Semua Bab Ashraf: Penguasa Terakhir : Bab 41 - Bab 50
110 Bab
Tindakan Tidak Terduga
Xiaojun tampaknya tuli, dia semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan Xiao Jiang yang berteriak-teriak di belakangnya. Perempuan cantik itu tentu merasa ketakutan karena sang asisten mengemudi seperti kesetanan saja. Mau dia berteriak sekuat tenaga juga tidak ada hasilnya. Kemudian Jiang menoleh ke belakang, mencari mobil pada anggota lain yang memang tadi ada bersama mereka. Akan tetapi semuanya mendadak tidak ada, apa yang dia cari hasilnya nihil!Xiao Jiang tidak menemui mobil atau kendaraan lain yang ada di belakang mobil yang dia dan Xiaojun kendarai. Niat hati ingin meminta bantuan, tapi yang dia dapatkan hanya angin!"Xiaojun ku mohon jangan seperti ini," lirih Xiao Jiang yang mulai memelankan suaranya. Dia bahkan tampak hendak menangis dan suaranya juga sudah bergetar. Akan tetapi lagi-lagi Xiaojun tidak bergeming sama sekali. Pria itu hanya melirik Xiao Jiang sekilas dari spion tengah yang ada di mobil tersebut tanpa menjawab apapun. Lalu mobil
Baca selengkapnya
Di kuliti hidup-hidup
Xiaojun makin tersenyum lebar setelah melihat ekspresi wajah Xiao Jiang yang tampak sangat terkejut mendengar penuturannya. "Ka-kau putra Perdana Menteri Chen Goufeng?" Tanya Xiao Jiang ragu-ragu. "Benar sekali," balas Xiaojun masih dengan senyumannya yang lebar. Xiao Jiang menghela nafas kasar, dia tidak percaya selama ini sudah bekerja dengan anak Perdana Menteri di negaranya sendiri. Belum lagi memikirkan kembali bagaimana sikapnya selama ini membuat kepalanya nyeri. Pantas jika Xiao Jiang tidak tahu fakta ini karena di negaranya, keputusan untuk menyembunyikan identitas keluarga dengan alasan privasi sangat diwajarkan. Selama ini dia juga tidak pernah menaruh curiga pada Xiaojun meskipun nama marganya sama dengan sang Perdana Menteri. "Kau tentu paham apa konsekuensinya jika aku buka mulut sedikit saja tentang Blair Fulton pada ayahku," ancam Xiaojun dengan wajahnya yang tenang. Xiao Jiang menggigit bibir bawahnya sendiri menahan emosi. Kali ini semuanya bertambah rumit dan
Baca selengkapnya
Tempat Yang Aneh
Keesokan harinya Yoriko datang ke markas besar untuk melakukan pekerjaan seperti biasa. Di gerbang markas, para anggota sudah saling sapa dengannya. El Abro sendiri tidak memiliki banyak anggota perempuan, dan Yoriko adalah satu dari segelintir perempuan itu. Begitu mobil milik Yoriko terparkir, matanya dapat menangkap pergerakan para anggota yang tampak jauh lebih sibuk dari biasanya. "Ada apa ini? Semua orang tampak terburu-buru," gumam perempuan itu bertanya pada dirinya sendiri. Kemudian Yoriko melangkah masuk ke dalam markas, dia berjalan dengan langkah yang lebar-lebar sepanjang lorong. Yoriko pergi ke salah satu ruangan untuk mengurus beberapa berkas, karena tanpa adanya perintah yang jelas dia juga tidak akan bertindak apapun. Di ruangan itu ternyata sudah ada Master Wang dan juga Tuan Mun yang tengah berdiskusi."Ah Yoriko, untung kau datang." Suara Tuan Mun segera menyapa indra pendengaran perempuan itu begitu dia masuk. Yoriko mengangguk samar dan semakin masuk ke dalam,
Baca selengkapnya
Pria Bertato Bunga
