All Chapters of Dalam Pernikahan Tanpa Nafkah: Chapter 11 - Chapter 20
76 Chapters
Bab 11 Kejutan
Gerak cepat aku memasuki ruang rahasia yang tampak seperti gudang itu. Ada pintu terkunci menuju ruang lain. Kuyakin di ruang tersebut akan mendapatkan jawaban. Jika kubuka paksa, pintu pasti rusak dan meninggalkan jejak. Bagaimanapun harus menemukan kuncinya.Kulihat sekeliling ruangan. Mencari keberadaan kunci pintu. Ada sebuah nakas tua dengan laci-laci. Lekas kuperiksa. Bibir menyunggingkan senyuman, tatkala mata menangkap apa yang kucari di salah satu laci. Terasa begitu Tuhan memberi kemudahan agar aku mengetahui kebenaran.Klik, kunci kuputar dan handle ditekan. Berhasil! Lha, jadi ini sebuah kamar juga? Kuedarkan pandangan ke ruang yang didominasi warna merah dan sangat rapi. Kesadaranku tersentak saat melihat tas yang kukira hilang ternyata ada di sini. Kudekati lemari kaca di mana tas bertengger. "Benar. Ini tasku." Aku berseru setelah memastikan. Selanjutnya meja rias mencuri perhatian. Dari make up yang berjejer, sudah pasti ini kamar perempuan. Jadi si Hans pelihara gu
Read more
Bab 12 Duo Laknat
Kutitipkan mobil yang biasa aku pakai di salah satu tetangga. Tentu saja mereka tidak keberatan, karena aku membayar. Bukan hanya itu, aku temui Ceu Lia dan kawan-kawan yang sering bergosip di warung. Mereka akan kuajak menonton sebuah pertunjukan gratis. Diam-diam, Kukembali ke rumah. Bersembunyi di kamar tamu yang Hans jarang mendatanginya. Cukup lama juga menunggu kepulangan dia. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu tiba setelah satu jam. Terdengar derap langkah kaki memasuki rumah.Aku mengintai dengan degup jantung yang tak karuan. Apalagi ketika Hans tampak tak sabar memasuki kamar. Untunglah dia tidak mengunci pintunya, jadi aku bisa leluasa masuk. Biipp ... Bahkan dia langsung menuju si gundik--bekas pembantuku melalui jalur rahasia itu. Pertempuran pasti akan segera dimulai sesuai janjinya tadi.[Ceu, cepat! Tapi pelan-pelan, ya! Jangan sampai gaduh.] Kulayangkan chat dan langsung centang biru. Rupanya Ceu Lia dkk. sudah standby.[Ok, Mbak Bos.] Balasnya.Hanya menunggu lima
Read more
Bab 13 Pembalasan
"Bang, kamu berani menamparku?" Meti meradang."Ma-maaf, Sweety!" sesalnya."Apa, Sweety?" Geli sekali rasanya aku mendengar panggilan si Hans kepada gundiknya."Eh, maksudnya Meti," jelasnya sambil nyengir.Tiba-tiba Hera dan Pak Rt menerobos kamar."Ada apa ini ribut-ri--" tanya Hera menggantung saat melihat keberadaanku, ceu Lia dan kawan-kawan."Oh, jadi di rumah ini kalian doble date, doble zina gitu?" sinis Ceu Lia."Diam kamu, Ceu! Kalian semua yang masuk tanpa izin akan saya persulit jika butuh sesuatu menyangkut ke-RTan," gertak Pak Rt."Haha ... jabatan Rt aja belagu! Ada juga Pak Rt yang akan kami lengserkan," teman Ceu Lia gertak balik."Iya. Kami tak sudi punya Rt model begitu," imbuh teman yang lain.Keributan tidak bisa dihindari lagi. Semuanya beradu mulut bahkan saling dorong. Kalau saja tidak melihat perut si Hera yang besar, sudah kubejek-bejek juga dia."Kalian semua akan saya laporkan ke polisi dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan," cetus Hera tidak tahu malu
Read more
Bab 14 Dimulai
"Yang, kamu belum tidur?" Hans menghampiriku di kamar depan.Ya, semenjak kejadian hari itu, aku tidak pernah lagi memasuki kamarku sendiri. Mengingat kalau ranjangku sudah pernah dipakai duo laknat berzina. Aku juga sudah menutup permanen pintu ke ruang rahasia itu. Rumah ini pun sudah kuniatkan akan dijual segera."Apa kamu tidak pernah mencintaiku?" pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja dari bibirku."Tentu saja cinta. Ya, aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Seluas samudera, sedalam lautan. Sungguh-sungguh cinta. Kamu wanita paling berarti, paling berharga bagiku," cerocos Hans membual.Kalau dulu, mungkin hidungku kembung kempis saat mendengarnya. Tetapi sekarang, aku mendengarnya seperti sebuah olok-olokan. Muak!"Aishh!" Aku mendesis sebal. Namun, Hans sama sekali tidak peka. "Ekhm, Yank, sudah lama kita enggak bercinta. Aku tidak bisa menahannya lagi," tuturnya sambil menelan saliva. "Aku kangen. Kamu juga sama 'kan? Ayo, seperti biasa aku akan memuaskanmu," sambung Hans.
