru menggelengkan kepalanya, tak percaya akan itu semua.***"Sofia, apa benar ada guru baru di Madrasah?" tanya Hafiz yang tiba-tiba sudah ada di rumah Sofia saat Sofia baru pulang bekerja."Iya, benar." Sofia hanya menjawab singkat, dia sedikit canggung berhadapan dengan Hafiz apa
Baca selengkapnya
Kabar duka
"Adnan, ada apa dengan mbakmu?" tanya Romlah yang masih tidak mengerti. "Apa kamu sudah menemukan mbakmu, di mana dia? Ibu akan memarahi dia karena sudah mengambil sertifikat rumah dan juga menggadaikannya." Romlah dengan geram berkata seperti itu."Ibu, Mbak Rani sudah tidak ada." Adnan memegang telapak tangan ibunya. Romlah mengernyitkan keningnya."Tidak ada bagaimana, Adnan? Kamu lagi ngelantur, ya. Kamu kangen ya sama mbakmu?" tanya Romlah sambil meletakkan telapak tangannya di kening milik Adnan."Adnan tidak sakit, Bu, yang menelepon Adnan tadi adalah anggota kepolisian yang mengatakan bahwa mayat milik Mbak Rani ditemukan di hotel ***," ucap Adna yang membuat Romlah shock dan langsung terduduk di lantai.Romlah menatap Adnan mencari kebohongan pada putraya. "Tidak mungkin, Adnan, pasti mereka salah memberikan informasi pada kita," ucap Romlah yang masih enggan untuk percaya, padahal di hati kecilnya dia sangat takut jika itu benar-benar terjadi pada putri kesayangannya."Mak
Baca selengkapnya
Menikahlah, Nak ....
Hari sudah mulai larut suasana duka menyelimuti keberadaan keluarga Adnan, saat ini Romlah sedang berbaring di ranjang. Karena beberapa kali ia pingsan saat melihat sang putri memasuki liang lahat, bahkan mungkin ia juga lelah karena sempat berdebat dengan putri bungsunya. Bukan berdebat lebih tepatnya, dia marah.Saat ini Adnan duduk termenung di sofa, sambil menatap kosong langit-langit rumahnya. Perasaannya berkecamuk, bercampur aduk menjadi satu. Hingga tak dapat dijelaskan dengan kata-kata lagi. Adnan mengingat kejadian yang membuatnya hampir lepas kendali. Ia merasa sangat bersalah pada adik kecil kesayangannya.Namun di sisi lain, dia senang karena ada seseorang yang membela adik kecilnya saat dalam keadaan yang benar-benar terpuruk."Untuk apa kamu kemari, hah?!" Romlah begitu murka saat melihat Lisa datang saat Rani mulai dimandikan."Anak durhaka kamu, untuk apa lagi kamu kembali. Aku lebih baik kehilanganmu daripada harus kehilangan putri tersayangku.""Ibu." Adnan menatap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status