Seperti apa yang diperintahkan oleh Ashraf, Tuan Mun dan Master Wang berangkat ke Hongdae hari itu juga. Mereka tidak hanya berdua saja, melainkan ada empat orang anggota lain yang ikut serta. Dua buah mobil mewah melesat dengan kecepatan sedang membelah jalanan Gangnam-gu menuju Hongdae. Sepanjang perjalanan, baik Master Wang maupun Tuan Mun sama-sama berpikir orang seperti apa yang akan mereka temui di tempat aneh itu. "Tuan Mun, Master Wang. Kita sudah sampai," ucap anggota yang menjadi supir mereka kali ini. Kedua pria yang tidak lagi muda itu menoleh ke luar jendela mobil. Mereka menyipitkan mata masing-masing memastikan kalau mereka telah sampai ke tempat yang benar. "Kau sungguh yakin ini tempatnya?" Tanya Tuan Mun yang sedikit tidak yakin. "Benar Tuan Mun, ini alamat yang Tuan Muda sampaikan tadi."Master Wang kemudian mengeluarkan foto yang tadi diberikan Ashraf. Mencoba mengeceknya dengan menyamakan pemandangan sekitar dengan foto tersebut. "Benar ini tempatnya Tuan Mu
Baca selengkapnya
Malam Terakhir di Shanghai
Shanghai, 8.40 pm. Lizi masih duduk di balkon kamar hotel yang dia pesan. Kemudian tidak lama satu notifikasi muncul di ponselnya. Ada pesan dari Kim Dohan kalau pria itu sudah ada di pusat kota Shanghai, sama seperti dirinya. [Nona, malam ini saya sudah ada di pusat kota. Kapan nona akan kembali ke Gangnam?] Lizi membaca pesan itu kemudian jarinya bergerak lincah untuk membalasnya. [Besok subuh aku akan pergi dari kota ini. Sekarang temui aku di restoran dekat hotel ku menginap, aku akan share lokasinya.]Setelah pesan tersebut terkirim, Lizi kemudian bersiap untuk keluar dari hotel. Dia memang belum menemui Dohan sejak penyerangan di Kantor bea cukai. Setelah lima belas menit berlalu, akhirnya dia siap. Lizi memilih restoran khas Eropa yang cukup dekat dengan hotel yang dia tempati. Sekitar lima blok bangunan harus Lizi lewati sebelum sampai ke tempat tujuan. Begitu dia hendak masuk, suara panggilan membuatnya berhenti. "Nona Liz!"Lizi menoleh dan mendapati Kim Dohan yang bar
Baca selengkapnya
Dia Kesal Denganmu
Tepat sebelum fajar menyingsing, jet pribadi milik keluarga Choi sudah menjemput Lizi dan Kim Dohan. Keduanya benar-benar meninggalkan kota tersebut setelah semuanya terselesaikan. "Kau sudah mengurus mobil untuk Tuan Fengying?" Tanya Lizi ketika mereka sudah berhasil lepas landas dan bergerak menuju Gangnam. Dohan mengangguk mengiyakan, "Sudah Nona. Tepat jam delapan pagi nanti mobilnya akan sampai di alamat kantor Bea Cukai. Aku sudah memilih BMW silver seri X5 untuk Tuan Fengying.""Oh benarkah?" Lizi tampak senang mendengarnya. Karena dia tahu apa yang dipilih oleh Kim Dohan selalu yang terbaik. "Iya Nona, aku berpikir kalau mobil itu akan sangat cocok untuknya. Selain itu aku juga memilih mobil itu karena tidak mau mempermalukan mu dengan memilih barang murahan," jelasnya. Lizi tersenyum lebar mendengarnya, asisten yang dipilih oleh kakaknya itu memang bisa diandalkan. "Kau memang yang terbaik Dohan!" Gangnam-gu, 11.15 am. Yoriko tengah menunggu Ashraf di halaman depan mark
Baca selengkapnya
Membuatnya Semakin Marah
"A-apa? Karena aku, memangnya apa yang aku lakukan?" Tanya Yoriko sembari menunjuk dirinya sendiri. Hal itu semakin memancing tawa Ashraf. Dia kembali tertawa terutama melihat ekspresi wajah Yoriko yang entah mengapa sangat menggemaskan. "Sejak kapan kau menggemaskan begini Yoriko? Dimana Yoriko si anggota mafia yang cerdas dan tenang itu?" Ledek Ashraf. Yoriko mengerucutkan bibirnya lima senti, dia kesal. "Ashraf aku serius," ucapnya lelah. "Iya-iya!" Ashraf kemudian kembali menetralkan ekspresi wajahnya menjadi datar seperti semula. Melihat itu, justru Yoriko yang sebenarnya ingin tertawa. Tapi perempuan itu sekuat tenaga menahan semuanya. Yoriko sempat berdehem beberapa kali sebelum akhirnya mengulang lagi pertanyaannya. "Jadi, apa yang membuat Nona Karalyn tampak begitu kesal tadi?" Tanyanya dengan wajah yang serius. Ashraf melongok ke dalam vila yang sebagian besar dikelilingi kaca. Dia melihat sosok Karalyn yang mereka bicarakan ada di dalam sana. Lalu, Ashraf kembali men