Read more
Bab 15 Gembel
Aku sejenak menahan Hans pergi."Kamu lupa, ya? Itu baju yang kamu pakai, aku yang belikan." Dengan angkuh kulipat kedua tangan di dad4."Ok. Nih!" Hans membuka, terus melemparnya asal."Celananya juga, aku yang beli." Aku semakin merendahkan."Ok. Nih!" Hans melemparkan lagi lebih kasar.Sekarang dia hanya memakai kolor dan bertel*njang d4da. Kemudian pergi ke gudang mencari baju-baju bekas yang ia beli dengan uangnya sendiri. Tidak lama ia keluar dengan baju lusuhnya masih tanpa celana."Kenapa? Enggak nemu celana?" sinisku."Iya. Aku lupa, kalau celananya dulu udah aku bagikan ke tetangga." Hans ketus."Ya, sudah. Go!" usirku."Aku pinjam dulu, ya! Celana yang tadi. Nanti pasti aku balikkin." Hans berubah mengemis."Enak saja. Itu juga kolor, aku yang beli. Jadi sudah untung tidak kuminta!" sentakku."Astaga! Masa aku keluar rumah hanya memakai kolor. Kan malu.""Tanggung! Kelakuanmulah yang lebih jauh memalukan.""Ok. Aku tidak akan pernah ngemis sama wanita sombong sepertimu," pu
Read more
Bab 16 Tes DNA
Aku memang menyewa jasa seorang mata-mata untuk mengawasi segala tindak tanduk Hans. Tujuannya hanya untuk memastikan hidupnya susah. Akan kupastikan tidak satu pun perusahaan atau orang yang memperkerjakan dia. Aku ingin hidupnya terlunta-lunta seperti gembel.Namun, laporan yang kuterima hari ini sangat mengejutkan. Kupikir si Meti tidak akan mau menerima Hans, lelaki kere yang tak punya harta sepeser pun. Akan tetapi mereka malah hidup satu atap di sebuah kontrakan yang telah disewa si j*lang. Kudengar si Meti menjadi buruh cuci-setrika di daerah sana.Kupastikan, mereka tidak akan bertahan lama. Sebuah rumor segera ditabur. Aku tinggal menunggu hasilnya.Seminggu kemudian."Bu Bos, Hans dan Meti sudah terusir dari kontrakan," lapor mata-mataku."Good job!" Terus sekarang mereka tinggal dimana?""Mereka menginap di rumah temannya Meti.""Berapa lama mereka akan menginap?""Belum tahu, Bu Bos.""Terus selidiki!""Siap."***Sore hari aku hanya duduk sendiri di teras sambil menikmati
Read more
Bab 17 Memancing
"Bu Bos, karena biaya tes DNA janin dalam kandungan mahal, jadi Meti belum melakukannya," lapor mata-mataku."Terus bagaimana si Hans?""Hans sepertinya masih marah, sebelum Meti membuktikan anak siapa yang dikandungnya.""Teruskan tugasmu sampai tes DNA itu gagal!""Siap, Bu Bos."Aku masih bisa bernapas lega karena Meti belum bisa melalukan tes DNA. Pokoknya perempuan tidak tahu diri itu harus merasakan sakit karena tidak dipedulikan orang yang dicintainya.Selanjutnya, aku akan mengatur pertemuan yang seolah tak sengaja dengan Hans. Segala sesuatunya sudah kupersiapkan.Sore hari, mobilku sudah terparkir di salah satu pasar. Kususuri tempat dimana orang-orang berlalu lalang. Diedarkan pandangan ke segala pelosok. Sosok yang kucari akhirnya ditemukan. Ia sedang memanggul satu karung kecil dari mobil bak terbuka.Ekhm, action!Jebred!"Aw! Aduh, maaf!" Aku tersungkur seraya memegangi kepala."Mbak, tidak apa-apa?" tanyanya belum menyadari siapa yang barusan beradu. Kemudian diturunka
Read more
Bab 18 Pura-pura
