All Chapters of Wanita Hamil di Restoran Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60
92 Chapters
Bab 51 - Kebohongan Baru Khiara
Kebohongan Baru KhiaraKeesokan harinya, usai melaksanakan shalat subuh, Nadia segera merapikan ruangan Khiara. Ia pun membangunkan Allisya, karena harus berangkat ke sekolah lebih pagi. Jarak rumah sakit dengan sekolah Allisya cukup jauh, lebih dari setengah jam perjalanan.[Ima, kamu bisa ke rumah sakit sekarang?] ketik Nadia pada pesan chat yang akan ia kirim pada Ima. Namun karena sedang sangat buru-buru, Nadia pun lupa menekan tombol kirim.Ia sibuk memandikan dan mendadani Allisya, berlari ke luar mengajak anak semata wayangnya untuk sarapan di kantin rumah sakit. Khiara ia tinggalkan sendirian, karena masih terlelap dengan damai."Ma, kok, buru-buru banget?" tanya si cantik Allisya."Sekolahnya jadi jauh, Sayang. Ayo, sarapannya dimakan biar gak telat." Nadia menjawab celoteh gadis kecilnya seraya mengusap puncak kepala sang gadis."Siapa yang anterin Al, Ma?""Mama, dong! Tunggu Kak Ima sampai, biar dia yang jagain Khiara sementara waktu," jawab Nadia, kemudian memasukkan suap
Read more
Bab 52 - Kecurigaan
KecurigaanPoV AuthorEmir : [Bisa ketemu?]Nadia : [Ada apa?]Emir : [Butuh tandatangan kamu.]Nadia : [Memangnya, bisa keluar di jam kantor begini?]Emir : [Bisa. Urusan pekerjaan.]Khiara sudah diperbolehkan pulang dan menjalani pemulihan di rumah. Nadia sendiri yang membawa pulang ke rumahnya, kemudian meminta Ima dan Mbak Nani untuk menjaganya.Waktu pulang sekolah Allisya masih sekitar satu setengah jam lagi. Di dalam kamarnya, Nadia kembali membuka kotak pesan pada aplikasi whatsapp di ponselnya.[Mau ketemu sekarang? Aku ada waktu satu jam,] kirim Nadia pada Emir.[Oke. Ketemu di restomu, ya.][Siap!] balas Nadia, bergegas keluar dari dalam kamarnya."Khia, Tante ada urusan sebentar. Sekalian jemput Allisya. Kamu di sini dulu, ya, sama Kak Ima dan Mbak Nani. Pokoknya, kamu mau makan apa aja boleh." Nadia berbicara pada Khiara, berpamitan sekaligus berpesan agar gadis itu tidak pulang ke rumahnya."Iya, Tante. Makasih, ya," balas Khiara menurut."Iya, Sayang." Nadia tersenyum s
Read more
Bab 53 - Bisnis Lain?
Bisnis Lain?PoV Author"Hey, Pelayan! Cepat bersihkan sepatuku.""Baik, Ratu.""Sudah selesai, Ratu.""Siapkan kereta kencanaku.""Sudah, Ratu.""Aku mau pergi ke singgasana calon suamiku. Kamu tidak boleh ikut. Aku tidak mau Rajaku berpaling padamu."Diam-diam Nadia menguping, ketika Allisya dan Khiara main bersama di dalam kamar Allisya. Mulanya semua terlihat baik-baik saja, saat Allisya pulang sekolah.Dengan berani, Khiara meminta maaf pada Allisya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Saat itu juga, Allisya merengek ingin main berdua dengan Khiara. Nadia pun meminta keduanya makan siang terlebih dahulu, barulah bermain bersama dengan catatan, jam satu siang harus tidur siang."Siap, Mama!" jawab Allisya sebelum main bersama.Khiara pun tak membantah. Di hadapan Nadia, gadis itu bersikap sangat manis.Kini Nadia hanya bisa mengernyit, mendengar percakapan di dalam kamar Allisya. Dan ia sangat mengenal suara kedua gadis manis itu.'Apa maksud permainan mereka? Atau jan
Read more
Bab 54 - Hadiah Kecil dari Emir