Baca selengkapnya
Manusia & Perasaannya
Ashraf memijat pelipisnya perlahan, lalu menatap Yoriko dengan tanda tanya besar di kepalanya. "Ada apa lagi, tampaknya kau selalu saja cemas dengan keluarga Henderson?" Tanyanya. "Ck! Kau ini, bukankah sudah jelas kalau keluarga Henderson mau bekerjasama dengan El Abro hanya karena Karalyn yang menjadi pemimpinnya. Pikirkan saja, bertahun-tahun bahkan sejak Tuan Choi Mujin yang berkuasa. Apakah Billiard Henderson mau bergandeng tangan dengan El Abro?" Yoriko menerangkan semua yang dia tahu tentang kelompok mafia dari Amerika Utara itu. Ashraf hendak menyela, tapi ucapan Yoriko lebih dulu mengambil alih. Perempuan itu mengatakannya dengan nada yang tenang dan suara yang pelan, tapi penuh dengan penekanan. "Tidak Ashraf, sekalipun tidak pernah! Orang-orang dari Amerika itu selalu saja merasa jauh lebih unggul dari orang-orang Asia, termasuk keluarga Henderson." Yoriko memberi jeda pada ucapannya, dia membiarkan Ashraf mencerna apa yang dia katakan dengan baik. Kemudian, Yoriko maju
Baca selengkapnya
Duri Dalam Daging
Kungmin, 21.48 pm. Tuan Lan berjalan pelan menghampiri putrinya yang tengah duduk sendirian di tepi balkon sembari menatap kosong ke langit malam. Padahal cuacanya cukup berangin, ditambah dengan saat ini musim dingin. Akan tetapi Xiao Jiang masih saja bertahan di balkon dengan baju tidurnya yang berbahan satin. "Sudah malam Jiang, kenapa kau masih ada di sini?" Tanya Tuan Lan begitu dia berada di ambang pintu yang menghubungkan kamar dengan balkon. Xiao Jiang menoleh, tetapi dia tidak berniat beranjak dari duduknya. "Aku belum mengantuk ayah," jawabnya. Tuan Lan sendiri memang bisa memasuki kamar Xiao Jiang meski tidak dibukakan pintu oleh sang putri. Karena dia memiliki akses yang sama dengannya, pintu-pintu ruangan tertentu di markas besar Blair Fulton memang menggunakan keamanan khusus. Hanya keluarga Xiao saja yang bisa mengaksesnya. "Ayah sendiri kenapa malah ada di sini bukannya beristirahat?" Tanya Jiang yang kini menurunkan kakinya, dia menghadap ke arah sang ayah yang m
Baca selengkapnya
Hongdae, Hotel, & Senor
Hongdae suburb, 18.37 pm. Dua mobil yang membawa Tuan Mun, Master Wang dan Hwang Culseok merayap dari jalan protokol menuju ke pinggiran kota Hongdae. Suasananya jauh lebih tenang dari pada di pusat kota. Mobil-mobil itu kemudian berhenti di sebuah jalan yang dekat dengan aliran sungai dan beberapa toko-toko dengan bangunan khas tradisional. "Kenapa berhenti di sini?" Tanya Tuan Mun ketika mobil mereka berhenti. Culseok yang duduk di depan disamping kemudi menoleh ke belakang. Dia tersenyum ramah mendengar pertanyaan dari pria yang lebih tua darinya itu. "Karena tidak mungkin kita masuk ke gang kecil itu dengan mengendari mobil Tuan," jawab Culseok santai. Tidak lama pria itupun turun dari mobil dan berdiri menunggu dua pria yang ikut bersamanya turun. "Pemandangan malam yang tenang, berbeda dengan pusat kota." Master Wang berujar pelan begitu dia turun. Pria itu memandang jauh ke arah sungai yang mengalir dan langit biru tua yang cerah. Culseok menoleh, dia tersenyum sekilas.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status