"Kenapa kamu tidak bilang kalau kamu hamil? Sudah berapa bulan?""Satu bulan.""Jadi benar kamu hamil? Aku akan jadi seorang ayah. Ya ampun! Alhamdulillah," serunya senang sampai matanya berkaca-kaca.Tangannya hampir saja memelukku. Akan tetapi, ia ingat kalau aku tidak akan mengizinkan."Kenapa aku harus hamil di saat seperti ini?" Kujatuhkan air mata palsu."Kalau aku tahu, aku tak akan pergi meninggalkanmu.""Enak saja! Aku tak sudi satu atap denganmu lagi.""Sal, sebenci apa pun kamu kepadaku, aku mohon izinkan aku merawatmu, menjagamu, demi anak kita. Aku mohon. Aku janji akan memperlakukanmu sebaik mungkin. Apa pun keinginanmu, akan aku turuti," tuturnya sungguh-sungguh. Hands terus bersimpuh di kedua kakiku sampai kukabulkan. Sejak itu, dia rajin sekali berkunjung. Dia tak ubahnya pembantu yang selalu bereskan rumah. Kadang dia juga datang membawa makanan yang aku inginkan. Dalam sehari dia bisa bolak-balik ke rumah berkali-kali. Dia juga membelikannya dengan uang hasil jari
Read more
Bab 19 Gawat
"Hans, stop!" teriakku kala dia akan mendorong lagi tubuh Meti yang tak berdaya.Pergerakan Hans terhenti. Akan tetapi, ia belum melepaskan cengkraman tangan dari leher bajunya. Sehingga tubuh wanita yang tengah hamil muda sedikit terangkat dari pijakan."Bang, lepaskan, kumohon!" pinta Meti mengiba bercampur takut.Cengkramannya malah semakin kuat dan tubuh Meti semakin terangkat."Hans, tolong! Demi anak kita. Kuyakin anak kita tidak mau memiliki ayah yang seperti ini," bujukku mengatasnamakan anak agar dia luluh.Benar saja, bujukanku tak sia-sia. Perlahan cengkeraman terlepas. Hans mengusap kasar wajahnya. Lambat laun sorot matanya meredup. Begitu pun wajah Meti yang tadi sudah pucat pasi bagai mayat, kini mulai tampak bernyawa."Kalau bukan karena Salma, mungkin darah sudah mengalir dari betismu. Pergilah! Jangan pernah tunjukkan dirimu lagi di depanku!" geram Hans."Aku tidak akan melupakan kejadian hari ini. Akan kupastikan kamu menyesalinya!" Meti berucap sebelum pergi.**"Ha
Read more
Bab 20 POV Hans 1
Kenapa orang-orang selalu memandangku sebelah mata? Padahal aku menikahi Salma murni karena mencintainya. Sebelum menikah, aku memang tahu kalau dia itu seorang wanita karir. Akan tetapi, tidak pernah terpikir berapa gajinya. Setelah menikah, aku sendiri terkejut, ternyata gaji dia lebih besar dariku yang hanya seorang supervisor di sebuah pabrik.Pantas saja orang tua Salma selalu merendahkanku dan bahkan tidak merestui pernikahan kami. Setelah menjadi wali nikah karena terpaksa, ayah Salma pun langsung bertolak pulang ke negaranya--Malaysia. Ibunya pun tentu turut serta pindah ke sana. Maka dari itu, aku memperlakukan Salma dengan sangat istimewa. Dia rela jauh dari kedua orang tua demi hidup bersamaku. Setahun, dua tahun, pernikahan kami bahagia-bahagia saja, meski belum memiliki anak. Sebenarnya Salma sempat hamil, tetapi keguguran. Penyebabnya dokter bilang, Salma terlalu kecapean. Aku pernah meminta dia agar berhenti dari pekerjaannya, tetapi ditolak. Menurut ukuran dia, gaji
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status