Hadiah Kecil dari EmirPoV NadiaSesampainya di resto, segera kuminta Allisya dan Khiara duduk di dekat area dapur agar ada salah seorang pramusaji yang menjaganya, sambil memerhatikan kesibukan dapur."Tiwi, kalau dapur sibuk, segera panggil saya. Biar saya yang jagain anak-anak lagi," pesanku sebelum meninggalkan mereka ke meja luar yang menghadap langsung ke arah jalan."Siap, Bu!" ujarnya, membawakan makanan kesukaan Allisya dan Khiara.Kutemui Emir yang sudah menunggu di meja luar, duduk santai sambil menyesap kopi hitam yang sejak tadi dipesannya."Sudah lama, menunggu?" sapaku berbasa-basi."Enggak. Aku belum lama sampai.""Oh. Tapi, kopimu sudah habis," sindirku, melirik pada cangkir yang hanya tersisa ampas kopinya saja."Oh, ini. He he he ... ya, seperti ini caraku minum kopi. Menghabiskannya selagi masih panas," jelasnya seraya terkekeh.Allah ... mengapa senyumannya begitu menawan. Astaghfirulla, sadar, Nadia. Statusmu saat ini adalah janda, dan jangan pernah bermimpi mend
Read more
Bab 55 - Kondisi Mental Khiara
Kondisi Mental KhiaraPoV Author"Tiket liburan ke Singapore?" tanya Nadia dengan memasang wajah tak percaya."Setahuku anak SD sudah selesai semesteran dan akan libur semester sebentar lagi, bukan? Apa salahnya, ajak si cantik itu liburan." Emir segera menunduk ketika tatapannya bertemu. Ia sadar, ia bukanlah siapa-siapa yang berhak memberikan itu semua. Namun, entah mengapa hatinya terus mendorong untuk ia melakukan itu."Tapi ini gak murah, Pak," kata Nadia, membolak-balikkan dua buah tiket itu."Tapi gak sebanding dengan perjuanganmu saat ini. Pergilah. Itu aku dapatkan gratis dari kantor. Kebetulan aku belum punya pasangan, jadi itu untukmu dan Allisya saja." Emir sengaja berbohong. Pasalnya, dua buah tiket itu sengaja ia beli dari temannya yang memiliki usaha tour dan travel."Dari kantor? Keren juga, ya, kantor Pemda hadiah tahun barunya. Gak tanggung-tanggung, liburan ke LN." Nadia masih tak percaya mendapatkan itu dari seorang pekerja pemerintahan yang menurutnya, gajina masi
Read more
Bab 56 - Waktu yang Bergulir
Waktu yang BergulirPoV AuthorSatu tahun berlalu ...Nadia terus menatap kosong ke arah rerumputan di halaman rumah Diniarti dan mantan suaminya. Rumah itu kini terkesan angker, sebab sudah setahun lebih ditinggal oleh penghuninya.Sesekali Nadia melintas, ketika sore hari tengah bermain sepeda dengan gadis kecilnya."Ma, ayo!" ajak Allisya, menyadari bahwa sang Mama tengah melamun hingga menghentikan laju sepedanya."Iya, Sayang."Keduanya pun kembali menggoes perlahan, namun lamunan tentang masa silam terus menggerogoti pikiran Nadia. Setahun lalu ia mengantarkan Khiara ke sel tahanan tempat Bu Rita dan Diniarti dipenjara.Nadia pikir, kedua wanita itu akan senang dan berterima kasih sebab sudah mempertemukan dengan Khiara. Namun nyatanya ..."Heh, ngapain kamu bawa Khiara ke sini? Kamu senang, sudah merusak mentalnya dengan memberitahu dia bahwa kami kini seorang narapidana? Jahat kamu, ya!" umpat Bu Rita."Merusak mentalnya? Justeru kalian yang sudah merusak dia sehingga anak sek
Read more
Bab 57 - Do'a Allisya
Do'a AllisyaPoV AuthorNadia tertunduk, tak bisa menjawab lagi ucapan Allisya."Ma ... maafin Al, ya. Kalo memang Mama gak mau baikan sama Om Superhero, Allisya gak akan marah, kok. Cuma ... Al gak suka lihat Mama jadi lebih banyak melamun," tutur gadis kelas dua SD itu, memegang pergelangan tangan sang Mama.Nadia menoleh, tersenyum penuh arti pada gadisnya yang sudah semakin besar. "Mama melamun karena kangen sama Khiara. Lagi pula, Mama sama Om Emir gak lagi marahan.""Allisya juga kengen, Ma sama Khiara. Kapan kita jenguk Khia lagi?" tanya Allisya."Secepatnya. Mungkin, setelah pembagian raport Allisya saja. Libur, 'kan habis itu?" usul Nadia, mengusap puncak kepala sang gadis."Iya, Ma!" Allisya bersorak gembira, kian semangat menunggu mie instan yang Mamanya buat.Ketika mie itu sudah matang, Nadia pun bergegas menuangkannya ke atas piring mereka masing-masing. Allisya bertugas mengaduk, lalu menghidangkannya ke atas meja makan.***"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Read more
Bab 58 - Terkadang Cinta Membuat Seseorang Merasa Bodoh
Terkadang Cinta Membuat Seseorang Merasa BodohPoV Nadia"Nadia, ada yang ingin aku bicarakan," ucap Pak Emir seraya menunduk dan menoleh sesekali."Bicara apa, Pak?" tanyaku, tak kalah gugup sepertinya."Emm ... masalah beberapa bulan lalu. Aku ... aku benar-benar minta maaf. Jujur, aku sangat menyesal sampai persahabatan kita menjadi rusak seperti ini." Pak Emir menatapku, namun sesekali aku melirik ke arah lain.Mengapa Pak Emir tiba-tiba membahas itu. Apa sikapku sangat kentara akan ketidaksukaanku atas ungkapannya tempo hari.Bukan tidak suka. Hanya saja ... ya, aku sadar bahwa aku terlalu menjaga hati."Nadia," panggilnya. Secepat kilat aku menoleh."Jika boleh, aku ingin bersahabat lagi denganmu seperti dulu. Seperti saat sebelum aku mengatakan apa-apa tentang perasaan ini," pungkasnya dengan tatapan memohon."Ah, ya." Aku hanya mengangguk, tersenyum tipis sembari menahan degub jantung yang enggan kembali normal.Dia pikir mudah, bersahabat setelah tahu isi hati salah satunya?
Read more
Bab 59 - Menjenguk Khiara
Menjenguk KhiaraPoV Author"Aku cinta sama kamu, Nadia. Sulit sekali menutupinya. Maafkan aku," ungkap Emir, memberanikan diri mendekat ke arah pagar di mana Nadia berdiri di baliknya.Nadia ternganga. Pada akhirnya, ungkapan yang ia nantikan sejak tadi terucap juga dari bibir Emir. Terkadang ia menolek, sebab takut akan kebo_dohan yang bisa saja terulang. Namun jauh di relung hatinya, justeru ia sangat berharap."Pak. Perutku sakit. Bapak pulang dulu, ya. Nanti kapan-kapan kita lanjut ngobrol. Assalamu'alaikum," ucap Nadia, saking gugupnya. Ia berlari masuk ke dalam rumah, sementara Emir menatapnya seraya tertawa pelan.Di dalam rumah, Nadia tak benar-benar pergi ke kamar mandi. Rasa mulas dadakan pada perutnya berangsur menghilang bersamaan dengan menghangatnya tubuh Nadia, yang tadi sempat dingin di sekujur tubuh.Di balik pintu kamar, ia terus bersandar sambil memegangi dadanya. 'Rasa apa ini? Kenapa aneh sekali, sampai panas dingin dan mendadak mulas,' batinnya.***Hari terus b
Read more
Bab 60 - Kampung Halaman
Kampung HalamanPoV AuthorTiga hari sudah Nadia dan Allisya berada di kampung halaman, tempat di mana Nadia dilahirkan dulu."Wah, seger banget, Ma di sini. Padahal, udah siang. Tapi cuacanya masih dingin," tutur Allisya senang."Iya, dong. Al suka liburan di sini?" tanya Nadia, menempelkan pipinya ke pipi Allisya."Suka, Ma! Tapi, pasti akan lebih seru kalau ada Khiara juga. Kasihan, Ma, Khiara di rumah itu terus.""Di sana pun, ada kalanya mereka pergi berlibur. Kita gak bisa ajak Khia sembarangan, sebab mereka perlu mengawasi dan memerhatikan kondisi Khiara." Nadia menjelaskan."Khiara sakit apa, sih, Ma?" "Emm ... sakit apa, ya?" Nadia berpikir sejenak, mencari kalimat yang mudah dimengerti oleh sang anak. "Khiara sebetulnya sehat, Sayang. Hanya saja, dia ada trauma akibat sering dimarahi Mama dan Neneknya, dulu.""Kasian, ya, Mak. Selama ini Allisya pikir, sakitnya Khiara seperti Mamanya." Allisya mendongak, menatap wajah cantik Mamanya."Sstt ... gak baik bicara seperti itu. M
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status